https://ylx-4.com/fullpage.php?section=General&pub=234891&ga=a

KUMPULAN MAKALAH PENDIDIKAN LENGKAP ISLAM DAN KEBUDAYAAN


PENDIDIKAN ISLAM DAN KEBUDAYAAN

I.    Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk termulia dari segenap makhluk dan wujud lain yang ada di alam jagad ini (Al-Syaibany, 1979: 103). Dengan kata lain, manusia adalah puncak ciptaan Allah. Manusia ialah makhluk (ciptaan) Allah, bukan tercipta atau ada dengan sendirinya. Ini masalah keyakinan, dan al-Qur’an berulang-ulang meyakinkannya kepada manusia sampai pada tingkat menantangnya agar mencari bukti-bukti, baik pada alam raya maupun pada dirinya sendiri (Aly, 1999:58).
Dilihat dari strukturnya, manusia tersusun dari dua unsur yakni, pertama, memiliki beberapa kesamaan dengan makhluk lain. Kedua, memiliki kekhasan yang menunjukkan ketinggian martabat manusia disbanding dengan makhluk yang lain. Unsur pertama dari susunan kodrat itu dinamakan raga atau tubuh, sedang unsur kedua dinamakan jiwa atau roh (Soebahar, 2000:149).
Kedua unsur itu, manusia dianugerahi nilai lebih, hingga kualitasnya berada di atas kemampuan yang dimiliki makhluk-makhluk lain. Dengan bekal yang istimewa ini manusia mampu menopang keselamatan, keamanan, kesejahteraan, dan kualitas hidupnya (Jalaludin, 2001:13). Sebaliknya dapat mencapai kehinaan bila kualitas insannya tidak dikembangkan secara positif. Sebab pada pribadi manusia bersanding kecenderungan pada kebajikan dan kefasikan (QS. Al-Syamsy: 8-10).
Walaupun pada manusia bersanding kefasikan dan ketaqwaannya sekaligus, namun pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat dari potensi negatifnya, hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik kebajikan (Shihab, 2000: 286). Oleh karena itu manusia dapat berubah secara dinamis dari buruk menjadi baik dan sebaliknya dari baik menjadi buruk (Bastaman, 1995: 126). Artinya bahwa kepribadian manusia tidak pernah stabil secara sempurna, ia selalu dalam dinamika kehidupannya, ia selalu berhadapan dengan lingkungan yang ikut mewarnai dinamika dan persoalan kemanusiaan.
Karenanya di sini manusia memerlukan pendidikan, termasuk pendidikan Islam. Perbincangan tentang pendidikan tidak akan pernah mengalami titik final. Karena pendidikan merupakan permasalahan besar kemanusiaan yang senantiasa aktual dibicarakan pada setiap ruang dan waktu yang tidak sama dan bahkan berbeda sama sekali (Zamroni, 2004: 2). Karenanya, pendidikan harus senantiasa dengan perubahan yang terjadi. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip dalam Pendidikan Islam, yakni prinsip perubahan yang diinginkan (Al-Syaibany, 1979: 441).
Diantara perubahan yang dapat dirasakan adalah dalam kebudayaan. Kebudayaan yang dapat diartikan adalah pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat (Nasution, 1995: 63), dalam era globalisasi ini, terjadi pertukaran kebudayaan dari satu negara ke negara lain. Akibat pertukaran kebudayaan mengakibatkan dampak positif dan negatif.   
Dalam makalah ini, penulis akan menguraikan tiga hal, yakni pertama, pengertian pendidikan Islam dan kebudayaan. Kedua, globalisasi dan kebudayaan. Ketiga, bagaimana membangun budaya Islami di sekolah.

II. Pengertian Pendidikan Islam dan Kebudayaan
Sebelum membahas lebih lanjut, alangkah baiknya membahas tentang pengertian pendidikan Islam dan Kebudayaan.

