BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar
mengajar di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu : siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana
dan prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat
terpenuhi sudah tentu akan memperlancar proses belajar-mengajar, yang akan
menunjang pencapaian hasil belajar yang maksimal yang pada akhirnya akan
meningkatkan mutu pendidikan.
Berbagai upaya telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, antara lain dengan
perbaikan mutu belajar-mengajar. Belajar mengajar di sekolah merupakan
serangkaian kegiatan yang secara sadar telah terencana. Dengan adanya perencanaan
yang baik akan mendukung keberhasilan pengajaran. Usaha perencanaan pengajaran
diupayakan agar peserta didik memiliki kemampuan maksimal dan meningkatkan
motifasi, tantangan dan kepuasan sehingga mampu memenuhi harapan baik oleh guru
sebagai pembawa materi maupun peserta didik sebagai penggarap ilmu pengetahuan.
Salah satu upaya untuk
meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah.
Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber
daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan. Usaha meningkatkan kemampuan
guru dalam belajar-mengajar, perlu pemahaman ulang. Mengajar tidak sekedar
mengkomunikasikan pengetahuan agar dapat belajar, tetapi mengajar juga berarti
usaha menolong si pelajar agar mampu memahami konsep-konsep dan dapat
menerapkan konsep yang dipahami.
SMA Muhammadiyah Kendari
adalah salah satu SMA swasta yang statusnya disejajarkan dengan SMA negeri dan
diakui oleh pemerintah. Sejak tahun pelajaran 2006/2007 SMA Muhammadiyah, seperti
halnya SMA lainnya telah menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
namun menurut hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa terdapat beberapa
kendala dalam pelaksanaan KTSP. Salah satu kendala utama adalah kurangnya
antusias siswa untuk belajar siswa lebih cenderung menerima apa saja yang
disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan maupun
pendapat. Hal ini dikarenakan oleh pembelajaran yang dilakukan oleh guru
cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya
jawab dan pemberian tugas. Padahal dalam kerangka pembelajaran matematika,
siswa mesti dilibatkan secara mental, fisik dan sosial untuk membuktikan
sendiri tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-hukum matematika yang
telah dipelajarinya melalui proses ilmiah. Jika hal ini tidak tercakup dalam
proses pembelajaran dapat dipastikan penguasaan konsep matematika akan kurang
dan akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa yang pada akhirnya akan
mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan.
Berdasarkan informasi
tersebut, dilakukan observasi di SMA Muhammadiyah Kendari pada tanggal 18
Desember 2006 dan diperoleh keterangan bahwa prestasi belajar matematika siswa
kelas XIIA-1 di sekolah tersebut masih tergolong rendah.
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan harian siswa hanya mencapai
4,5. Nilai rata-rata ini jika dibandingkan dengan ketuntasan belajar menurut
kurikulum, yakni sebesar 6,5 atau 65 % dapat dikatakan bahwa nilai tersebut
berada dibawah standar ketuntasan yang diharapkan. Dari hasil wawancara ini
pula diperoleh informasi dari guru matematika bahwa pokok bahasan yang dianggap
sulit untuk dipahami oleh siswa adalah pokok bahasan Limit Fungsi. Dalam hal
ini siswa seringkali mengalami kesulitan dan kekeliruan dalam menyelesaikan
soal-soal latihan. Misalnya:
Tentukan jika . Sebagian besar siswa lansung
mensubstitusikan ke sehingga . Dengan cara penyelesaian seperti
itu, maka tidak mempunyai nilai karena pembagian dengan
0 tidak terdefinisi. Untuk kasus limit seperti ini penyelesaiannya adalah
sebagai berikut :
Jika , maka : , sehingga jawaban yang benar dari = . Dari gambaran jawaban, terlihat
bahwa siswa tidak memiliki keterampilan untuk menyelesaikan soal. Hal ini
disebabkan karena siswa hanya bekerja sendiri dimana kemampuan mereka dalam
menyelesaikan soal sangat minim. Selama ini mereka hanya menerima apa saja yang
diberikan oleh guru dan tidak pernah bertanya kepada guru atau teman yang lebih
tahu jika mereka mengalamai kesulitan dan siswa yang bisa menjawab tidak mau
memberikan penjelasan kepada siswa lain yang belum mengerti. Terlebih lagi guru
jarang memberikan soal-soal latihan. Guru hanya menjelaskan materi dan membuat
rangkuman. Oleh karena itu jika siswa diberi soal-soal latihan mereka tidak bisa
menjawab. Yang bisa mereka jawab hanya soal-soal yang sama persis dengan yang
dicontohkan oleh guru. Guru dan peneliti menduga model pembelajaran yang
digunakan selama ini belum efektif. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya
prestasi belajar matematika siswa khususnya siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari pada pokok bahasan
limit fungsi.
Atas dugaan di atas maka
peneliti bersama-sama dengan guru sepakat untuk menawarkan suatu tindakan
alternatif untuk mengatasi untuk mengatasi masalah yang ada berupa penerapan
model pembelajaran lain yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberi
kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah model pemebelajaran kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif tumbuh dari suatu tradisi
pendidikan yang menekankan berpikir dan latihan bertindak demokratis,
pembelajaran aktif, perilaku kooperatif, dan menghormati perbedaan dalam
masyarakat multibudaya. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif dapat
merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas
kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton
akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Beberapa
peneliti yang terdahulu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
menyimpulkan bahwa model pembelajaran tersebut dengan beberapa tipe telah
memberikan masukan yang berarti bagi sekolah, guru dan terutama siswa dalam
meningkatkan prestasi. Olehnya itu lebih lanjut guru bersama peneliti ingin
melihat pembelajaran kooperatif melalui pendekatan struktural tipe Numbered
Heads Together (NHT).
Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih
bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran
kooperatif tipe NHT siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap
siswa dibebankan untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomor anggota
mereka. Tetapi pada umumnya mereka harus mampu mengetahui dan menyelesaikan
semua soal yang ada dalam LKS.
Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siswa aktif
bekerja dalam kelompok. Mereka bertanggungjawab penuh terhadap soal yang
diberikan. Misalnya siswa yang bernomor urut 2 dalam kelompoknya mempertanggungjawabkan
soal nomor 2 dan seterusnya. Walaupun pada saat persentase mereka bisa ditunjuk
untuk mengerjakan nomor lain. Sedangkan pada model pembelajaran kooperatif yang
lain terkadang siswa saling berharap kepada teman kelompok lain yang lebih
pintar. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD misalnya, siswa hanya disuruh
bekerja dalam kelompok dan pertanggungjawabannya secara kelompok pula. Siswa
kurang aktif dalam kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dinilai lebih
memudahkan siswa berinteraksi dengan teman-teman dalam kelas dibandingkan
dengan model pembelajaran langsung yang selama ini diterapkan oleh guru. Pada
model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi satu sama
lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap-hadapan
dengan guru dan terus memperhatikan gurunya.
Dengan dasar inilah yang mendorong peneliti dan guru
bersama-sama mencoba mengadakan penelitian dalam bentuk penelitian tindakan
kelas dengan judul ”Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari Pada Pokok Bahasan
Limit Fungsi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT”
2. Batasan Masalah
Pembelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan
Limit Fungsi kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah
Kendari semester Genap Tahun Ajaran 2006/2007.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT hasil belajar matematika siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari pada pokok bahasan Limit Fungsi dapat ditingkatkan?”.
4. Tujuan Penelitian
Sejalan
dengan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari pada pokok bahasan
Limit Fungsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
5.
Manfaat Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat
memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika
2.
Siswa semakin
termotivasi untuk belajar karena partisipasi aktif dalam proses pembelajaran
dan suasana pembelajaran semakin variatif dan tidak monoton
3.
Dapat memberikan
masukan yang berarti/bermakna pada sekolah dalam rangka perbaikan atau
peningkatan pembelajaran
4.
Peneliti dapat
meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan dapat menambah pengalaman peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian Pustaka
1.
Proses Belajar - Mengajar
1. Pengertian
Belajar
Belajar adalah
suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu
tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan,
kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya
mengenai segala aspek atau pribadi seseorang (Nasution, 1995: 35). Menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya (Slameto, 2003: 2).
Selanjutnya
Winkel (1989: 15) mengemukakan bahwa belajar pada manusia merupakan suatu
proses siklus yang berlangsung dalam interaksi aktif subyek dengan
lingkungannya yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan yang bersifat menetap/ konstan. Selain itu Sardiman
(1992: 22) menyatakan bahwa belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku
atau keterampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati,
mendengarkan dan lain sebagainya.
Dari uraian
beberapa pendapat di atas maka dapat dirumuskan defenisi belajar yaitu suatu
proses untuk mencapai suatu tujuan yaitu perubahan kearah yang lebih baik.
Perubahan tersebut adalah perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap
dan tingkah laku yang bersifat menetap.
2. Pengertian
Mengajar.
Menurut Slameto
(1995: 29) mengajar adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan
kecakapan kepada anak didik kita. Adapun defenisi lain di negara-negara modern
yang sudah maju mengatakan bahwa mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam
proses belajar. Defenisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah siswa, yang
mengalami proses belajar. Guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan
memperhitungkan kepribadian siswa. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berpikir
lebih banyak diberikan kepada siswa.
Mengajar
didefinisikan oleh Sudjana (2000: 37) sebagai alat yang direncanakan melalui
pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai
kegiatan belajar seoptimal mungkin. Pasaribu
(1983: 7) mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisir (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
(1983: 7) mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisir (mengatur) lingkungan sebaik-baiknya dengan anak sehingga terjadi proses belajar.
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah suatu kegiatan membimbing dan
mengorganisasikan lingkungan sekitar anak didik, agar tercipta lingkungan
belajar yang kondusif yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang optimal.
3. Proses
belajar-mengajar matematika
Berdasarkan
pengertian belajar dan mengajar di atas, dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar
mengajar tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Belajar merupakan proses
perubahan sedangkan belajar merupakan proses pengaturan agar perubahan itu terjadi.
Proses belajar mengajar untuk mata pelajaran matematika harus memperhatikan
karakteristik matematika. Sumarmo (2002: 2) mengemukakan beberapa karakteristik
matematika yaitu : materi matematika menekankan penalaran yang bersifat
deduktif materi matematika bersifat hirarkis dan terstruktur dan dalam
mempelajari matematika dibutuhkan ketekunan, keuletan, serta rasa cinta
terhadap matematika. Karena materi matematika bersifat hirarkis dan terstruktur
maka dalam belajar matematika, tidak boleh terputus-putus dan urutan materi
harus diperhatikan. Artinya, perlu mendahulukan belajar tentang konsep
matematika yang mempunyai daya bantu terhadap konsep matematika yang lain.
2.
Prestasi Belajar Matematika
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 895) prestasi diartikan sebagai yang telah
dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut Arifin (1991: 3),
prestasi berarti hasil usaha. Dalam hubungannya dengan usaha belajar, prestasi
berarti hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
belajar pada kurun waktu tertentu. Prestasi belajar siswa mampu memperlihatkan
perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman dalam bidang
ketrampilan, nilai dan sikap.
Dari
beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil
usaha yang telah dicapai oleh seseorang sedang prestasi belajar adalah hasil
yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dalam
kurun waktu tertentu.
Seorang
siswa yang telah melakukan kegiatan belajar matematika, dapat diukur
prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan
suatu alat evaluasi. Jadi prestasi belajar matematika merupakan hasil belajar
yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari matematika dalam kurun waktu
tertentu dan diukur dengan menggunakan alat evaluasi (tes).
3. Pembelajaran
Kooperatif
Konsep pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bukanlah suatu konsep baru, melainkan telah
dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pada awal abad pertama, seorang filosofi
berpendapat bahwa agar seseorang belajar harus memiliki pasangan.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson dan Johnson dalam Ismail, 2002:
12). Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagaian
besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi
pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat
terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar.
Model pembelajaran koopertif tidak sama dengan sekedar belajar
dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan.
Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif.
Roger dan David Johnson dalam Lie (2002: 30) mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif
harus diterapkan. Kelima unsur tersebut yaitu : 1) saling ketergantungan
positif,
2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok.
2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok.
Untuk memenuhi kelima unsur tersebut harus dibutuhkan
proses yang melibatkan niat dan kiat para anggota kelompok para peserta didik
harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan
belajar kelompok yang akan saling menguntungkan. Selain niat, peserta didik
juga harus menguasai kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain.
