DISTILASI
UAP PADA PEMISAHAN MINYAK ATSIRI
DENGAN
MENGGUNAKAN UAP SUPERHEATED
Penelitian tentang distilasi uap
dengan menggunakan uap superheated bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan
uap superheated serta suhu uap terhadap laju perolehan hasil distilasi uap,
waktu distilasi dan efisiensi energi untuk distilasi. Penelitian dilakukan di dalam kolom distilasi
berdiameter 30 cm, tinggi 50 cm yang dilengkapi dengan boiler sebagai sumber
uap air dan kondenser dengan tipe double pipe. Percobaan dilakukan dengan bahan
kertas yang dibasahi dengan minyak kerosene dengan kadar tertentu dan bunga
melati. Mula-mula bahan yang akan didistilasi dimasukkan ke dalam kolom
distilasi dan dialiri uap air superheated pada suhu tertentu. Uap minyak dan
air yang keluar dari kolom distilasi kemudian dikondensasikan dan sampel yang
keluar diukur volume minyak dan airnya serta dicatat setiap dua menit.
Dari percobaan yang dilakukan telah menunjukkan
peningkatan laju perolehan minyak dalam distilat dengan peningkatan suhu uap
dan memperbesar komposisi minyak dalam distilat, Laju perolehan minyak
tertinggi diperoleh pada suhu uap 120oC. Laju uap yang tinggi akan
menurunkan komposisi minyak dalam distilat tetapi menaikkan laju perolehannya. Beban
padatan yang tinggi dalam kolom distilasi akan meningkatkan laju perolehan
minyak tetapi memperlama waktu distilasi. Untuk bahan dengan kadar minyak yang
rendah, peningkatan suhu uap tidak secara signifikan menaikkan laju perolehan
minyak
Kata kunci : distilasi uap, uap superheated, minyak atsiri
ABSTRACT
Study on steam distillation using superheted steam is aimed to obtain
the influence of superheted steam and steam temperature on the rate of
distilation product, distillation time and energy efficiency. This study is
conducted on distillation column 30 cm in diamter, 50 cm in height equiped with
boiler and double pipe condenser. Experiment was using paperboard wetted with
kerosene in specific moisture and jasmine flower. The material is subjected to
distilation colum and closed tightly. Superheated steam at certain temperature flows
through the material. The discharged sample was measured its volume and recorded
every two minutes
The research concluded that rate of oil distilat increased with
increasing of temperature of steam. The composition of oil was also increasing.
The highest oil rate was reached at temperature of 120oC.
Higher rate of steam will lower the composition of oil in the distilate but
increase its rate. The higher load of solid increase rate of distilation
product but require longer time to reach final result. Steam temperature has
little influence on the rate of distillation at low composition of oil in solid
Keyword : steam distillation, superheted steam, essential oil
PENDAHULUAN
Prinsip dari distilasi uap adalah dengan mengalirkan
uap air ke dalam campuran bahan yang terdapat komponen yang akan dipisahkan.
Contohnya adalah pada pemisa-han minyak atsiri yang terdapat pada batang, daun
dan bunga tumbuhan. Aliran uap air di sekitar batang, daun atau bunga akan
menyebabkan dari minyak akan ter uapkan dan terbawa
bersama uap air yang kemudian diembunkan dan terpisah dengan cara dekantasi.
Penelitian tentang distilasi uap diarahkan untuk
menemukan cara pemisahan minyak atsiri dari tumbuhan tertentu dengan membuat
beberapa variabel seperti ukuran pencacahan bahan, kepadatan bahan, bentuk alat
distilasi dan lain-lain. Dalam penelitian ini akan dicoba untuk menerapkan
prinsip thermodinamika kesetimbangan uap-liquid-liquid agar biaya operasional
distilasi menjadi lebih murah.
Jika uap air mengalir melalui bahan yang mengandung
minyak atsiri maka sebagian uap air akan mengembun dan menguapkan minyak
atsiri. Banyaknya minyak yang menguap ini adalah sedemikian rupa sehingga jika
distilasi diakukan pada tekanan atmosfer maka konsentrasi minyak maksimum pada
fase uap adalah sesuai dengan tekanan parsial uap jenuhnya. Kebanyakan operasi
distilasi uap, tekanan parsial minyak belum mencapai tekanan jenuh atau tekanan
maksimumnya karena sedikitnya waktu kontak antara uap air dengan bahan yang
didistilasi.