A.    Pengertian Pendidikan Islam
Ada banyak pengertian tentang pendidikan Islam. Diantaranya:
1.   Ahmad D. Marimba memberikan definisi Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada si terdidik dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah kearah kedewasaan dan seterusnya ke arah terbentuknya kepribadian muslim.( Marimba, 1986: 41)
2.   Syahminan Zaini berpendapat Pendidikan Islam adalah usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran agama Islam, agar terwujud atau tercapai kehidupan manusia yang makmur dan bahagia. (Zaini, 1986:4)
3.   HM. Chabib Thoha menyebutkan Pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah, dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan didasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam AI-Qur’an, maupun hadist Nabi. (Thoha, 1995:  99)
4.  Ali Ashraf berpendapat Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih stabilitas murid sedemikian rupa, sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan begitu pula pendekatan mereka terhadap sesama ilmu pengetahuan mereka, diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan (Ashraf, 1984: 23)
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pengertian pendidikan Islam adalah suatu aktifitas atau usaha pendidikan berupa bimbingan dan pengembangan fitrah manusia baik jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian muslim muttaqin yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat.
Sedangkan tujuan pendidikan di bahwa menurut Hasan Langgulung (1986: 33) menyatakan bahwa berbicara tentang tujuan pendidikan tak dapat tidak mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan bertujuan memelihara kehidupan manusia. Sementara Al-Syaibani (1979: 399) menyebutkan tujuan pendidikan adalah perubahan yang diharapkan setelah subyek didik mengalami perubahan proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya.
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang sadar dan bertujuan dan Allah meletakkan azas-azasnya bagi seluruh manusia di dalam syari’at ini. Oleh sebab itu, sudah semestinya mengkaji pendidikan terlebih dahulu menjelaskan tujuannya yang luhur dan luas, yang telah ditetapkan oleh Allah bagi seluruh aktititas manusia. karena tujuan merupakan kompas, barometer sekaligus evaluator dalam penyelenggaraan sutau pendidikan.
Sebagai karakteristik pendidikan yang bercorak Islam, maka sudah barang tentu dalam perumusan tujuan pendidikannya mengacu dan berpihak pada hukum-hukum ajaran Islam. Adapun tujuan pendidikan Islam dapat dilihat sebagai berikut:
Para ahli pendidikan memberikan pendapat tentang tujuan pendidikan Islam, diantaranya:
1.       Al-Abrasy (1980:10) mengatakan bahwa tujuan utama pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak yang utama atau pembentukan moral yang tinggi.
2.      Zaini (1986: 34-35)  mengatakan tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berjasmani kuat atau sehat dan terampil, berotak cerdas dan berilmu banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan pendirian yang teguh.
3.      Chabib Thoha (1995: 101-102) mengatakan tujuan pendidikan Islam adalah:
a.       Menumbuhkan dan mengembangkan ketaqwaan kepada Allah SWT
b.      Membina dan memupuk akhlakul karimah
c.       Menumbuhkan sikap dan jiwa yang selalu beribadah kepada Allah
d.      Menciptakan pemimpin-peminipin bangsa yang selalu beramar ma’ruf nahi munkar
e.       Menumbuhkan kesadaran ilmiah, melalui kegiatan penelitian, baik terhadap kehidupan manusia, alam maupun kehidupan makhluk Allah semesta.
4.      Marimba (1986: 49) dengan tegas mengatakan tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya kepribadian muslim.