Salah satu cara untuk mengembangkan niat dan kerja sama antar peserta didik
dalam model pembelajaran kooperatif adalah melalui pengelolaan kelas. Ada tiga
hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran
kooperatif, yakni pengelompokan semangat kerja sama dan penataan ruang kelas.
1. Ciri-ciri
pembelajaran kooperatif
Menurut Stahl
dalam Ismail (2002: 12) bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah :
1.
Belajar dengan teman
2.
Tatap muka antar teman
3.
Mendengarkan diantara
anggota
4.
Belajar dari teman
sendiri dalam kelompok
5.
Belajar dalam kelompok
kecil
6.
Produktif berbicara
atau mengemukakan pendapat
7.
Siswa membuat
keputusan
8. Siswa aktif
Sedangkan
menurut Johnson dalam Ismail (2002: 12) belajar dengan koopertif mempunyai ciri
:
1.
Saling ketergantungan
yang positif
2. Dapat dipertanggungjawabkan secara individu
3. Heterogen
4.
Berbagi kepemimpinan
5. Berbagi tanggung jawab
6. Ditekankan pada tugas dan kebersamaan
7.
Mempunyai ketrampilan
dalam berhubungan sosial
8.
Guru mengamati
9.
Efektifitas tergantung
kepada kelompok
Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar,
mengemukakan pendapat dan membuat keputusan secara bersama.
2. Kelompok siswa yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin, dan kemampuan belajar.
3. Panghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok.
Menurut Ibrahim
(2000: 6) unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama.
2. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
3. Siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama.
4. Siswa haruslah berbagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan
hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama dalam proses belajarnya.
7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
2. Tujuan
pembelajaran kooperatif
Pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan yang hendak
dicapai :
1. Hasil belajar akademik
Pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif
unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
2. Pengakuan adanya keragaman
Model
pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat sosial.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran
kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan social siswa.
Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.
4. Manfaat Model
Pembelajaran Kooperatif
Manfaat-manfaat
model pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah,
antara lain Linda Lundgren dalam Ibrahim
(2000 : 18) adalah :
(2000 : 18) adalah :
1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2.
Memperbaiki kehadiran
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5. Konflik antar pribadi berkurang
6. Pemahaman yang lebih mendalam
7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.
Hasil belajar lebih
tinggi
5. Langkah-Langkah
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran
kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi
pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) dengan
melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran
dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Spencer Kagen dalam
Ibrahim (2000 : 28) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka mengenai
isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan lansung kepada seluruh
kelas, guru menggunakan empat langkah sebagai berikut : (a) Penomoran, (b) Pengajuan
pertanyaan,
(c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban.
(c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban.
Langkah-langkah
tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan penelitian ini. Keenam langkah tersebut adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap
ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. pembentukan kelompok
Dalam
pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5
orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama
kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang
ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Sebelum
kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif
dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu :
1. Tetap berada dalam kelas
2. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan
pertanyaan kepada guru
3. Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari
saling mengkritik sesama siswa dalam kelompok
Langkah 3. Diskusi masalah
Dalam kerja
kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap siswa berpikir bersama untuk
menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh
guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 4. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap
ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor
yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 5.
Memberi kesimpulan
Guru memberikan
kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan
materi yang disajikan.
Langkah 6.
Memberikan penghargaan
Pada tahap
ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian pada siswa dan memberi
nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.
2.
Kerangka Berpikir
Untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika, guru harus
mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan berbagai model
pembelajaran.
Dalam pelajaran
matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan
suatu pokok bahasan adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan
materi yang diajarkan, karena melihat kondisi siswa yang mempunyai
karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam menerima
materi pelajaran yang disajikan guru di kelas, ada siswa yang mempunyai daya
serap cepat dan ada pula siswa yang mempunyai siswa yang mempunyai daya tanggap
yang lama.
Menyikapi
kenyataan ini, penulis menilai perlu digunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT, yaitu membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang
siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang
pintar, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya kurang. Kemudian setiap
anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan masalah atau soal
dalam kelompoknya dan diberikan kebebasan mengeluarkan pendapat tanpa merasa
takut salah. Oleh karena itu tidak tampak lagi mana siswa yang unggul karena semuanya
berbaur dalam satu kelompok dan
sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompok tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari khususnya pada pokok bahasan Limit Fungsi , guru perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan tersebut karena daya serap siswa dalam menerima materi pada pokok bahasan Limit Fungsi tidak sama dan diharapkan dengan model pembelajaran tipe NHT setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relative sama terhadap materi Limit Fungsi dan pada akhirnya prestasi belajar siswa akan lebih baik.
sama-sama bertanggung jawab terhadap kelompok tersebut. Dengan demikian, untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari khususnya pada pokok bahasan Limit Fungsi , guru perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan pokok bahasan tersebut karena daya serap siswa dalam menerima materi pada pokok bahasan Limit Fungsi tidak sama dan diharapkan dengan model pembelajaran tipe NHT setiap siswa akan mempunyai tingkat kemampuan yang relative sama terhadap materi Limit Fungsi dan pada akhirnya prestasi belajar siswa akan lebih baik.
3.
Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruslan (2004), yang
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas I SMP Negeri 1 Sampolawa pada pokok bahasan bilangan bulat dalam belajar
matematika.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wa Sinar (2003), yang
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas I5 SMP Negeri 1 Kendari dalam belajar matematika.
4.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : “dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) maka hasil belajar siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari pada pokok bahasan
limit fungsi dapat ditingkatkan”.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan
kelas. Karakteristik yang khas dari penelitian tindakan kelas yakni adanya
tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Muhtar, 2007 : 7).
tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas (Muhtar, 2007 : 7).
2. Setting
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada di SMA Muhammadiyah
Kendari. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2007 sampai
tanggal 12 April 2007 di kelas XIIA-1 SMA
Muhammadiyah Kendari.
3. Subyek Penelitian
Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XIIA-1 SMA Muhammadiyah Kendari yang berjumlah 25
orang yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 19 orang perempuan, dengan
kemampuan yang heterogen
4. Instrumen
Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Lembar observasi,
untuk memperoleh data tentang kondisi pelaksanaan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT di kelas
2.
Tes hasil belajar, untuk
memperoleh data tenteng prestasi belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3.
Jurnal refleksi diri, untuk
memperoleh data tentang refleksi diri.
5. Defenisi
Operasional
1.
