PERAN PENTING
FASILITAS BELAJAR SEBAGAI MEDIA
MOTIVATOR BAGI SISWA KELAS II SDN ________
GUNA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR S B K
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Untuk mencapai cita-cita luhur bangsa serta
negara menuju masyarakat adil dan makmur adalah merupakan suatu proses yang
perlu ditinjau dari berbagai segi. Salah
satu faktor penunjang utama adalah pendidikan, baik pendidikan formal maupun
pendidikan non formal. Sehingga pendidikan merupakan usaha sadar dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pendidikan sangat diharapkan agar setiap
orang mengenal pendidikan semaksimal munkin sesuai dengan kemampuannya.
Di Indonesia
pendidikan memegang peranan penting, sesuai yang termuat dalam ketetapan MPR
No. II/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara bahwa tujuan pendidikan
nasional adalah sebagai berikut :
Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, memprtinggi budi pekerti, memperkuat
kepribaadian, serta mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, supaya
dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.
Selanjutnya dengan
meneliti sejarah di Indonesia ternyata perumusan-perumusan yang senantiasa
berkembang sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan masyarakat. Oleh karena
itu pendidikan di Indonesia mengalami peningkatan yang pesat pula, disamping
negara kita termasuk negara sedang berkembang, dimana sedang giat-giatnya
melaksanakan pembangunan di segala bidang.
Dalam melaksanakan
pembangunan maka mutu pendidikan di sekolah ditingkatkan sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Untuk menunjang mutu pendidikan , maka dunia pendidikan
kita diharapkan menjadu dasar dari semua ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk
itu diharapkan partisipasi dari semua komponen bangsa. Untuk mengurangi
kesulitan dalam pelajaran seperti yang
dialami anak didik harus disediakan fasilitas yang cukup memadai yaitu meliputi
buku-buku paket, buku tulis dan alat-alat belajar yang lain yang dapat
digunakan dalam proses belajar mengajar khususnya fasilitas yang digunakan anak
atau siswa dalam belajar di sekolah .
Walaupun pemerintah dengan segala upayanya menyediakan kemudahan-kemudahan
untuk melaksanakan pendidikan dari tingkat yang paling rendah sampai di tingkat
pendidikan di perguruan tinggi.
Dalam hal ini,
peranan orang tua tidak kalah pentingnya dalam menyediakan fasilitas belajar
anaknya. Karena dari sekian banyak macam maupun jenis alat penunjang pendapat
sangat berperan dalam sehari-harinya di sekolah. Karena tanpa fasilitas yang
cukup tentu anak akan menemui kesulitan
dalam belajarnya .
Dalam upaya
meratakan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, maka dalam hal ini pemerintah
telah mendirikan gedung-gedung sekolah, menyediakan tenaga guru, maupun segala
fasilitas-fasilitas yang amat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Pendidikan adalah
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Karena itu
khususnya orang tua berkewajiban untuk menyediakan fasilitas belajar sendiri di
rumah demi keberhasilan belajar anak-anaknya, karena sebagian besar waktu anak
berada di rumah. Di samping itu juga orang tua harus senantiasa betul-betul
mengawasi dan memperhatikan cara belajar anaknya.
Dalam belajar di
rumah anak-anak sering dihadapkan beberapa masalah yang sering mengganggu
proses belajarnya. Masalah atau kesulitan-kesulitan itu tampak sekali pada
waktu anak mendapat tugas dari sekolah, apabila menjelang ulangan baik ulangan
formal maupun sumatif. Pada saat situasi seperti ini, akan kelihatan sibuk.
Waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar tetapi digunakan untuk mencari
buku-buku maupun alat-alat pelajaran yang dibutuhkan anak baik dengan cara
meminjam maupun dengan cara membeli, tetapi yang jelas usaha yang dilakukan
anak telah menyita waktu belajarnya.
Guru kelas harus
memperhatikan betul-betul cara belajar anak didiknya, apabila siswanya enggan belajar maka guru harus tanggap apa yang menyebabkan anak
menjadi demikian. Penyediaan fasilitas belajar yang baik dan tepat seperti
fasilitas media gambar untuk mewarnai bidang gambar, memungkinkan anak betah
dalam pembelajaran di kelas. Untuk itu
guru juga harus sedapat mungkin memenuhi penyediaan fasilitas belajar
yang tenang, menyenangkan, jauh dari kebisingan, cukup cahaya penerangan,
penyediaan buku-buku maupun alat tulis menulis, media gambar, cryon tinta warna
dan lain sebagainya.
Di samping
penyediaan segala kebutuhan belajar anaknya, orang tua harus berperan aktif
untuk membrikan bimbingan sekitar anak mendapat kesulitan dalam belajanya.
Salah satu pendorong keberhasilan belajar anak adalah adanya fasilitas yang
disediakan orang tuanya di rumah.
Masalah penyediaan
fasilitas belajar inilah yang menarik perhatian peneliti, sehingga peneliti
ingin mengetahui apakah benar penyediaan alat belajar yang cukup akan
berkorelasi dengan kemampuan berprestasi belajar anak.
B. Perumusan
Masalah
Dalam penelitian ini, penulis mengemukakan
rumusan masalah sebagai berikut:
“Adakah korelasi antara tersedianya
fasilitas belajar dengan kemampuan
berprestasi belajar SBK bagi siswa kelas II
SDN ___________Kabupaten _____ Tahun Pelajaran ___/____ ?”
C. Hipotesis
Hipotesis adalah
dugaan atau jawaban sementara atas sesuatu maslaha. Karena sufatnya sementara, maka hipotesis mengandung
kemungkinan benar atau salah. Untuk mengetahui apakah suatu hipotesis dapat
diterima atau ditolak perlu diadakan pembuktian.
Berikut ini penulis
kemukakan beberapa definisi tentang hipotesisi. Mohammad Ali ( 2003: 31)
menyatakan :"Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap
masalah yang diteliti yang dirumuskan atas dasar terkaan peneliti".