5.      Daradjat (1996: 31), mengemukakan bahwa Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia telah berakhir pula. Mati dalam keadaan berserah di kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung taqwa, sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. lnilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhir hidupnya.
Dengan demikian berdasarkan rumusan tentang tujuan pendidikan Islam di atas maka dapat diformulasikan bahwa tujuan pendidikan Islam adalab terbentuknya kepribadian muslim yang mempunyai otak cerdas, berilmu banyak, berhati tunduk kepada Allah serta mempunyai semangat kerja yang hebat, disiplin yang tinggi dan pendirian yang teguh Sehingga dapat menciptakan pemimpin-pemimpin bangsa yang selalu beramar ma’ruf nahi munkar.
Sementara itu, dasar pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan as-Sunah. Serta apa yang ada diatasnya dari pada puncak-puncak cabang yang lain. Seperti qiyas, Ijma’, dan sumber-sumber perundangan bimbingan dan syariat lsIam.(Al-Syaibani, 1979: 427)
1.      Al Quran
Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam yang pertama adalah Al Qur’an. Al Qur’an ialah Firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhaniad. Didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan dengan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al Qur’an terdiri dua prinsip besar yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan dan amal. Setiap muslim percaya bahwa al Qur’an adalah sumber nilai dan ajaran Islam yang paling utama. (Al-Ghazali, 1985:VI).
Al Qur’an itu sendiri diturunkan kepada manusia untuk memberikan petunjuk jalan hidup yang lurus dalam arti memberikan bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah. (Zuhairini, 1994:154) Pendidikan yang terkandung dalam al Qur’an adalah Pendidikan yang menyeluruh yaitu meliputi segala aspek manusia dan bergerak dalam bidang kehidupan. Pendidikan itulah yang mementingkan pembinaan pribadi dari segala segi dan menekankan perubahan dalam diri manusia (antara jasmani, akal dan perasaan). Dan pendidikan Islam harus berlandaskan ayat-ayat al Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam. (Hidayatullah, 2000: xviii)
2.      As Sunah (Sunnah Rasul)
Sunnah rasul yang sering disebut hadis ialah ucapan, perbuatan atau takrir nabi yang mengandung ajaran-ajaran Islam. Sedangkan yang dimaksud takrir adalah penetapan Nabi SAW. Secara diam-diam terhadap ucapan atau perbuatan para sahabatnya.
Pada mulanya as-Sunah dimaksudkan untuk mewujudkan dua tujuan; Pertama, menjelaskan kandungan aI-Qur’an. Kedua, menerangkan syariat dan adab-adab lain. (An-Nahlawi, 1989: 46) Terhadap pendidikan sendiri as-Sunah bertindak sebagaimana al Qur’an dalam mendidik, mensucikan jiwanya, meluruskan pribadi dan membimbing kearah yang lurus. (Al-Syaibani, 1979: 431)
Masih menurut Al-Syaibani, cara Sunah dalam mendidik melalui dua jalan; pertama, bersifat positif, berpusat pada dasar-dasar yang sesuai dan kuat bagi akhlak yang mulia yang bertujuan menanamkan kemuliaan. Kedua, bersifat penjagaan, menghindarkan dari segala macam keburukan, baik bersifat individual atau sosial, dan menjaga dari bahaya perpecahan dan perbedaan.
Yang terpenting dalam Sunah ini, bahwa mencerminkan segala tingkah laku Nabi SAW. yang patut diketahui oleh setiap muslim. Dengan kata lain sebagal model bagi setiap muslim. Sebab berkaitan dengan keimanan maka manusia berusaha untuk mengikuti jejak Rosulullah sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan watak setiap muslim. (Langgulung, 1995: 38)
Jadi dasar pendidikan Islam adalah wawasan tajam terhadap sistem hidup Islam yang sesuai dengan kedua sumber pokok (al-Qur’an dan as Sunah). Nilai-nilai fundamental dalam sumber pokok ajaran Islam yang harus dijadikan dasar pendidikan Islam yaitu aqidah Akhlak, penghargaan terhadap akal, kemanusiaan, keseimbangan, rahmat bagi seluruh alam.