Penelitian ini mencoba untuk mengatasi lamanya operasi
distilasi dengan menggunakan uap air superheated, bukan menggunakan uap saturated
seperti yang selama ini dipakai. Jika suhu uap adalah sedemikian rupa, maka selama
melewati bahan, tidak ada uap yang mengembun. Panas untuk menguapkan minyak
hanya akan diambilkan dari panas sensibel dari uap air. Dengan menggunakan cara
distilasi seperti ini diharapkan minyak atsiri yang terkandung dalam tumbuhan
akan lebih banyak yang. Biaya operasi distilasi ini juga akan menjadil lebih
kecil.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan uap bertekanan dan superheated serta suhu uap
superheated pada proses distilasi uap terhadap yield hasil distilasi yang
diperoleh, waktu distilasi dan energi yang diperlukan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Distilasi Uap
Distilasi uap merupakan salah
satu jenis distilasi yang merupkan gabungan antara distilasi kontinu dan
distilasi batch. Bahan yang akan dipisahkan dengan distilasi berada dalam kolom distilasi
(batch) sedangkan uap air mengalir melalui bahan secara kontinu
Bahan baku yang akan didistilasi
ditempatkan diatas plat penyangga yang berlubang-lubang tempat aliran uap.
Selama operasi distilasi berlangsung, uap air akan mengalir melalui sela-sela
bahan baku dan memanaskan minyak yang terkandung sehingga menguap dan terbawa
bersama uap air. Campuran uap air dan uap minyak ini kemudian dembunkan di
dalam kondenser sampai seluruhnya mencair. Karena antara minyak dengan air
tidak dapat larut maka akan dengan mudah dapat dipisahkan dengan cara didiamkan
(dekantasi)
2.2 Kesetimbangan Uap-Liquid-Liquid
Distilasi uap dapat diterangkan
secara thermodinamikan menggunakan kesetimbangan Uap-Liquid-Liquid. Kesetim-bangan
uap-liquid dapat diterangkan dengan menggunakan hukum Raoult dimodifikasi, yang
persamaannya dapat dituliskan
Dari persamaan 5 dan 6 dapat diketahui bahwa pada
distilasi uap minyak akan dapat menguap pada suhu yang lebih rendah dari 100 oC
pada tekanan 1 atm. Bentuk grafik kesetimbangan uap-cair untuk sistem dua
komponen dengan liquid yang tidak saling larut tampak pada gambar 1.
Contoh sistem yang berhubungan
dengan dengan kesetimbangan uap-liquid-liquid adalah pada distilasi uap. Antara
minyak dengan air akan membentuk sistem yang tidak larut sama sekali. Jika
sistem ini dididihkan maka komposisi uap yang terbentuk pada kesetimbangan akan
berada pada titik E. Pada gambar tersebut tampak bahwa suhu T* nilainya selalu
lebih rendah daripada titik didih minyak maupun titik didih air. Dengan
menggunakan prinsip ini dapat disimpulkan bahwa dengan cara distilasi uap,
titik didih minyak yang jika dalam keadaan murni akan jauh lebih tinggi
daripada titik didih air, akan dapat diturunkan menjadi di bawah titik didih
air. Karena itulah kebanyakan pemisahan minyak atsisri dilakukan dengan
distilasi uap selain dengan cara ekstraksi.
3.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di dalam kolom distilasi berdiameter
30 cm, tinggi 50 cm yang dilengkapi dengan boiler sebagai sumber uap air dan
kondenser dengan tipe double pipe seperti yang tampak pada Gambar 2. Percobaan
dilakukan dengan bahan kertas yang dibasahi dengan minyak kerosene dengan kadar
tertentu dan bunga melati sebagai bahan percobaan yang mengandung minyak
atsiri. Mula-mula bahan yang akan didistilasi dimasukkan ke dalam kolom
distilasi dan ditutup rapat. Selanjutnya air di dalam boiler dipanaskan sampai
menguap. Uap yang keluar dari boiler kemudian dipanaskan kembali samapi suhu
tertentu sehingga menjadi uap superheated. Uap minyak dan air yang keluar dari
kolom distilasi kemudian dikondensasikan di dalam kondenser dan sampel yang
keluar diukur volume minyak dan airnya serta dicatat setiap dua menit.
Grafik kesetimbangan T,x,y sistem ini dapat dilihat pada
gambar 3. Seperti yang tampak pada grafik
tersebut, kesetimbangan uap cair sistem air kerosene memiliki titik kesetimbangan tiga fase pada suhu 372,61 K dengan
konsentrasi pada fraksi mol air 0,9804 atau setara dengan persen berat air
84.14%. Jika dilakukan distilasi uap pada kondisi kesetimbangan maka hasil distilat
yang akan diperoleh akan memiliki komposisi 84.14% air dan 15.86% kerosene.