Jawaban sementara ini selajutnya akan diuji dengan data yang dikumpulkan
melalui penelitian dan hasil pengujian itu adalah kesimpulan dan atau
generalisasi yang juga merupakan temuan-temuan penelitian yang bersangkutan.
Selanjutnya
Suharsimi Arikunto (1991 : 62) menjelaskan tentang pengertian hipotesis sebagai
berikut :"Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul".
Dari pengertian
tersebut diatas serta berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka
penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : "Ada korelasi antara
tersedianya fasilitas belajar guna meningkatkan kemampuan berprestasi
belajar SBK bagi siswa kelas II
SDN _________________
Kabupaten _______ Tahun Pelajaran __/____ ".
D. Variabel
dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel
Pengertian variabel menurut Suharsimi
Arikunto (1991 : 91) adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian.
Sesuai
dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini terdapat dua variabel
yaitu :
a. Variabel
bebas yaitu fasilitas belajar sebagai alat belajar
b. Variabel
terikat yaitu kemampuan ber prestasi belajar pada maple SBK bagi siswa kelas
II SDN
__________ Kecamatan ________
Kabupaten _________ Tahun Pelajaran ____/____
.
2. Definisi
Operasional Variabel
a. Penyediaan
fasilitas belajar adalah sarana atau alat-alat belajar atau perlengkapan
belajar. Ini bisa diwujudkan dalam bentuk kelengkapan buku-buku pelajaran,
kelengkapan alat-alat tulis, penggaris,cryon, tinta china, bidang gambar juga
tersedianya ruang belajar yang memadai, tersedianya meja, kursi, rak buku,
penerangan yang cukup serta tersedianya alat transportasi.
b. Prestasi
belajar adalah buku keberhasilan siswa dalam menuntut ilmu pengetahuan atau
materi pelajaran yang dilihat dari nilai formal.
E. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
Khusus
a. Ingin
mengetahui ada atau tidaknya hubungan penyediaan fasilitas belajar sebagai alat
belajar mewarnai dengan kemampuan berprestasi belajar siswa di SDN __________
Kecamatan ________ Kabupaten
_________ Tahun Pelajaran
____/____.
2. Tujuan
Umum
a. Ingin mengetahui data tentang fasilitas belajar siswa
b. Ingin
mengetahui tentang prestasi belajar siswa
c. Ingin
menerapkan segala ilmu pengetahuan yang diperoleh selama mengajar
F. Pentingnya
Penelitian
Dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada :
1. Para
Orang tua murid
Adanya penyediaan fasilitas belajar yang
memadai dapat menambah suasana belajar yang nyaman bagi putra-putrinya.
2. Para
guru
Fasilitas yang ada hendaknya dipelihara
dengan baik, sedang yang belum ada diupayakan untuk diadakan demi lancarnya
proses belajar mengajar disekolah.
3. Para
siswa
Hendaknya siswa dapat memanfaatkan fasilitas
yang ada dengan baik untuk meningkatkan prestasi belajar tertutama pada mata
pelajaran SBK.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini peneliti akan menguraikan mengenai topik
permasalahannya. Adapun permasalahannya sebagai berikut :
A. Penyediaan
Fasilitas belajar
B. Prestasi
Belajar
C. Hubungan antara penyediaan fasilitas belajar dengan
prestasi belajar
A. Penyediaan
Fasilitas belajar
Menurut WJS Poerwodarminto (1986 : 98)
fasilitas adalah "segala sesuatu yang terjadi guna menunjang suatu
tujuan".
Dari kesimpulan diatas bahwa fasilitas adalah
sarana atau alat yang ada guna memenuhi suatu tujuan yang hendak dicapai. Oleh
sebab itu guna menunjang hasil belajar perlu adanya kelengkapan fasilitas
belajar.
Menurut The Liang Gie ( 2001: 80) adalah
:"Setelah seseorang siswa menyiapkan diri dengan sikap mental dan perilaku
yang tepat, langkah berikutnya ialah mengusahakan terpenuhnya persyaratan untuk
dapat belajar dengan baik".
Berdasarkan pendapat di atas, maka sebelum
memulai usaha kegiatan belajar ini, haruslah diketahui persyaratan belajar.
Diantaranya mengenai fasilitas
belajar, yaitu :
1. Tempat
belajar
2. Alat
belajar
3. Peralatan
belajar
4. Pemakaian
perpustakaan
1. Tempat
belajar
a. Ruang
belajar
Sebuah syarat untuk
dapat belajar dengan sebaik-baiknya ialah tersedianya tempat belajar. Setiap
siswa hendaknya mengusahakan kamar belajar tertentu. Kalau seandainya kamar
belajar tidak bisa disediakan secara khusus, kamar tidur dapat juga disediakan
meja belajar sekaligus dijadikan tempat belajar yang sangat baik kalau para
siswa memperhatikan beberapa hal antara lain :
1) Hendaknya letak meja belajar tidak menghadap ke pintu
kamar, sebaiknya meja belajar itu menghadap ke tembok sehingga membelakangi pintu
kamar.
Hal ini diatur sedemikian rupa supaya dalam kegiatan
belajar konsentrasi dan perhatiannya dalam belajar tidak terpecah (apabila ada
orang lalu lalang lewat didepan kamar)
2) Meja belajar hendaknya diletakkan di sebelah kanan dari
jendela kamar, sehingga sinar matahari menyorot ke arah kiri.
3) Meja belajar hendaknya jangan diletakkan berhadapan
dengan jendela kamar. Ini memudahkan orang yang sedang belajar perhatiannya
terganggu dengan segala peristiwa yang terjadi di luar jendela, disamping itu
juga sinar yang masuk ke dalam kamar akan menyilaukan.
4) Meja belajar hendaknya bersih dari segala bentuk barang
yang tidak dipeerlukan dalam kegiatan belajar. Kalau barang-barang yang ada di
atas meja khusus hanya yang diperlukan untuk itu, maka suasana kamar akan
terasa luas, sejuk, jernih dan suasana jiwapun akan menjadi lapang.
b. Penerangan
Suatu tempat belajar yang baik apabila
memiliki penerangan cahaya yang cukup. Seseorang akan dapat membaca dengan
kapasitas yang lebih besar dan kelelahan mata yang lebih kecil apabila
memanfaatkan penerangan alamiah sinar matahari.