B.     Pengertian Kebudayaan

Istilah kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:215) diartikan hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat. Sedangkan dalam Kamus Oxford Learners Pocket Dictionary (2003:105), istilah kebudayaan disebut dengan culture diartikan dengan customs, beliefs, art, way of life, etc of a particular country or group.
Sementara para ahli memberikan memberi definisi sebagai berikut:
1.      Kebudayaan menurut Marimba (1986: 124), segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.      Kebudayaan adalah pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat. (Nasution, 1995: 63) kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, ketrampilan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan manusia.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia (akal budi) seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat. pandangan hidup, pola perilaku yang secara umum yang  terdapat dalam suatu masyarakat. Melihat dari pengertian kebudayaan masih bersifat umum, atau kalau disederhanakan dapat dikatakan kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh manusia.
Sedangkan unsur-unsur dalam kebudayaan menurut Kluchohn yang dikutip Prihantoro (http://www.gagasmedia.com/serba-serbi/penulis/memahami-arti-kebudayaan.html) menyebutkan ada tujuh  unsur, yakni:
1. Sistem kepercayaan/ religi
Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
2. Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
3. Sistem mata pencaharian hidup
Mata pencaharian hidup adalah suatu usaha atau kerja ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari atau untuk memperoleh bahan kehidupan untuk jangka waktu tertentu. sistem mata pencaharian pada masyarakat pedesaan masih bersifat tradisional, seperti: berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang, menangkap ikan. Sedangkan sistem masyarakat perkotaan sangat beragam, sesuai dengan perkembangan kota yang sangat kompleks dalam segala bidang.
4. Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan hidup. Pada dasarnya, semua peralatan yang dihasilkan oleh manusia bertujuan untuk membantu mempermudah hidup manusia itu sendiri. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup antara lain: alat-alat produktif, senjata, alat-alat rumah tangga, alat-alat elektronik, makanan dan minuman, pakaian, perumahan dan alat-alat transportasi
5. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
6.Sistem pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris.
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi: pengetahuan tentang alam, pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya, pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia, pengetahuan tentang ruang dan waktu.


7. Kesenian
Kesenian merupakan ketrampilan untuk mengekspresikan atau mengkomunikasikan  perasaan atau nilai-nilai keindahan. Di dalam kesenian salah satu unsur yang sangat penting adalah unsur estetika (rasa keindahan).Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.Rasa seni terdapat pula pada semua manusia untuk memenuhi kebutuha jiwanya. Di dalam seni inilah si pencipta ingin menyampaikan rasa indahnya kepada orang lain.

III.       Globalisasi dan Kebudayaan
Pada dasarnya masa globalisasi (disukai atau tidak), hal itu akan tetap terjadi, karena hal itulah mau tidak mau orang harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. (Mansur, 2005: 157) Globalisasi membuat dunia menjadi sebuah kampong kecil yang memudahkan setiap warga dunia untuk berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Situasi yang demikian mengakibatkan terbukanya ide dari satu tempat ke tempat lain sehingga sulit disensor jika bertentangan dengan nilai-nilai budaya penerima ide tersebut. (Batubara, 2004: 111)
Implikasi dari globalisasi menjalar keberbagai sektor yang ada termasuk adalah kebudayaan. Dampak yang bisa dirasakan adalah adanya pertukaran kebudayaan antarnegara. Contoh, dalam berpakaian, dahulu orang Indonesia bagi wanita memakai pakaian bawahan kebaya. Sekarang, hal tersebut digeser dengan pakaian jeans.
Apabila dilihat secara mendalam, ternyata Indonesia merupakan salah satu Negara multikultural terbesar di dunia. Hal ini bisa dilihat jumlah pulau di Indonesia adalah 13.000 pulau. Populasi penduduknya lebih dari 200 juta jiwa, terdiri dari 300 suku yang menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu mereka juga menganut agama dan kepercayaan yang beragam seperti Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha Konghucu serta berbagai aliran kepercayaan (Yaqin, 2007: 3)
Pendidikan multikultural mempersiapkan siswa untuk aktif sebagai warga Negara dalam masyarakat secara etnik cultural, dan agama beragam. Dalam pendidikan cultural, semua pengalaman dan sejarah kelompok-kelompok cultural dihargai dan diajarkan dalam sekolah, yang menguatkan integritas dan pentingnya kelompok-kelompok tersebut dan kelompok-kelompok siswa yag mengidentifikasi dengan kelompok yang lebih besar. ((Baidhawi, 2005: 10)
Kebudayaan yang ada di Indonesia, sangat mungkin mendapatkan masukan dari kebudayaan dari luar. Dalam penggunaan bahasa misalnya, banyak masyarakat umum, dalam berbagai kesempatan menggunakan bahasa asing. Di dalam akulturasi kebudayaan tidak semua unsur kebudayaan asing diterima, tetapi dilakukan seleksi unsur-unsur mana yang pantas diterima dan elemen mana yang harus ditolak, hal mana diselaraskan dengan sikap jiwa dan mental bangsa. (Ahmadi, 2004: 73)
Penetrasi budaya global terhadap kehidupan masyarakat akan direspon berbeda-beda oleh kalangan pendidikan, yakni pertama, cenderung menerima, begitu saja pola dan model budaya global yang dialirkan melalui teknologi informasi, tanpa memahami nilai dan substansinya. Kedua, apriori, terhadap capaian budaya dan peradaban global, semata-mata karena ia tidak datang dari tradisi yang diikutinya selama ini. Sedangkan kelompok ketiga, berusaha mendialogkan antara budaya global dengan budaya local sehingga terjadi sintesis budaya yang dinamis dan harmonis. (Rahim, 2002: 421)
   