Hasil belajar
matematika adalah suatu hasil yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari
matematika dalam kurun waktu tertentu, yang diukur dengan menggunakan alat
evaluasi tertentu (tes).
2. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar siswa.
Siswa dibagi ke dalam kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4 siswa
heterogen. Setiap siswa dalam kelompoknya diberi nomor yang berbeda.
6. Faktor yang
diselidiki
Untuk mampu menjawab permasalahan, ada beberapa faktor yang
ingin diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor siswa : yaitu melihat aktivitas/kegiatan siswa dalam
mempelajari matematika khususnya pada saat mempelajari pokok bahasan
2. Faktor guru : yaitu melihat atau memperhatikan guru dalam
menyajikan materi pelajaran serta teknik yang digunakan guru dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3.
Faktor sumber
pelajaran : yaitu melihat sumber atau bahan pelajaran yang digunakan, apakah
sudah dapat mendukung pelaksanaan model pembelajaran yang diterapkan.
2. Prosedur
Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri
dari tiga siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin
dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki. Untuk dapat mengetahui prestasi
siswa dalam belajar matematika sebelum diberikan tindakan, terlebih dahulu
diberikan tes awal sedangkan observasi awal (18 Desember 2006) adalah untuk
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar siswa. Dimana tindakan yang akan dilakukan yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).
Dalam pelaksanaan tindakan pada tiap siklus mencakup
tahap-tahap sebagai berikut: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3)
Observasi dan evaluasi, (4) Refleksi.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas tersebut
dijabarkan sebagai berikut :
1. Perencanaan : adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
meliputi :
1. Membuat perangkat pembelajaran (RPP dan LKS).
2. Membuat instrumen penelitian yang meliputi alat evaluasi
berupa tes disertai jawaban dan panduan penskoran.
3. Membuat lembar observasi
4. Membuat jurnal untuk mengetahui data refleksi diri.
2. Pelaksanaan tindakan: kegiatan yang dilaksanakan pada tahap
ini disesuaikan dengan rencana yang telah disusun dalam rencana pembelajaran.
3. Observasi dan evaluasi: kegiatannya adalah melaksanakan
proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dibuat dan melakukan evaluasi hasil belajar siswa setelah
dilakukan tindakan.
4.
Refleksi: pada tahap
ini, hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan
kemudian dianalisis. Dari hasil tersebut akan dilihat apakah telah memenuhi
target yang ditetapkan pada indikator kerja. Jika belum memenuhi target, maka
penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Kelemahan atau
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya akan diperbaiki pada
siklus berikutnya.
8. Data dan Teknik
Pengambilan Data
1. Sumber data: yaitu guru dan siswa.
2. Jenis data: jenis data yang akan diperoleh adalah data
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes prestasi
belajar, sedangkan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan jurnal.
3. Teknik pengambilan data :
·
Data mengenai kondisi
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diambil dengan menggunakan
lembar observasi
·
Data mengenai refleksi
diri diambil dengan menggunakan jurnal.
·
Data mengenai hasil
belajar matematika diambil dengan menggunakan tes.
9. Indikator Kerja
Sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian kelas ini
adalah bila minimal 75% siswa telah memperoleh nilai minimal 6,0 (ketetapan
dari sekolah).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
1. Kegiatan Pendahuluan
Sebelum
melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi awal dan
wawancara singkat dengan guru matematika kelas XI SMA Muhammadiyah Kendari.
Hasil observasi menunjukan bahwa prestasi belajar matematika siswa khususnya
kelas XI masih tergolong rendah dan model pembelajaran yang digunakan adalah
model pembelajaran yang konvensional. Berdasarkan hasil wawancara
tersebut,diputuskan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dalam mengajarkan pokok bahasan limit fungsi dikelas IX 1A-1.
Pada
tanggal 14 maret 2007 diadakan tes awal pada siswa kelas IX 1A-1. Untuk
mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi limit fungsi. Nilai tes awal
dijadikan acuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar matematika siswa
kelas IX1A-1 SMA Muhammadiyah Kendari setelah diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Soal-soal
tes awal berupa materi yang berhubungan dengan pokok bahasan yang akan
diajarkan dalam hal ini materi untuk soal tes awal adalah materi
fungsi,pemfaktoran,komposisi fungsi,sebagaimana terlihat pada lampiran 4. Dari
tes awal tersebut,terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau
sama dengan 6,0 mencapai (6 orang siswa) dengan nilai rata-rata 4,86. Halini
memberikan gambaran bahwa prestasi belajar matematika siswa masih tergolong
rendah.
2.
Siklus I
1. Perencanaan
Setelah
ditetapkan untuk menerapkan model pembelajaran model kooperatif tipe NHT dalam
mengajar matematika pokok bahasan limit fungsi, maka kegiatan selanjutnya
adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan.
Setelah berkonsultasi dengan guru bidang studi matematika kelas IX1A-1 SMA Muhammadiyah Kendari, peneliti melakukan
hal-hal sebagai berikut :
1. Membuat
skenario pembelajaran untuk tindakan siklus I
2. Membuat
lembaran observasi terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran di kelas
3. Membuat
LKS
4. Membuat
alat evaluasi
5. Membuat
jurnal untuk refleksi diri
2.
Pelaksanaan
Tindakan
1. Pertemuan Pertama
Pelaksanaan
tindakan dilakukan oleh guru matematika sedangkan peneliti bertindak sebagai
pengamat. Tindakan siklus I untuk pertemuan pertama dilakukan pada hari kamis,
15 maret 2007. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru menginformasikan model
pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT selama
2 menit. Guru tidak memotivasi siswa dan tidak memberikan apersepsi kepada
siswa sebelum memasuki materi pelajaran. Guru juga tidak menyampaikan tujuan
dan indikator yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan
oleh kehadiran peneliti. Guru merasa canggung dalam mengajar.