George J. Dudycha (1957 : 64) dalam bukunya
"Learn more with less affort" dikutip The Liang Gie ( 2001) bahwa
penerangan dari cahaya lampu dapat dibedakan empat macam.
1) Penerangan
tak langsung
Penerangan ini terjadi dari cahaya yang
dipantulkan dari langit-langit dan dinding kamar, sedang sumber cahayanya itu
sendiri tidak kelihatan.
2) Penerangan
setengah tak langsung
Penerangan ini untuk sebagian datang dari
pemantulan cahaya seperti pada penerangan tak loangsung diatas dan untuk
sebagian lagi cahaya yang langsung memancar dari lampu dengan melewati selubung
kaca yang berwarna putih.
3) Penerangan
setengah langsung
Ini terjadi dari cahaya lampu yang
memancarkan ke segenap jurusan dengan melewati selubung kaca yang berwarna
putih seperti susu.
4) Penerangan
langsung
Ini memancar langsung dari sumber cahaya
(lampu) ke permukaan meja tanpa melewati apa-apa. Lampu meja yang umum dipakai oleh siswa tergolong lampu
yang memberikan penerangan langsung.
Penerangan yang
terbaik dipakai untuk kegiatan belajar di waktu malam ialah penerangan tak
langsung, sebab pemantulan cahaya bila tersebar ke semua jurusan sehingga
merata dan tidak menimbulkan bayangan. Penerangan semacam ini mempunyai sifat
yang lunak, sehingga tidak terlalu cepat menimbulkan kelelahan pada mata. Untuk
makar belajar pada khususnya, penerangan yang terbaik untuk dipergunakan
apabila di atas memakai lampu yang memancarkan cahaya tak langsung untuk
menerangi seluruh kamar, sedangkan diatas meja belajar dipakai lampu meja yang
membrikan penerangan setengah langsung. Seluruh kamar belajar perlu diberi
penerangan tak langsung agar tidak ada perbedaan yang menyolok antara permukaan
meja dengan bagian-bagian yang lainnya dari kamar belajar itu gelap, maka bila
seseorang yang belajar mengalihkan pandangnnya dari buku ke arah lainnya lensa
matanya harus selalu melakukan penyesuaian terhadap perbedaan penerangan itu. Hal
semacam ini menyebabkan timbulnya kelelahan pada matanya.
Bilamana karena
pertimbangan-pertimbangan ekonomi tidak memungkinkan bagi seseorang dalam
kegiatan belajar memakai penerangan tak langsung dan lampu meja, melainkan
hanya bisa menyediakan lampu gantung di kamar yang memancarkan cahaya langsung
maka sebaiknya diusahakan agar lampu tersebut terletak dalam lingkungan sudut
45o dari pandangan mata, dan dibeeri tudung secukupnya agar tidak
menyilaukan mata.
c. Ventilasi
Suatu syarat lain yang tidak bisa diabaikan
dalam kegiatan belajar guna menciptakan tempat belajar yang serasi ialah
peredaran udara. Peredaran dalam kamar belajar hendaknya diusahakan supaya
lancar, ini bisa dilakukan dengan cara membuka pintu dan jendela kamar sehingga
memungkinkan keluar masuknya udara segar. Kamar belajar yang tanpa adanya
peredaran udara yang baik menyebabkan seseorang akan cepat mengantuk atau tidak
betah berada di dalam kamar belajar. Masalah suhu udara dalam kamar belajar
hendaknya tidak terlampau panas atau terlapau dingin.
2. Perabot
belajar
Setiap orang yang ingin berhasil dalam
kegiatan belajarnya hendaknya memiliki perabot belajar yang memadai, minimal
meja berikut kursinya. Sedangkan yang disebut dengan perabot belajar disini
ialah meja, kursi, almari (rak buku) dan lain-lain.
Menurut The Liang Gie ( 2001: 43-45)
berpendapat bahwa :
Syarat-syarat
meja belajar yang baik adalah sebagai berikut :
a. Meja
hendaknya tidak tertutup seluruhnya dari permukaan meja sampai ke lantai.
b. Permukaan
hendaknya rata, tidak berwarna gelap atau mengkilap, warna gelap pada permukaan
meja belajar dapat melelahkan mata, sedangkan alas meja mengkilap dapat
menimbulkan kesilauan terhadap mata.
c. Luas meja belajar tidak perlu terlalu berlebih-loebihan
d. Tinggi meja hendaknya disesuaikan dengan tinggi badan
Mengenai bentuk
meja belajar ada bermacam-macam coraknya mulai dari yang sederhana tanpa laci
sampai meja dengan laci maupun meja belajar khusus yang merupakan gabungan
antara meja dan almari.
Selain meja
belajar, dalam kegiatan belajar seseorang hendaknya memiliki buku-buku,
literatur yang dapat menunjang dalam proses belajarnya. Buku-buku
yang perlu dimiliki diantaranya sebagai berikut :
a. Buku-buku
kamus, misalnya kamus Indonesia-Inggris / Inggris-Indonesia, dan lain
sebagainya.
b. Buku-buku
ilmu pengetahuan, yaitu buku-buku yang sesuai dengan mata pelajaran,
spesialisasi dan disiplin ilmu yang sedang ditekuninya.
c. Majalah-majalah ilmiah, karangan ilmiah dan lain
sebagainya.
Disamping mengatur
tempat tidur dan meja belajar sedemikian rupa supaya enak untuk kegiatan
belajar, juga tempat duduk/kursi belajar perlu diperhatikan. Kursi belajar
janganlah terlalu empuk, kursi yang terlalu empuk memudahkan seseorang untuk
diserang rasa kantuk. Usahakanlah kursi sebagai suatu tempat duduk yang enak
untuk belajar, dan terhindar dari gangguan dinding, sehingga dalam proses
belajar dapat berkonsentrasi yang optimal.