IV.    Penerapan budaya Islami di SMP Negeri 7 Semarang
Budaya atau kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat, yang mencakup cara berfikir, perilaku, sikap, nilai, yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Zamroni (2000: 149) kultur sekolah dapat dideskripsikan sebagai pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Kultur sekolah tersebut dipegang bersama baik kepala sekolah, guru, staf administrasi maupun siswa, sebagai dasar mereka dalam memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang muncul di sekolah.
Untuk membentengi adanya budaya luar yang negatif, SMP Negeri 7 Semarang menerapkan budaya yang sesuai dengan ajaran Islam, yakni:
1.      Pakaian
Seringkali budaya pakaian yang dipakai pelajar sekarang cenderung meniru gaya barat, yakni pakaian yang menampakkan lekuk tubuhnya. Hal ini jelas bertentangan budaya pakaian Islam. Inti dari ajaran Islam tentang pakaian adalah untuk menutup aurat bukan mengumbar aurat. Karenanya, SMP Negeri mengeluarkan kebijakan tentang pakaian untuk peserta didik. Sebelum tahun 2008, peserta didik SMP Negeri 7 Semarang yang laki-laki memakai celana pendek, sedangkan yang perempuan memakai rok dibawah lutut. Setelah tahun 2008, peserta didik laki-laki dan perempuan wajib memakai celana  dan rok panjang. Meskipun hal tersebut, belum seratus persen, sesuai dengan ajaran Islam, setidaknya kebijakan merupakan langkah maju dibandingkan aturan sebelumnya. Di samping itu, dalam pakaiannya baju atau celana atau rok tidak boleh terlalu ketat.    
2.      Salat jamaah
Setiap hari senin-kamis, semua peserta didik melaksanakan salat berjamaah dzuhur di sekolah. Salat dzuhur dilaksanakan pada pukul 12.15-12.45 di mushola dan aula SMP Negeri 7 Semarang. Tujuan dilaksanakan salat berjamaah adalah untuk membiasakan peserta didik untuk melaksanakan salat dengan berjamaah. Sebelum dilaksanakan salat berjamaah dzuhur, peserta didik membaca surat-surat pendek dengan bersama-sama. Hal ini bertujuan agar anak terbiasa membaca al-Quran dan menghafalkan.
Tidak hanya salat dzuhur saja, tetapi salat-salat wajib yang lain. Karena keterbatan waktu, maka pelaksanaan salat wajib selain dzuhur dilaksanakan diserahkan ke masing-masing peserta didik dengan pengawasan dari orang tua. Untuk mengontrol pelaksanaannya, sekolah menyediakan kertas laporan salat wajib. Dalam kertas tersebut berisi tentang kapan peserta didik melaksanakannya salat wajib. Orang tua memberikan tanda tangan pada halaman paling bawah pada kertas laporan pelaksanaan salat.


3.      Salat sunah dhuha
Selain salat wajib, peserta didik SMP 7 Semarang dibiasakan melaksanakan salat dhuha di sekolah. Salat dhuha dilaksanakan sebelum jam pelajaran dimulai (pukul 06.15-07.00), istirahat pertama dan kedua (09.00-09.15 dan 10.30-10.45) di mushola. Tujuan dilaksanakan salat dhuha adalah membiasakan peserta didik agar terbiasa melaksanakan salat sunah. Sebagai alat kontrol, sekolah menyediakan kertas laporan salat dhuha yang formatnya digabung dengan pelaksanaan salat wajib.