Memasuki
kegiatan inti, guru berkolaborasi dengan peneliti melakukan pembagian kelompok
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT selama 5 menit. Kelompok
yang terbentuk sebanyak 5 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 orang
siswa yang heterogen. Setelah terbentuk kelompok dan siswa berada dalam
kelompoknya masing-masing, guru membagikan LKS 1.1 yang terdiri dari 4 nomor
soal yang dapat dilihat pada lampiran 7 dan menjelaskan secara singkat cara
kerja dalam LKS selama 25 menit. Guru menjelaskan bahwa jika suatu limit atau maka limit tersebut harus disederhanakan
terlebih dahulu dengan cara pemfaktoran atau merasionalkan bentuk akar. Setelah
itu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan soal-soal dalam
LKS. Guru memantau siswa dan sesekali keluar ruangan. Selama proses ini
berlangsung para siswa tidak bertanya kepada guru tentang hal-hal yang mereka
tidak mengerti. Setelah 13 menit guru memastikan semua siswa telah
menyelesaikan soal yang diberikan dan mengumpulkan lembar jawaban siswa secara
kelompok. Kemudian guru secara acak memanggil nomor anggota siswa dalam
kelompok untuk mempersentasekan hasil kerja kelompoknya. Pada kesempatan ini
guru memanggil siswa bernomor 2 untuk menyelesaikan soal nomor 1. Semua siswa
yang bernomor 2 unjuk jari dan kemudian guru menunjuk perwakilan dari kelompok
II. Soal yang dikerjakan sebagai berikut:
Tentukan
limit fungsi f(x) untuk x = 1 jika
Jawaban
dari siswa adalah sebagai berikut:
Karena
jawaban siswa dari kelompok II sudah benar maka tidak ada sanggahan dari
kelompok lain, kemudian guru melanjutkan kenomor lain sampai selesai.
Masing-masing kelompok diberi waktu 2 menit untuk mempersentasekan hasil kerja
kelompoknya.
Pada saat
persentase, guru mengetahui bahwa ada satu nomor soal yang tidak dapat dijawab
oleh siswa yaitu soal nomor 4. Oleh karena itu guru menjelaskan cara
penyelesaiannya. Soal tersebut sebagai berikut:
Tentukan
nilai limit berikut:
Guru
menjelaskan bahwa untuk menyelesaikan soal seperti di atas kita harus merasionalkannya
terlebih dahulu dengan cara mengalikan dengan akar sekawannya.
Setelah
menyimpulkan jawaban siswa yang tadi sebenarnya guru masih akan memberikan PR
kepada siswa tapi karena waktu telah habis akhirnya guru menutup pelajaran
2. Pertemuan Kedua.
Pertemuan
kedua adalah lanjutan dari pertemuan pertama. Pertemuan ini dilaksanakan pada
hari Rabu, 21 Maret 2007. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru
menginformasikan kepada siswa model pembelajaran yang akan digunakan yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe NHT serta menyampaikan indikator
pembelajaran.
Selanjutnya
masuk pada kegiatan inti guru menyajikan materi” Penggunaan Konsep Limit Fungsi
Untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu Fungsi Aljabar dan Trigonometri”. Kemudian
guru menyuruh siswa bergabung dengan kelompoknya masing-masing dan membagikan
LKS 1.2 dan menyuruh siswa menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS. Selama
siswa menyelesaikan soal dalam LKS guru memantau kerja dari tiap-tiap kelompok.
Sesekali guru menegur siswa yang kedapatan bermain-main atau tidak aktif dalam
diskusi kelompok. Ada sebagian siswa yang merasa kesulitan menyelesaikan soal
yang ada dalam LKS. Hal ini disebabkan siswa kurang memperhatikan penjelasan
guru. Setelah siswa menyelesaikan soal dalam LKS guru secara acak memanggil
nomor anggota siswa dalam kelompok untuk mempersentasikan hasil kerja
kelompoknya. Pada tahap ini masih terjadi keributan dalam kelas namun tidak
seperti pertemuan pertama, hanya sebagian siswa yang masih takut jika nomornya
yang dipanggil maju ke depan kelas. Selanjutnya siswa yang ditunjuk untuk
mewakili kelompoknya maju ke depan kelas untuk mempersentasikan jawabannya
wlaupun jawaban mereka belum sepenuhnya benar. Hal ini menjadi tugas guru
menyimpulkan jawaban siswa dan memberikan penghargaan berupa tepuk tangan
kepada kelompok yang memperoleh hasil terbaik.
Selanjutnya
guru menutup pembelajaran dengan membimbing siswa merangkum materi yang telah
dibahas. Guru tidak sampai memberikan PR kepada siswa karena waktu yang
terbatas.
3. Observasi
Hal-hal
yang diobservasi pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah cara guru menyajikan
materi pelajaran apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
dibuat atau belum. Selain itu juga dilihat aktivitas siswa dalam mengikuti
pelajaran.
Hasil observasi terhadap guru menunjukkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Guru
tidak memberi motivasi dan tidak memberi apersepsi
2. Guru
tidak secara merata memberikan bimbingan kepada siswa.
3. Guru
belum mampu mengelola waktu dengan baik, akibatnya ada tahapan-tahapan dalam
skenario pembelajaran yang tidak terlaksana karena kehabisan waktu.
Setelah
peneliti berkonfirmasi kepada guru hal-hal diatas disebakan oleh:
·
Kehadiran peneliti mempengaruhi kinerja guru
sehingga guru menjadi canggung dan suasana kelas menjadi kaku, hal ini nampak
pada saat guru memberikan penjelasan, suara kurang jelas dan gerakan kurang
leluasa.
·
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dianggap
hal yang baru bagi pribadi guru mata pelajaran matematika di SMA Muhammadiyah
Kendari maupun bagi sekolah sehingga guru masih canggung dalam melaksanakan
skenario yang telah dibuat.
Hasil observasi terhadap siswa menunjukkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Siswa
terlihat masih kaku jika berada dalam kelompoknya
2. Masih
banyak siswa yang kurang aktif dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS yang telah
diberikan
3. Siswa
masih ragu mengemukakan pendapat
4. Hanya
beberapa siswa yang mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan banyak
siswa yang merasa gugup ketika nomornya terpanggil untuk maju kedepan kelas
Hal-hal tersebut di atas
disebakan oleh:
·
Sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan
guru
·
Sebagian besar siswa belum dapat menyampaikan
pendapat atau pertanyaan karena merasa asing dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
4. Evaluasi
Setelah
pelaksanaan tindakan siklus I selama 2 kali pertemuan , diadakan evaluasi
dengan tes seperti yang ada pada lampiran 4. Hasil tes siklus I menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes awal yaitu dari
24%
(6 orang) siswa memperoleh nilai ≥ 6,0 pada tes awal dan meningkat menjadi 48% (12 orang) siswa memperoleh nilai ≥ 6,0. Walaupun hasil tes siklus I menunjukkan peningkatan, tapi karena belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Hasil tes tindakan siklus I selengkapnya terdapat pada lampiran I.