3. Peralatan
tulis
Dalam segala bentuk
kegiatan belajar mutlak dipeerlukan alat-alat tulis. Semakin lengkap alat-alat
tulis itu semakin lancar pula proses belajarnya. Alat-alat tulis yang dimaksud
misalnya seperti : vulpen, tinta, pensil, penghapus, penggaris, lem, cryon,
bidang gambar, tinta chinna notes, buku tulis dan lain sebagainya.
Buku "A Guide
to College Study" dkk ( 2003: 53) yang dikarang oleh Robert W. Frederick,
dikutip The Liang Gie ( 2001), memuat daftar alat-alat belajar yang lebih
banyak, antara lain meliputi :
Gunting, jepitan kertas, mesin tulis, kertas yang polos,
kertas yang bergaris kotak-kotak, atlas dunia, persediaan amplop, perangko dan
lain-lain.
Alat-alat lain yang
bersifat umum, tetapi secara langsung menunjang studi seseorang yang
memilikinya diantaranya : sepeda, sepeda motor. Bagi siswa yang rumah atau
pemondokannya jauh perlu memilikinya serta memeliharanya baik-baik.
Dari semua
alat-alat yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam kegiatan belajarnya,
hal-hal lain yang tidak boleh diabaikan ialah memelihara kamar belajar agar
kamar belajar tetap bersih dan kelihatan rapi. Untuk hal ini perlu disediakan
tempat sampah.
Dengan tersedianya alat-alat tersebut diatas yang cukup
memadai, maka itu berarti seorang pelajar/siswa telah melangkah ke pintu
gerbangnya cita-cita.
4. Pemakaian
Perpustakaan
Setelah seseorang siswa menyadari
kesukaran-kesukaran yang dihadapi serta menyiapkan sikap yang baik, persyaratan dan perlengkapan yang
diperlukan sebagaimana tersebut diatas, masih ada satu hal yang perlu dijadikan
pedoman oleh setiap siswa, yaitu belajar dengan memanfaatkan perpustakaan.
Tidak ada belajar yang dapat dilaksanakan
tamnpa membaca, dan gudang bacaan ialah perpustakaan. Setiap pelajar / siswa
harus setia mengunjungi perpustakaan sekolahnya atau perpustakaan-perpustakaan
lainnya yang dapat membantu usaha belajarnya. Perpustakaan itu hanya dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada seseorang pelajar/siswa kalau
ia mengetahui bagaimana mempergunakannya. Untuk dapat menjadi seorang pemakai
perpustakaan yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan
dipelajari.
Pertama hendaknya seseorang pelajar/siswa
mengetahui jam buka perpustakaan-perpustakaan itu. Catatlah hal-hal itu di
dalam notes.
Kemudian seseorang pelajar/siswa hendaknya
mempelajari pula peraturan-peraturan yang berkenan dengan pemakaian
perpustakaan itu, misalnya syarat-syarat untuk meminjam buku, berapa lama buku
itu dapat dipinjam kie rumah, kewajiban-kewajiban yang harus ditaati oleh
peminjam dan hal-hal lainnya yang perlu.
B. Prestasi
Belajar
1. Prestasi
Belajar
Menurut M. Saleh Muntasir ( 2004: 22)
mengatakan : bahwa "Prestasi belajar siswa adalah prestasi yang trewujud
skor-skor pada tes hasil belajar".
Menurut Bimo Walgito ( 2003: 102) menjelaskan
bahwa "Prestasi belajar adalah keberhasilan usaha yang dapat dicapai dalam
belajar".
Dalam proses belajar mengajar terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi baik sebagai motivasi maupun sebagai
hambatan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar mengajar tersebut antara lain :
a. Faktor
eksogen
Faktor eksogen
adalah suatu sebab yang ditimbulkan dari luar pribadi, misalnya faktor yang
datangnya dari faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor maasyarakat
b. Faktor
endogen
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan
kepada anak untuk mencapai perkembangan jasmani dan rohani secara harmonis. Oleh sebab itu pendidikan pengajaran tidak dari fisik.
Sedangkan yang dimaksud dengan faktor yang berhubungan dengan faktor endogen
adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi anak.
Untuk mencapai
prestasi yang baik, mada beberapa faktor dasar yang perlu diperhatikan baik
oleh guru maupun orang tua murid. Faktor-faktor dasar tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Minat
b. Perhatian
c. Perasaan
d. Ingatan
e. Menguasai
materi
Berbicara
tentang mengenai tujuan belajar oleh Bimo Walgito ( 2003: 118) adalah sebagai
berikut :"Tujuan ini adalah membantu pemeerintah dalam usaha mewujudkan
tujuan pendidikan pada umumnya".
Pada akhirnya tujuan belajar yang diuraikan
diatas adalah untuk mencapai suatu prestasi belajar atau hasil yang diperoleh
dari kegiatan belajar. Prestasi menunjukkan mutu dari pendidikan. Oleh karena
itu seorang siswa dikatakan sukses dalam belajar apabila menunjukkan peerubahan
tingkah laku baik segi pengetahuan maupun keterampilan.
Perubahan-perubahan itu dapat berbentuk dalam
penggunaan, atau pengevaluasi mengenai
sikap, kebiasaan dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan.
Perubahan itu berangsur-angsur akan dimulai
dari sesuatu yang tidak dikenalnya untuk kemudian dikuasai atau dimilikinya,
dipergunakan sampai kepada suatu saat untuk dievaluasi oleh yang menjalani
proses belajar itu.
Jadi pada intinya,
orang yanng belajar tidak sama keadaannya dengan sebelum mereka melakukan
perbuatan belajar itu. Denngan demikian dapat disimpulkan bahwa :
a. Dalam belajar faktor peerubahan tingkah laku harus ada,
tidak dikatakan belajar apabila didalamnya tidak ada tingkah laku.
b. Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan kecakapan
baru
c. Perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja
d. Dari berbagai batasan tentang belajar yang disebut di
atas kita sudah mendapat gambaran mengenai apa itu belajar.