Tetapi kebanyakan distilasi uap tidak memiliki cukup waktu untuk mencapai
kesetimbangan ini sehingga biasanya komposisi air akan selalu lebih besar
daripada komposisi kesetimbangannya.
4.2.
Pengaruh
suhu uap terhadap laju perolehan minyak
Pada distilasi uap menggunakan bahan uji kerosene,
didapatkan bahwa suhu uap berpengaruh terhadap laju perolehan distilat.
Dari percobaan yang dilakukan tampak bahwa jika suhu
uap air ditinggikan maka volume minyak dalam distilat akan lebih cepat
diperoleh. Seperti yang tampak pada gambar 4 dengan menaikkan suhu uap menjadi
105oC volume minyak yang diperoleh pada waktu-waktu awal lebih besar
daripada jika distilasi dilangsungkan pada suhu 100oC. Hal ini
menunjukkan bahwa distilasi uap akan lebih dapat dipercepat dengan menggunakan
uap superheated daripada menggunakan uap saturated.
Jika
menggunakan uap saturated maka ketika melewati tumpukan padatan yang akan
didistilasi sebagian uap akan mengembun dimana panas yang terkandung akan
digunakan untuk menguapkan minyak sehingga jumlah uap air akan berkurang. Hal
ini tidak terjadi pada uap superheated, karena suhu uap lebih tinggi maka
ketika melewati tupukan padatan maka uap air akan menggunakan panas sensibel
yang dimiliki untuk memanaskan dan menguapkan minyak. Adanya panas sensibel ini
akan mengurangi jumlah uap air yang mengembun sehingga baik uap air ataupun uap
minyak akan berada dalam jumlah yang lebih besar. Adanya uap air yang mengembun
akan mengurangi efektifitas distilasi uap karena adanya energi yang hilang. Hipotesis
ini didukung oleh data eksperimen seperti tampak pada gambar 4 dan gambar 5
dimana dengan meningkatnya suhu uap maka jumlah uap yang mengembun sebelum
sampai ke kondenser akan menjadi lebih kecil, ditunjukkan dengan meningkatnya
laju akumulasi air distilat seiring meningkatnya suhu uap.
Peningkatan suhu uap tidak selalu diikuti oleh peningkatan
laju akumulasi distilat minyak. Seperti tampak pada gambar 5 dengan
meningkatkan suhu uap air dari suhu 100oC menjadi 120oC
maka laju perolehan minyak akan menjadi lebih basar, tetapi jika suhu
ditingkatkan menjadi lebih tinggi sampai 140oC ternyata laju
perolehan minyak menjadi menurun walaupun masih lebih tinggi daripada laju perolehan
minyak pada suhu uap 100oC. Hal ini menunjukkan bahwa ada suatu
nilai suhu tertentu dimana laju perolehan minyaknya akan menjadi maksimum. Suhu
uap air yang tinggi akan menyebabkan koefisien perpindahan panas akan menurun.
Rendahnya koefisien perpindahan panas mengakibatkan minyak yang terkandung
dalam padatan akan lebih lambat dalam menyerap panas dari uap air. Akibatnya
adalah laju minyak yang menguap akan mengalami penurunan sehingga laju
perolehan distilat minyak juga akan turun.
Grafik
hubungan akumulasi distilat minyak terhadap waktu pada sistem kerosene untuk
laju uap 29 L/menit pada beban tumpukan bahan (a) 300 gram dan (b) 600 gram
4.3. Pengaruh laju uap terhadap laju perolehan minyak
Semakin tinggi laju uap akan meningkatkan laju
perolehan minyak dalam distilat. Jika dibandingkan gambar 4 dengan gambar 5
menunjukkan bahwa laju akumulasi minyak yang lebih tinggi pada laj auap yang
tinggi, dimana slope kurva hubungan antara akumulasi distilat terhadap waktu,
untuk waktu awal akan lebih tinggi pada gambar 5 daripada gambar 4. Tetapi
pening-katan laju perolehan minyak dengan semakin tingginya laju uap ini
diikuti dengan penurunan komposisi minyak dalam distilat, dimana dengan
tingginya laju uap maka komposisi distilat akan lebih banyak mengandung air
baik untuk distilasi dengan uap saturated ataupun uap superheated. Hal ini
merupakan suatu kerugian karena panas akan lebih banyak yang hilang
4.4. Pengaruh beban distilasi terhadap laju perolehan
minyak
Beban padatan bahan dalam kolom distilasi yang lebih
besar akan meningkatkan laju perolehan minyak dalam distilat. Hal ini dapat
dibandingkan antara gambar 5a dan gambar 5b dimana pada waktu-waktu awal
komposisi minyak dalam distilat akan lebih tinggi untuk beban 600 gram
dibandingkan pada beban 300 gram. Tetapi pada beban 600 gram waktu yang
diperlukan untuk menghabiskan minyak di dalam padatan akan lebih lama. Dengan
adanya beban padatan yang lebih besar maka waktu kontak antara uap air dengan
minyak akan lebih lama sehingga transfer panas akan lebih besar yang mengakibatkan
minyak yang menguap akan semakin banyak
4.5. Distilasi
uap pada bunga melati
Kadar minyak yang rendah pada bunga melati menyebabkan
efektifitas pemanasan menjadi rendah. Waktu kontak antara uap air dan minyak
tidak cukup lama untuk menguapkan minyak yang terkandung di dalam bunga
sehingga komposisi minyak di dalam distilat akan didominasi oleh air, baik
untuk waktu awal maupun akhir. Dengan meningkatkan suhu uap ternyata tidak
terlalu meningkatkan komposisi minyak. Seperti tampak pada gambar 7, laju
perolehan minyak dengan menggunakan suhu uap 130 oC tidak banyak
berbeda dengan distilasi pada suhu 100 oC. Dalam hal ini penggunaan
uap superheated akan efektif jika menggunakan bahan alam dengan kadar minyak
yang tinggi mengingat dari percoba-an dengan menggunakan kerosene telah
menunjukkan hasil yang berbeda.