(6 orang) siswa memperoleh nilai ≥ 6,0 pada tes awal dan meningkat menjadi 48% (12 orang) siswa memperoleh nilai ≥ 6,0. Walaupun hasil tes siklus I menunjukkan peningkatan, tapi karena belum mencapai indikator keberhasilan maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Hasil tes tindakan siklus I selengkapnya terdapat pada lampiran I.
5. Refleksi
Pada
tindakan siklus I ini penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam
mengajarkan pokok bahasan limit fungsi belum sempurna sesuai dengan yang
diharapkan.
Analisis
terhadap observasi dijadikan sebagai bahan untuk menentukan tindakan
selanjutnya. Setelah diadakan refleksi antara guru dan peneliti maka pada
pertemuan selanjutnya guru harus:
1. Memberi
motivasi dan apersepsi kepada siswa sebelum memulai proses pembelajaran
2. Membeti
bimbingan kepada setiap kelompok yang mengalami kesulitan
3. Mampu
mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam skenario
pembelajaran dapat terlaksana
3. Siklus II
1. Perencanaan
Berdasarkan
hasil observasi dan evaluasi, pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga peneliti bersama guru
merencanakan tindakan siklus II. Kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan
yang ada pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II.
Hal-hal
yang perlu dilakukan dalam memperbaiki kelemahan dan kekurangan pada siklus I
untuk diperbaiki pada siklus II adalah :
1. Guru
harus memotivasi siswa agar siswa bersemangat dalam belajar serta guru harus
memberikan apersepsi.
2. Guru
harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru.
3. Guru
harus selalu memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk
menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
4. Guru
harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam
skenario pembelajaran dapat terlaksana.
Selain
hal-hal yang merupakan rencana perbaikan untuk tindakan siklus I, peneliti
harus mempersiapkan juga scenario pembelajaran, lembar observasi untuk guru dan
siswa, alat evaluasi dan jurnal refleksi diri untuk tindakan siklus II.
2. Pelaksanaan tindakan
1.
Pertemuan
Pertama
Pertemuan
pertama siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Maret 2007. kegiatan
pembelajaran diawali dengan guru menyampaikan indikator pencapaian hasil
belajar dan menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru juga memotivasi siswa agar lebih aktif
dan banyak latihan sehingga mudah menyelesaikan soal-soal latihan yang
berkaitan dengan materi limit fungsi karena ujian semester sudah dekat. Guru
memberi apersepsi kepada siswa dengan mengadakan tanya jawab tentang materi
yang sudah dipelajari.
Memasuki
kegiatan inti guru menjelaskan cara membagi pembilang dan penyebut dengan
variabel pangkat tertinggi untuk memudahkan proses pencarian limitnya. Kemudian
guru menyuruh siswa untuk bergabung dalam kelompoknya masing-masing. Setelah
siswa berada dalam kelompoknya masing-masing guru membagikan LKS 2.1 dan memina
siswa secara kelompok menyelesaikan soal-soal dalam LKS. Ada yang mengalami
kesulitan dan siswa tersebut langsung bertanya kepada guru tentang
kesulitannya. Guru memberikan bimbingan kepada kelompok atau siswa yang
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal LKS. Kemudian guru memanggil
secara acak nomor anggota siswa untuk menjawab atau mempersentasikan hasil
kerja kelompoknya. Setelah persentasi selesai guru menyimpulkan jawaban siswa
dengan memberikan penghargaan pada kelompok yang memperoleh skor tertinggi.
Guru
mengakhiri pembelajaran dengan memberikan PR sebanyak 1 nomor. Guru tidak
membimbing siswa merangkum materi pelajaran.
2. Pertemuan Kedua
Pertemuan
kedua adalah lanjutan dari pertemuan sebelumnya. Pertemuan ini dilaksanakan
pada hari kamis, 29 Maret 2007. Pada awal pertemuan guru membahas PR yang
dianggap sulit oleh siswa dan menginformasikan kepada siswa model pembelajaran
yang akan digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kemudian guru
menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar serta memberikan motivasi
kepada siswa suapaya sering mengerjakan soal-soal latihan agar bisa berhasil
dalam ujian.
Masuk
pada kegiatan inti guru menyajikan materi cara menentukan limit suku banyak dan
menjelaskan teorema-teorema limit. Kemudian guru menyuruh siswa bergabung
dengan kelompoknya masing-masing. Setelah berada dalam kelompoknya guru
membagikan LKS 2.2 dan meminta siswa menyelesaikan soal-soal dalam LKS. Selama
siswa menyelesaikan soal dalam LKS guru memantau kerja dari tiap-tiap kelompok
. sesekali keluar ruangan dan mengobrol dengan peneliti. Ternyata ada soal yang
mereka anggap sulit dan langsung bertanya kepada gurunya. Guru kemudian
menjelaskannya. Setelah semua siswa telah menyelesaikan soal yang diberikan,
guru secara acak memanggil nomor anggota siswa dalam kelompok untuk menjawab atau
mempersentasikan hasil kerja kelompoknya. Siswa sudah tidak lagi ketika nomor
anggotanya terpanggil. Siswa sudah mampu persentasi walaupun hasilnya belum
terlalu bagus. Selanjutnya guru menyimpulkan jawaban sisiwa dan memberikan
penghargaan berupa tepuk tangan pada kelompok yang memperoleh skor tertinggi.
Selanjutnya
guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas kemudian guru
memberikan PR sebanyak 2 nomor dan selanjutnya mengakhiri pembelajaran.
3. Observasi
Secara
umum pada pelaksanaan tindakan siklus II ini telah ada peningkatan dibandingkan
dengan siklus I. Hal ini terlihat pada hasil observasi guru dan siswa.
Hasil
observasi terhadap guru menunjukan bahwa :
1. Guru
selalu menjelaskan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.
2. Guru
sudah bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan guru.
3. Guru
memberikan bantuan/bimbingan kepada kelompok atau siswa yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal dalam LKS dan memberikan penghargaan
kepada kelompok /siswa yang menjawab dengan benar.
4. Guru
sudah dapat melaksanakan hampir semua tahapan kegiatan dalam skenario
pembelajaran pada siklus II.