2. Teori
Belajar Mengajar
Teori belajar atau
teori perkembangan mental berisi tentang apa yang terjadi dan apa yang
diharapkan terjadi pada mental anak. Teori belajar menguraikan tentang kegiatan
mental anak, apa yang dapat kita lakukan pada usia (tahap perkembangan mental)
tertentu. Pada teori belajar tidak ada uraian tentang prosedur dan tujuan
mengajar. Di lain pihak teori mengajar adalah uraian tentang petunjuk bagaimana
semestinya mengajar pada usia tertentu bila anak sudah siap untuk belajar. Jadi
pada teori mengajar terdapat tujuan dan prosedur mengajar.
Apabila kita
mengamati teori intelegensi dan teori perkemangan mental Piaget dan Guiffort
dalam ET Ruseffendi ( 2001: 62) bahwa kemampuan anak beraneka ragam, maka agar
anak itu lebih berhasil dalam belajarnya maka dalam penyampaian materi
pelajaran kita harus menggunakan beraneka metode dan pendekatan. Misalnya
antara abstrak dan konkrit, antara deduktif dan induktif, antara ceramah dan
menemukan sendiri dan lain-lain. Sedangkan kalau berpegang pada teori belajar
J. Piaget, bila kita menginginkan perkembangan mental anak tersebut harus
diperkaya dengan banak pengalaman-pengalaman belajar.
Belajar menurut Zoltan P. Dienes (1989 : 36) sistem
pengajaran di sekolah dibuat dalam usaha
peeningkatan pengajarannya agar lebih mudah dipelajari dan lebih menarik.
Menurutnya banyak anak-anak menyenangi
hanya pada peermulaan mereka berkenalan dengan sederhana. Makin tinggi
sekolahnya makin kurang minatnya.
1. Disamping
itu terdapat banyak anak-anak yang menyenangi
pelajaran hanya pada permulaan saja.
C. Hubungan Antara Penyediaan Fasilitas Belajar dengan
Prestasi belajar
Dalam kegiatan
belajar mengajar, siswa diharapkan selalu diberi kesempatan untuk berkembang
agar supaya bisa menjadi manusia yang akhirnya dapat berdiri sendiri dan dapat
bertanggung jawab atas tugas hidupnya nanti.
Tetapi dalam
kegiatan belajar mengajar siswa, tidaklah selalu lancar seperti apa yang
diharapkannya. Kadang-kadang mereka mengalami berbagai kesulitan atau berbagai
hambatan dalam kegiatan belajarnya, misalnya kesulitan dalam belajar karena
kekurangan alat-alat belajar yang harus disediakan orang tua. Karena seorang
siswa dalam setiap kegiatan belajar memerlukan sarana-sarana yang cukup
memadai, entah itu berupa alat-alat tulis, perabot belajar, buku-buku pelajaran
atau alat yang lain yang dapat digunakan untuk menunjang dalam belajar. Dalam
segala bentuk kegiatan belajar mutlak diperlukan alat-alat tulis. Semakin
lengkap alat-alat tulis itu. Semakin lancar pula proses belajarnya. Alat-alat
tulis yang dimaksud misalnya seperti pulpen, tinta, pensil, penggaris,
penghapus, buku tulis, dan lain-lain.
Alat-alat pelajaran
yang lengkap akan membeeri kesempatan bagi anak bagi untuk pembentukan materiil
berarti pembentukan pengetahuan dan pembentukan formil berarti pembentukan
sikap-sikap belajar dan berfikir. Demikian pula dengan adanmya perpustakaan
akan dapat membantu usaha belajar, dari ini akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap pembentukan materiil maupun pembentukan formil bagi siswa.
Oleh karena itu
setiap guru hendaknya menyadari betapa pentingnya pengaruh alat-alat belajar
itu dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar. Di samping itu guru perlu
mengetahui tentang kesulitan-kesulitan siswa untuk memiliki buku-buku paket,
buku-buku penunjang belajar lain yang diperlukan. Sehingga dengan fasilitas
yang cukup, memadai prestasi belajar dalam proses belajar mengajar bisa
tercapai sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah direncanakan yaitu
pendidikan nasional.
Jadi menurut
pendapat penulis antara penyediaan fasilitas belajar dengan prestasi belajar
dalam proses belajar mengajar sangat erat hubungannya karena dengan adanya
sarana-sarana ataupun alat-alat belajar yang memadai, maka siswa cenderung
berhaasil dalam belajar.
BAB III
MODEL PENELITIAN
TINDAKAN
A. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di SDN __________
Kecamatan ________ Kabupaten
_________ Tahun Pelajaran
____/____. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II berjumlah 38 siswa.
Penelitian
dilaksanakan pada semester _____ tahun pelajaran ____/
____mulai bulan ____sampai dengan Akhir _____.
B. Tahapan Penelitian
1. Gambaran umum penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (action reseach classroom), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di kelas. Penelitian
ini dilakukan pada semester genap kelas
II SDN
__________ Kecamatan ________
Kabupaten _________ Tahun Pelajaran ____/____. Penelitian berlangsung mulai bulan April minggu pertama hingga Akhir
Mei 2008.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, guru sebagai
peneliti, penanggungjawab penuh penelitian tindakan kelas. Guru dalam hal ini
peneliti, terlihat secara penuh dalam perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi pada tiap-tiap siklusnya. Keempat tindakan tersebut saling terkait dan
berkelanjutan. Hal ini merupakan salah satu ciri dari penelitian tindakan
kelas.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2
siklus, yang sudah dianggap mampu memenuhi kepuasan peneliti dalam mencapai
hasil yang diinginkan dan mengatasi persoalan yang ada.
2. Rincian prosedur penelitian
- Rencana
tindakan
Penelitian dilakukan di kelas
II SDN
__________ Kecamatan ________
Kabupaten _________ Tahun Pelajaran ____/____yang berjumlah 38
siswa. Tema yang diambil dalam penerapan pembelajaran untuk peningkatan hasil belajar ialah prasarana belajar di
kelas.