4.      Membiasakan membaca al-Quran
Budaya yang dilakukan di SMP 7 Semarang selain di atas adalah membiasakan membaca al-Quran. Pembiasaan tersebut dilaksanakan sebelum pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dimulai dan sebelum salat dzuhur dilaksanakan di sekolah. Selain itu juga, diharapkan di rumah anak terbiasa membaca al-Quran. Sebagai alat kontrol pelaksanaannya, sekolah menyediakan kertas laporan pelaksanaan membaca al-Quran. Kertas laporannnya menyatu dengan laporan salat wajib, sunah, dan membaca al-Quran.        
5.      Dilarang membawa HP
Salah satu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang adalah adanya HP (hand phone). HP mempunyai dampak positif dan negatifnya. Adapun dampak positifnya adalah memudahkan komunikasi dengan orang lain, meskipun jaraknya jauh. Dengan HP orang dapat berkomukasi dengan orang dimanapun tempatnya dengan cara berhubungan langsung atau melalui SMS. Selain itu HP juga menyediakan fasilitas video, internet, games, dan lain-lain. Sedangkan negatifnya adalah HP tersebut dimanfaatkan ke hal-hal yang kurang baik (bertentangan dengan ajaran agama maupun Negara). Diatara dampak negatifnya adalah merekam adegan bermesraan dengan pacar atau orang lain, menyimpan gambar atau film porno, dan lain-lain.
Untuk mengantisipasi hal itu, SMP Negeri 7 Semarang melarang peserta didik untuk membawa HP ke sekolah. Kalaupun terpaksa, HP nya harus dititipkan di guru bimbingan dan koseling.   
6.      Membiasakan sikap jujur
Peserta didik SMP Negeri 7 Semarang dibiasakan dengan sikap jujur. Kejujuran tersebut dilaksanakan di dalam kelas maupun luar kelas. Melatih kejujuran bagi peserta didik disimbolkan dengan adanya kantin kejujuran. Dalam kantin kejujuran tersebut, anak membeli barang di kantin yang tidak ada penjaganya. Dalam kantin tersebut sudah ada harga yang harus dibayar. Sistem pembayaran dilakukan sendiri oleh peserta didik dengan menaruh uang di kotak yang sudah disediakan. Kalau ada kelebihan, peserta didik dapat mengambil uang kelebihan sendiri. Tujuan adanya kantin kejujuran adalah melatih kejujuran peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip yang digunakan meskipun tidak ada penjaga kantin, peserta didik tetap bersikap jujur. Karena meskipun tidak ada penjaga kantin, Allah Swt, melihat gerak-gerik apa yang dikerjakan manusia.
7.      Bersalaman dengan guru dan mengucapkan salam
Seringkali sekarang ini, banyak peserta didik yang berani dengan guru. Untuk membekali peserta didik terhadap hal tersebut, SMP Negeri 7 Semarang membiasakan bersalaman dengan guru. Bersalaman tersebut dilakukan pada waktu masuk sekolah maupun masuk kelas. Hal ini sekaligus mempunyai makna agar peserta menghormati guru. Bukan berarti guru minta dihormati, melainkan membiasakan peserta didik agar menghormati guru melalui cara bersalaman.
Selain itu, peserta didik dibiasakan mengucapkan salam ketika bertemu guru maupun dengan salam. Bertemu disini bisa dilaksakan di sekolah, kelas, maupun diluar sekolah. Seringkali yang terjadi peserta didik, ketika bertemu dengan guru diam atau acuh tak acuh. Untuk menghindari tersebut, maka dibiasakan mengucapkan salam saat bertemu. Di samping dengan guru, peserta didik juga dibiasakan mengucapkan salam kepada sesama teman. Karena seringkalali dijumpai peserta didik saat bertemu dengan temannya, ucapannya yang keluar adalah ucapan yang kurang baik. Karenanya, melalui budaya salam kepada orang lain dibiasakan di SMP Negeri 7 Semarang.