Hasil
observasi terhadap siswa menunjukan bahwa :
1. Siswa
memperhatikan dengan baik penjelasan guru
2. Sebagian
siswa sudah berani menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti yang ada kaitannya
dengan materi yang diajarkan.
3. Sebagian
besar siswa sudah mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Hasil
observasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
4. Evaluasi
Setelah 2
kali pertemuan yang membahas materi mengenai limit fungsi di suatu titik,
kembali diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
matematika siswa. Soal tes tindakan siklus II selengkapnya terdapat pada
lampiran 4.
Hasil tes
siklus II menunjukkan peningkatan prestasi belajar matematika siswa
dibandingkan dengan siklus I yaitu dari 48% (12 orang) siswa yang telah
memperoleh nilai pada siklus I meningkat menjadi 68% (17 orang)
siswa telah memperoleh nilai pada siklus II. Dari hasil tes siklus II,
walaupun menunjukkan peningkatan tetapi karena belum mencapai indikator
keberhasilan maka penelitian dilanjutkan pada siklus III. Hasil evaluasi
pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 1.
5. Refleksi
Berdasarkan
hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus II, hal yang masih
perlu diperhatikan adalah bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan latihan perlu ditingkatkan. Kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan siklus II akan diperbaiki pada
pelaksanaan tindakan siklusIII.
Hasil refleksi diri pada
pelaksanaan tindakan siklus II selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
4. Tindakan siklus III
a.
Perencanaan
Berdasarkan
hasil observasi, evaluasi dan refleksi diri pada tindakan siklusII, maka
peneliti bersama dengan guru merencanakan tindakan siklus III agar
kekurangan-kekurangan pada tindakan siklus II dapat diperbaiki.
kekurangan-kekurangan pada tindakan siklus II dapat diperbaiki.
Adapun
hal-hal yang perlu dilakukan dalam rangka memperbaiki tindakan siklus II adalah
guru harus selalu membimbing siswa dalam mengerjakan soal-soal LKS yang telah
diberikan. Selain itu, pada tahap perencanaan ini peneliti tetap membuat
skenario pembelajaran, lembar observasi terhadap guru dan siswa, alat evaluasi
dan jurnal refleksi diri untuk tindakan siklus III.
b.
Pelaksanaan tindakan
1. Pertemuan Pertama
Pertemuan
pertama siklus III dilaksankan pada hari Kamis, 5 April 2007. Pada awal
pertemuan guru membahas PR yang dianggap sulit oleh siswa. Kemudian guru menginformasikan
model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dan menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. Guru juga memotivasi
siswa agar mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian semester.
Masuk
pada kegiatan inti guru mengecek pemahaman dasar siswa tentang trigonometri.
Kemudian guru menjelaskan materi limit fungsi trigonometri di satu titik dengan
menggunakan metode ceramah. Selanjutnya guru menyuruyh siswa untuk bergabung
dengan kelompoknya masing-masing dan membagikan LKS 3.1, serta menyuruh siswa
mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS yang telah dibagikan. Kemudian siswa
berdiskusi dengan teman-teman dalam kelompoknya dan ternyata ,masih ada satu
soal yang sulit mereka kerjakan. Mereka lalu bertanya kepada guru dan guru
membantu menjelaskannya. Setelah siswa menyelesaikan soal dalam LKS, guru
secara acak memanngil nomor anggota siswa adalam kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan kelompok yang lain
menanggapinya. Disini siswa sudah tidak takut lagi ketika nomornya dipanggil.
Siswa sudah aktif bekerja dalam kelompok dan menjawab soal dengan benar.
Selanjutnya guru menyimpulkan jawabn siswa dan memberikan penghargaan pada
kelompok yang memperoleh skor tertinggi.
Setelah
jeda kurang lebih 1 menit guru mengakhiri pelajaran dengan membimbing siswa
membuat rangkuman tentang materi yang telah dibahas dan memberikan latihan
soal-soal untuk dikerjakan di rumah.
2. Pertemuan Kedua
Pertemuan
kedua adalah lanjutan dari pertemuan sebelumnya. Pertemuan ini dilaksanakan
pada hari Rabu, 11 April 2007. Pada awal pertemuan guru selalu membahas PR yang
tidak dimengerti oleh siswa. Selanjutnya guru menyampaikan indikator
pembelajaran dan memotivasi siswa agar lebih semangat dalam belajar. Guru tidak
lupa menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Memasuki
kegiatan inti guru mengawali pembelajaran dengan menjelaskan arti bentuk tak
tentu dari limit fungsi. Kemudian guru meminta siswa bergabung dalam
kelompoknya masing-masing dan membagikan LKS 3.2 serta menyuruh siswa
mengerjakan soal-soal dalam LKS yang telah dibagikan. Selanjutnya siswa
berdiskusi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan soal-soal dalam LKS. Hal ini
sangat membantu siswa untuk memahami materi yang diajarkan. Sehingga siswa
tidak kesulitan lagi dalam menyelesaikan soal. Setelah memastikan semua siswa
telah menyelesaikan soal yang diberikan guru meminta wakil dari setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan memandu
jalannya diskusi. Selanjutnya guru dan siswa merumuskan jawaban yang benar dan
memberi kesimpulan.
Pada
akhir pelajaran guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan di rumah. Karena
masih ada waktu yang tersisa guru menyarankan siswa untuk mengerjakan
soal-soal yang ada dalam buku paket.
soal-soal yang ada dalam buku paket.
c.
Observasi
Peneliti
kembali melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan siklus III dan
hasil observasi terhadap guru menunjukkan bahwa guru telah mampu melaksanakan
skenario pembelajaran dengan baik. Hasil observasi terhadap siswa menunjukkan
hal-hal berikut:
1. Semua
siswa sudah memperhatikan penjelasan guru
2. Siswa
sudah mampu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
3. Siswa
sudah mampu mengemukakan pendapat.
Hasil
observasi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.
Secara
umum pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
dibuat. Semua tahapan kegiatan dalam skenario pembelajaran telah dilaksanakan
dengan sempurna oleh guru. Hanya masih ada sedikit kelemahan-kelemahan pada
pihak siswa yaitu ada beberapa siswa yang belun mampu mengemukakan pendapat.
d.
Evaluasi
Setelah 2
kali pertemuan, maka kembali diadakan tes tindakan siklus III untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar matematika siswa. Hasil tes menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu dari 68% (17 0rang) siswa telah
memperoleh nilai pada siklus II meningkat menjadi 80% (20
orang) siswa telah memperoleh nilai pada siklus III.