Penelitian di lapangan
dilakukan dalam waktu kurang lebih dua setengah bulan, mulai bulan _____minggu kedua hingga awal _____. Rencana tindakan tersebut meliputi:
-
Membuat
skenario pembelajaran dengan menggunakan
perlengkapan belajar di kelas.
-
Membuat
jadwal kunjungan kelas dan pertemuan mingguan.
-
Mempersiapkan
bahan-bahan yang diperlukan, kegiatan monitoring, perangkat tes awal,
dan membuat catatan awal.
-
Membuat
alat bantu mengajar.
- Pelaksanaan
tindakan
-
Aktivitas
siswa dengan siswa pada saat kerja kelompok.
-
Aktivitas
siswa pada waktu menjawab pertanyaan dengan memnggunkan mediator alat sekolah.
-
Aktivitas
siswa pada waktu mengerjakan tugas dengan alat sekolah.
3. Observasi
-
Melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang dibuat.
-
Diberi tugas
mewarnai media gambar
Setelah menemukan
metode mewarnai siswa disuruh memberi warna pada media gambar yang
polos.
-
Mengadakan
evaluasi pada akhir pembelajaran sesuai dengan TPK yang terdapat dalam Rencana
Pembelajaran.
-
Mengadakan
evaluasi akhir.
-
Melaksanakan
analisasi hasil evaluasi.
4. Perefleksian
-
Kegiatan
refleksi diawali dengan memeriksa sampel
gambar hasil observasi.
-
Merevisi citra warna yang masih dianggap sulit oleh
siswa.
-
Mengatur
kembali beberapa anggota kelompok yang tidak cocok dengan kelompoknya.
-
Memberi
solusi untuk mengatasi masalah siswa dalam teknik meawrnai.
Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan pembelajaran
mewarnai pada gambar polos pada penelitian ini dilaksanakan dalam 2
siklus, yaitu:
Siklus Pertama
Sebelum
dilakukan penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan tes awal kemampuan siswa
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas II dalam mewarnai media
gambar. Dalam penelitian ini, pemberian perlakuan dibedakan sebagai berikut:
a. Untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan siswa bekerja
secara kelompok berdasarkan kelompok masing-masing.
b. Untuk tugas-tugas
mewarnai, siswa bekerja secara individu.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru,
diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Dalam memberikan pembelajaran awal, guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada tema yang akan diajarkan.
b. Guru memberi
teknik warna dasar dan kekontrasan warna yang sulit yang berhubungan
dengan tema yang diajarkan.
c. Guru memberikan
metode simpel yang dianggap mengganggu pemahaman siswa dalam menggambar
/ mewarnai.
d. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil, yang
masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.
e. Guru memberikan tugas dan latihan secara individual yang
berhubungan dengan mewarnai gambar.
f. Guru memeriksa dan mendiskusikan jawaban siswa bersama
seluruh siswa.
g. Siswa yang pandai dari beberapa kelompok bekerja sendiri
dan sebagian anggota tidak bekerja.
h. Beberapa siswa merasa tidak cocok masih menanyakan
tentang bagaimana teknik pemilihan
warna.
i. Ada beberapa siswa masih melakukan kesalahan dalam seni menggambar.
Kekurangan-kekurangan tersebut berangsur-angsur
diperbaiki. Adapun perubahan yang ditemukan berdasarkan pengamatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Kerja kelompok sudah mulai tenang dan teratur karena
masing-masing kelompok sudah mengetahui posisinya.
b. Kegiatan berkelompok terlihat mulai hidup dan
masing-masing siswa secara aktif.
c.
Guru
bersikap ramah dan tidak tegang waktu memasuki ruang kelas sehingga suasana
kelas terlihat lebih rileks.
d. Beberapa siswa yang pandai masih terlihat lebih menonjol
dibandingkan dengan anggota kelompoknya.
e. Tidak ada siswa yang terlihat bingung dalam mengerjakan
tugas.
Selanjutnya hasil pengamatan pelaksanaan penelitian
tindakan menunjukkan:
a. Siswa sangat antusias dalam menjawab soal-soal yang
diberikan baik dalam menjawab soal-soal berdasarkan teks perintah mewarnai.
b. Siswa yang pandai tampak bekerja sama dengan teman
kelompoknya.
c. Siswa dapat menyelesaikan tugas I berdasarkan informasi
yang diperoleh melalui wacana.
d. Kelompok siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tugas
II.
e. Sisiwa masih mengalami kesulitan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan terstruktur yang digunakan untuk menggunakan cryon.
Dari tindakan kelas yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
a. Siswa tidak mengalami kesulitan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tugas I dan II yang diberikan berdasarkan teks perintah
b. Pola mewarnai yang ditanyakan guru belum dapat secara
maksimal meningkatkan kemampuan siswa dalam
olah seni mewarnai.
Siklus Kedua
Dalam
hasil pengamatan yang dilaksanakan pada siklus II ini ditemukan bahwa:
a. Siswa sangat antusias dalam melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya baik secara kelompok maupun secara individu.
b. Tidak ada lagi siswa merasa bingung atau bertanya
dalam urusan teknik mewarnai.
c. Siswa yang pandai tidak lagi mendominasi dalam
mengerjakan tugas-tugas kelompoknya.
d. Siswa yang pada awalnya tampak pasif di kelas, kini
menjadi lebih aktif dan lebih bekerja antusias dalam melaksanakan tugas-tugas.
e. Siswa berusaha untuk menjawab soal-soal yang diberikan
saat diminta untuk menjawab soal-soal yang diberikan saat teks perintah
dibacakan.
f. Saat diminta untuk berdialog, siswa berlomba untuk maju
ke depan kelas untuk melakukan
demontrasi di papan peraga.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mempermudah pengumpulan data, maka penelitian ini
menggunakan beberapa metode, adapun metode pengumpulan data tersebut melalui
beberapa metode yaitu observasi, wawancara terstruktur, dan tes tulis. Dalam
observasi penelitian mencatat setiap gejala perubahan selama pembelajaran dan
disesuaikan dengan konsep atas indikatornya. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara observasi selama pembelajaran berlangsung.