V.    Kesimpulan
1.      Yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah suatu aktifitas atau usaha pendidikan berupa bimbingan dan pengembangan fitrah manusia baik jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian muslim muttaqin yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat. Sedangkan kebudayaan adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia (akal budi) seperti kepercayaan, kesenian, adat istiadat. pandangan hidup, pola perilaku yang secara umum yang  terdapat dalam suatu masyarakat.
2.      Dalam era globalisasi sekarang ini semua aspek kehidupan manusia berpengaruh, termasuk di dalamnya bidang kebudayaan. Contoh konkrit adalah adanya pertukaran kebudayaan antarnegara.
3.      Cara membentengi dampak negatif globalisasi bidang kebudayaan, SMP Negeri 7 Semarang melakukan berbagai cara, yakni: mengatur pakaian, salat jamaah, salat sunah dhuha, membaca al-Quran, dilarang membawa HP, membiasakan sikap jujur, dan mengucapkan salam, bersalaman kepada guru









Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu, 2004, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Aly, Hery Noer, 1999, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos
Al-Abrasyi, M Atiyah, 1980, Al-tarbiyah Al-Islamiyah, terjemahan Prof Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry LIS., Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta
Al Ghazali, 1985 Permata  Al Qur ‘an, CV Rajawali Jakarta
Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
An-Nahlawi, Abdurrahman , 1989, Usul aI-Islamiyyah Wa Asaibuha, terjemahan Drs. Hery Noer Ali, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, CV. Diponegoro, Bandung
Asraf, Ali, 1984, Horizon-horizon baru Pendidikan Islam, Pustaka Firdaus: Jakarta
Baidhawi, Zakiyuddin, 2005, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga.
Bastaman, Hanna Djumhana, 1995, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Batubara, Muhyi, 2004, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat Press
Daradjat, Zakiah, dkk, 1996, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara bekerjasama dengan Binbaga Depag RI Jakarta. 1996
Hidayatullah, Syarif, 2000, Intelektualisme dalam Perspektif Neo-Modernisme PT. Tiara Wacana, Yogyakarta
Jalaludin, 2001, Teologi Pendidikan, Jakarta:  PT. RajaGrafindo Persada
Mansur, 2005, Paradigma Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani di Era Globalisasi, Semarang: International Journal Ihya ‘Ulum al-Din.
Marimba, D Ahmad, 1986, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif
Langgulung, Hasan, 1986, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Filsafat Pendidikan, Pustaka Al-Husna, Jakarta
Langgulung, Hasan, 1995, Beberapa Permikiran Tentang Pendidikan Islam PT. Al Ma’arif, Bandung
Nasution, S, 1995, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Oxford Learners Pocket Dictionary, 2003, UK: Oxford University Press
Prihantoro, Nur Achmad, (http://www.gagasmedia.com/serba-serbi/penulis/memahami-arti-kebudayaan.html) diakses tanggal 17 Maret 2011
Rahim, Husni, 2002, Pendidikan Islam di Indonesia Keluar dari Eksklusivisme dalam Pendidikan untuk Masyarakat Indonesi Baru, Jakarta: Grasindo
Shihab, Quraisy, 2000, Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan
Soebahar, Moh. Erfan, 2000, Manusia Seutuhnya, CV. Semarang: Bima Sejati, 2000
Thoha, M. Chabib, 1995, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Pusat Bahasa.  
Zamroni, 2000, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Yogyakarta: BIGRAF Publishing
Yaqin, M. Ainul, 2007, Pendidikan Multikultural: Crosscultural Understanding untuk Demokrasi dan keadilan, Yogyakarta: Pilar Media.
Zaini, Syahminan. 1986, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Zuhairini, dkk. , 1994, Filsafat Pendidikan Islam., Bumi Aksara. Jakarta
loading...

0 Response to "KUMPULAN MAKALAH PENDIDIKAN LENGKAP ISLAM DAN KEBUDAYAAN"

Post a Comment