Dari
hasil tes siklus III menunjukkan adanya peningkatan dan telah mencapai
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka pelaksanaan tindakan
dihentikan hanya sanpai pada siklus III. Hasil evaluasinya dapat dilihat pada
lampiran 1.
e.
Refleksi
Kegiatan
refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus III menunjukkan hasil yang cukup
menggembirakan baik bagi guru mata pelajaran maupun bagi peneliti. Hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sudah mendapatkan hasil yang
lebih baik, walaupun masih ada beberapa siswa yang belum dapat menyampaikan
pendapat tetapi siswa tersebut aktif melibatkan diri dalam melaksanakan tugas
kelompok.
Jika
dilihat dari hasil tes pada evaluasi pelaksanaan tindakan siklus III, yaitu telah
mencapai 80% (20 orang) siswa yag telah memperoleh nilai atau dengan kata lain telah mencapai indikator
keberhasilan, maka penelitian ini telah berhasil dilaksanakan sesuai rencana
pelaksanaan penelitian dengan tiga siklus tindakan.
Pembahasan
Pembahasan
Penelitian
ini berakhir setelah pelaksanaan siklus III karena telah mencapai indikator
kinerja yang telah ditetapkan.
Pada
siklus I, perolehan nilai siswa berdasarkan ketuntasan belajar hanya 48%
(12 orang) siswa yang telah memperoleh nilai . Nilai evaluasi hasil tes siklus I meningkat 24% dari hasil tes awal. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dimana kekurangan itu ada yang berasal dari guru dan ada juga yang berasal dari siswa. Diantaranya ada sebagian siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat menyampaikan materi, dan kekurangan yang berasal dari guru adalah belum terlaksananya semua komponen dalam skenario pembelajaran. Hal itu dikarenakan guru belum dapat mengatur waktu sebaik mungkin, guru terlalu banyak memberikan waktu pada siswa untuk bekerja menyelesaikan soal-soal yang diberikan, dan guru merasa canggung dalam mengajar karena kehadiran peneliti. Melihat kekurangan yang masih ada serta prestasi belajar matematika siswa terhadap pokok bahasan limit fungsi pada tindakan siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II. Hal-hal yang harus diperbaiki pada tindakan siklus II adalah guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerja sama dengan teman kelompoknya. Guru juga harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam skenario pembelajaran dapat terlaksana.
(12 orang) siswa yang telah memperoleh nilai . Nilai evaluasi hasil tes siklus I meningkat 24% dari hasil tes awal. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, guru dan siswa telah melakukan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dimana kekurangan itu ada yang berasal dari guru dan ada juga yang berasal dari siswa. Diantaranya ada sebagian siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru pada saat menyampaikan materi, dan kekurangan yang berasal dari guru adalah belum terlaksananya semua komponen dalam skenario pembelajaran. Hal itu dikarenakan guru belum dapat mengatur waktu sebaik mungkin, guru terlalu banyak memberikan waktu pada siswa untuk bekerja menyelesaikan soal-soal yang diberikan, dan guru merasa canggung dalam mengajar karena kehadiran peneliti. Melihat kekurangan yang masih ada serta prestasi belajar matematika siswa terhadap pokok bahasan limit fungsi pada tindakan siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, maka penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II. Hal-hal yang harus diperbaiki pada tindakan siklus II adalah guru harus bersikap tegas dengan menegur/memberi sanksi kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan yang tidak mau bekerja sama dengan teman kelompoknya. Guru juga harus mampu mengelola waktu dengan efisien agar semua tahapan kegiatan dalam skenario pembelajaran dapat terlaksana.
Pada
tindakan siklus II, model pembelajaran kooperatif tipe NHT kembali
dilaksanakan. Berdasarkan hasil observasi pada tindakan siklus II, kegiatan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran telah meningkat. Dimana
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diperbaiki sedikit
demi sedikit. Siswa sudah lebih memperhatikan penjelasan guru walaupun hanya
beberapa siswa mampu dan mau mengajukan pertanyaan jika mendapat masalah dalam
menyelesaikan soal-soal LKS yang diberikan. Berdasarkan hasil evaluasi yang
dilakukan pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai sebanyak 16 orang atau 68%. Ini berarti
mengalami peningkatan dibanding hasil evaluasi pada siklus I. Melihat hasil tes
tindakan siklus II ini belum mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan maka penelitian dilanjutkan kembali pada siklus berikutnya. Hal-hal
yang harus diperbaiki pada siklus III adalah guru harus selalu membimbing siswa
dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan.
Setelah
siklus III, nilai siswa menunjukkan lagi peningkatan menjadi 80% siswa telah
memperoleh nilai dan secara rata-rata juga meningkat menjadi
6,82. Hal ini berarti telah mencapai indikator yang telah ditetapkan. Karena
indikator keberhasilan dalam penelitian telah tercapai, ini berarti hipotesis
tindakan telah tercapai yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT prestasi belajar matematika siswa kelas IX1A-1 SMA Muhammadiah Kendari pada pokok bahasan
limit fungsi dapat ditingkatkan.
i.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1994. Kurikulum 1994. Jakarta : Depdiknas.
_______, 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Proyek PGSM Dikti.
Hudojo, Herman,
1990. Mengajar Belajar Matematika.
Malang : IKIP Malang.
Ibrahim, M, dkk.
2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press.
Ismail, 2002. Model-model Pembelajaran. Jakarta :
Direktorat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Dirjen Dikdasmen Depdiknas.
Lie, 2002. Cooperative Learning. Jakarta : PT
Grasindo.
Pasaribu, I. L.
dan Simandjuntak, B. 1983. Proses Belajar
Mengajar Edisi II. Bandung : Tarsito.
Ruseffendi, E.T.
1980. Pengajaran Matematika Modern Untuk
Orang Tua Murid, Guru dan SPG. Bandung : Tarsito.
Sardiman, A. M.
1992. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta : Rajawali Press.
Slameto, 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudjana, N.
2000. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Sumarmo, Utari.
2002. Alaternatif Pembelajaran Matematika
Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : FMIPA-UPI.
Winkel, W. S.
1989. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.
Jakarta : Gramedia.
loading...
0 Response to "KUMPULAN SKRIPSI PPKN LENGKAP TENTANG PENDIDIKAN "
Post a Comment