1. Melaksanakan tes berupa evaluasi proses dan hasil belajar
serta membuat rentang nilai hasil ulangan.
2. Membandingkan rata-rata hasil tes, yaitu dari nilai
rata-rata pra siklus, siklus I dan siklus II.
3. Menyimpulkan temuan-temuan hasil observasi, yaitu
catatan-catatan lapangan.
D. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan
pembelajaran, perlu dilakukan analisis data. Pada penelitian tindakan kelas
ini, digunakan analisis deskripsi kualitatif, yaitu suatu metode penelitian
yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang
diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa juga
untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Untuk
analisis tingkat keberhasilan atau prosentase ketuntasan belajar siswa setelah
proses belajar mengajar berlangsung pada tiap siklusnya, maka dilakukan dengan
cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistika sederhana, yaitu:
1. Penilaian tugas dan tes
Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa,
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai
rata-rata. Nilai rata-rata ini didapat dengan menggunakan rumus:

Keterangan x :
nilai rata-rata


2. Penilaian untuk ketuntasan belajar
Ada 2 kategori ketuntasan belajar, yaitu secara
perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar
mengajar, maka peneliti menganggap bahwa penerapan pembelajaran mewarnai bidang gambar dengan cryon dikatakan berhasil dalam meningkatkan
hasil belajar siswa jika siswa mampu menyelesaikan warna gambar dan memenuhi ketuntasan belajar
yaitu minimal 75% dari semua bidang
gambar yang diberikan. Dengan kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa yang
dikelompokkan ke dalam lima kategori, seperti yang terlihat pada tabel 3.1.
Untuk menghitung prosentasi ketuntasan belajar, digunakan rumus sebagai
berikut.

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil
analisis ini digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan
lanjut dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai bahan
refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan mungkin sebagai
bahan pertimbangan dalam penentuan model pembelajaran yang tepat.
Tabel 3.1
Kriteria Tingkat
Keberhasilan Belajar Siswa dalam %
Tingkat Keberhasilan (%)
|
Arti
|
![]() |
Sangat tinggi
|
60 – 79%
|
Tinggi
|
40 – 59%
|
Sedang
|
20 – 39%
|
Rendah
|
< 20%
|
Sangat rendah
|
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PELAKSANAAN TINDAKAN
A. Penyajian Hasil Observasi
Untuk
menyajikan data dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas
berikut disampaikan secara berurutan sesuai siklusnya.
1. Hasil Observasi Siklus I
Seperti telah
dikemukakan pada bagian terdahulu bahwa penerapan strategi penyampaian
bahan dasar warna pada siklus I ini
difokuskan pada penugasan individual. Jadi dalam pelaksanaan tindakan kelas
ini, siswa diminta untuk mengerjakan tugas tersebut secara perseorangan dengan
bimbingan guru bagi yang memerlukan saja.
a. Hasil Observasi Pertemuan I
Pelaksanaan
tindakan pada pertemuan I dihadiri oleh 30 siswa sedangkan 8 siswa tidak masuk.
Hasil pengamatan terhadap penugasan
warna dasar pada bidang gambar yang diberikan kepada siswa diketahui
bahwa waktu 35 menit yang disediakan untuk mengerjakan tugas tersebut ternyata
tidak cukup untuk menyelesaikannya, bahkan waktu 15 menit berikutnya yang
semula disediakan untuk diskusi kelas dipakai untuk menyelesaikan kegiatan
tersebut. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sekenario pembelajaran yang
direncanakan dalam Rencana Pembelajaran (RP) tidak dapat berlangsung seperti
yang dikehendaki.
Hasil
pengamatan guru terhadap keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas mewarnai. Hampir semua siswa aktif
mengerjakan dengan serius, walaupun yang sudah mencoba mengerjakan seluruh
kegiatan sekitar 26 siswa (86,7%) dan hanya 4 siswa (13,3%) yang belum
menyelesaikan semua kegiatan. Sedangkan bagaimana prosedur pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan siswa diketahui bahwa belum bekerja sesuai dengan petunjuk yang
tertera dalam pemilihan jenis warna yang
serasi.
b. Hasil Observasi Pertemuan II
Pelaksanaan
tindakan kelas pada pertemuan kedua ini dihadiri oleh 35 dari 38 siswa
seluruhnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan pertama, pada pertemuan
ini guru tidak lagi membiarkan siswa mengerjakan sesuai dengan pemahamannya
terhadap pilihan warna, melainkan guru memberikan
pengarahan dan bimbingan seperlunya terhadap kesulitan siswa. Dari rekaman
hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh guru, diketahui bahwa seluruh siswa
lebih antusias dan konsentrasi memilih
warna bebas. Walaupun demikian masih dijumpai siswa yang belum mengerti
apa yang harus dilakukan dengan menulis paragrafnya, tapi berkat bimbingan
guru, akhirnya siswa tersebut dapat mengerti akan tugasnya.
Berkaitan
dengan waktu yang disediakan untuk mengerjakan
ilustrasi gambar (dalam kegiatan inti pelajaran), yaitu 40 menit
ternyata siswa kelas II SDN __________
Kecamatan ________ Kabupaten
_________ Tahun Pelajaran
____/____belum bisa menyelesaikan seluruh kegiatan yang tercantum dalam rincian
kegiatan. Itu sebabnya guru terpaksa menambah waktu untuk menyelesaikan
ilustrasi warna pada bidang gambar yang semula untuk digunakan sebagai kegiatan
diskusi kelas, guna membahas hasil pekerjaan siswa tentang pola mewarnai. Hal ini mungkin disebabkan
karena siswa masih belum terbiasa membuat
penyelesaian dengan cepat, sehingga mereka tidak kesulitan mengerjakan
tuntas mewarnai. Dari seluruh siswa hanya 3 anak yang kurang bersungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas mewarnai, sedang sisanya tampak sangat konsentrasi
terhadap rincian kegiatan yang harus diselesaikan walaupun hanya 28 siswa yang
dapat menyelesaikan tugasnya secara tuntas.