Grafik
hubungan akumulasi distilat terhadap waktu pada sistem bunga melati untuk laju
uap 29 L/menit pada beban tumpukan sampel 1000 gram
KESIMPULAN
1. Dengan peningkatan suhu uap
telah menunjukkan peningkatan laju perolehan minyak dalam distilat, memperbesar
komposisi minyak dalam distilat serta meningkatkan efisiensi energi untuk
distilasi
2. Semakin tinggi suhu uap air maka laju perolehan minyak
akan menurun, suhu uap untuk laju perolehan minyak tertinggi diperoleh pada
suhu 120oC
3. Laju uap yang tinggi akan menurunkan komposisi minyak
dalam distilat tetapi menaikkan laju perolehannya.
4. Beban padatan yang tinggi dalam kolom distilasi akan
meningkatkan laju perolehan minyak tetapi memperlama waktu distilasi.
5. Untuk bahan dengan kadar minyak yang rendah,
peningkatansuhu uap tidak secara signifikan menaikkan laju perolehan minyak
DAFTAR
NOTASI
P = Tekanan (kPa) subskrip
Psat = tekanan uap jenuh (kPa) i = komponen i
P* = tekanan kesetimbangan tiga fase (kPa) superskrip
T = suhu (K) a, b = fase a,b
x = fraksi mol fase cair *
= pada kesetimbangan tiga fase
y = fraksi mol fase uap
g = koefisien aktifitas
DAFTAR PUSTAKA
Chemat F., M.E. Lucchesi, J. Smadja, L.
Favretto, G. olnaghi, F. Visinoni,
2006, Microwave accelerated steam distillation of essential oil from lavender:
A rapid, clean and environmentally friendly approach, Analytica Chimica Acta, vol 555, Issue 1, p 157–160
Khoury,
Fouad M, 2000, Predicting the
Performance of Multistage Separation Processes, 2nd ed, CRC Press, New York
Naima Sahraoui, Maryline Abert Vian,
Isabelle Bornard, Chahrazed Boutekedjiret, Farid Chemat, 2008, Improved microwave steam distillation
apparatus for isolation of essential oils: Comparison with conventional steam
distillation, Journal of Chromatography
A, vol 1210, Issue 2, p 229–233
Phineas Masango, 2005, Cleaner production of essential oils by steam
distillation, Journal of Cleaner
Production, vol 13 Issue 8, p 833 – 839
Rouatbi, Mouin ; Duquenoy, Albert ;
Pierre Giampaoli, 2007, Extraction of
the essential oil of thyme and black pepper by superheated steam, Journal of Food Engineering 78, p
708–714
Tri
Yogo Wibowo , Suryatmi R.D, 2002, Kajian Proses Penyulingan minyak biji adas dengan metode uap
langsung, Prosiding seminar nasional
Undip,
Vargasa, R.M.F., N. Martinez, D.
Lorenzo, E. Dellacassa, 2009, Steam
distillation modeling for essential oil extraction process , Industrial Crops and Products, vol 29,
Issue 1, p 171–176
Yang, N.S , Chuang, K.T , Afacan, A , 2003, Improving
the Efficiency and Capacity of Methanol-Water Distillation Trays, Ind Eng Chem Res, Vol 42. p 6601 – 6606
loading...
0 Response to "CONTOH JURNAL TENTANG DESTILASI TERBARU DAN LENGKAP "
Post a Comment