2. Hasil Observasi Siklus II
Jika pada
Siklus I penugasan dengan pola arsiran
halus ditujukan untuk dikerjakan secara perseorangan, maka pada Siklus II ini
penugasan arsiran ditujukan untuk
dikerjakan secara berkelompok antara 4 sampai 5 siswa.
a. Hasil Observasi Pertemuan I
Pelaksanaan
tindakan Siklus II pertemuan I ini dihadiri oleh 35 orang siswa. Kelas dibagi
menjadi 7 kelompok yang masing-masing beranggotakan 5 orang siswa, sebab tugas
yang diberikan perlu didiskusikan untuk menyelesaikannya. Karakteristik warna arsiran ini adalah sebelum siswa
berdiskusi secara kelompok, siswa terlebih dahulu menuliskan pendapat
pribadinya untuk kemudian didiskusikan sampai dihasilkan pendapat atau
kesepakatan kelompok. Dari 2 pendapat pribadi dan pendapat kelompok yang
dihasilkan, kemudian dibandingkan antara keduanya sehingga diketahui siswa mana
yang dominan dapat mempengaruhi kesepakatan kelompok.
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa suasana kelas menjadi ramai karena terdapat 6
kelompok yang secara bersamaan melakukan diskusi di kelompoknya masing-masing.
Dinamika kelompok sangat tampak terutama berkaitan dengan bagaimana seorang
siswa dapat mempengaruhi anggota kelompok lainnya, sehingga sampai menit ke 60
hanya 4 kelompok yang berhasil menyelesaikan tugasnya secara tuntas
termasuk pola arsiran halus. Sedangkan 2
kelompok lainnya sudah berusaha dengan keras namun masih belum tuntas
menyelesaikan seluruh tugas. Dari kerasnya perbedaan pendapat yang terjadi di
antara siswa, diskusi kelas yang direncanakan dalam RP belum dapat dilaksanakan
berhubung waktu yang tersisa kurang untuk melaksanakannya, walaupun pengambilan
kesimpulan akhir masih sempat dilakukan oleh guru.
b. Hasil Observasi Pertemuan II
Pelaksanaan
tindakan pada pertemuan kedua ini dihadiri oleh 35 siswa. Dari jumlah siswa
yang hadir tersebut dibentuk 5 kelompok, sehingga ada 1 kelompok yang
beranggotakan 7 siswa.
Hasil
pengamatan yang dilakukan oleh guru, diketahui bahwa hampir semua kelompok
sangat aktif melakukan diskusi kelompok agar dapat menyelesaikan semua topik
bahasan yang harus diselesaikan. Hanya saja terdapat 1 kelompok siswa yang
tampak kurang bergairah dan pasif dalam berdiskusi guna menyelesaikan topik
bahasannya. Sesuai waktu yang direncanakan khusus untuk menyelesaikan struktur warna asal dan campuran, ternyata
hampir semua kelompok dapat menyelesaikan tugasnya secara tuntas, maka sesi
diskusi kelas yang direncanakan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok
dapat diselenggarakan. Dalam diskusi kelas tersebut, 4 kelompok telah
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya karena waktu yang tersedia tidak
banyak. Dari hasil pengamatan guru terhadap diskusi kelas yang telah
berlangsung, diketahui bahwa sebagian besar siswa masih belum berani
mengemukakan pendapatnya baik berupa tanggapan atau kritik terhadap kelompok
lain.
B. Penyajian Hasil Tes dan Hasil Angket
Dalam rangka
melakukan pengukuran terhadap subjek penelitian, peneliti telah melancarkan dua
kali tes, yaitu tes kemampuan awal (pretes) dan tes prestasi belajar (postes).
Selain pengukuran berupa tes, dalam penelitian tindakan kelas ini juga telah
disebarkan angket atau kuesioner balikan siswa yang memuat tentang penilaian
dan persepsi siswa serta ditambah dengan tanggapan dan saran-sarannya terhadap
perubahan strategi penyampaian bahan yang mengaktifkan siswa. Untuk mengetahui
hasil pengukuran tersebut, maka berikut disajikan datanya.
1. Penyajian Hasil Pretes
Pelaksanaan tes kemampuan awal ini telah dihadiri oleh 35
siswa. Skor yang diperoleh berkisar dari skor terendah 22 sampai yang tertinggi
75 dengan rata-rata skor berkisar 44,78. Dari hasil pengukuran awal ini dapat
diketahui bahwa rata-rata siswa memang masih belum menguasai materi yang akan
diajarkan yaitu mewarnai dengan pola warna terstruktur atas warna asal dan
campuran.
2. Penyajian Hasil Postes
Adapun pelaksanaan tes hasil belajar siswa ini telah
dilaksanakan pada tanggal _____ yang diikuti oleh sejumlah 35 siswa. Hasil tes
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa tersebut diketahui berkisar antara
52,5 yang terendah, sampai 82,5 yang tertinggi, dengan skor rata-rata yang
diperoleh siswa adalah 66,5. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa secara umum
siswa telah menunjukkan prestasi belajarnya dengan cukup baik setelah mengikuti
proses pembelajaran yang menerapkan metode penugasan dengan warna kontras.
Apabila hasil tes kemampuan yang diperoleh siswa
dibandingkan dengan tes prestasi belajarnya, maka sebagian besar siswa
menunjukkan prestasi belajar yang lebih baik. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perubahan atau penerapan strategi penyampaian yang menekankan pada
aktifitas siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Penyajian Hasil Angket Siswa
Angket
yang diberikan kepada siswa hanya dapat diisi oleh siswa yang mengikuti pos tes
saja karena lembar angket ini menjadi satu dengan lembar tes belajar siswa.
Untuk mengetahui data hasil angket tersebut, berikut disajikan laporannya.
a. Pertanyaan
nomor 1
Pertanyaan ini
meminta siswa untuk menjawab tentang seberapa menyenangkan atau membosankan
proses pembelajaran dengan teknik arsir
halus dan kemampuan ilustrasi pilih waran dikerjakan secara individu. Jika
menjawab sangat menyenangkan diberi skor 4, agak menyenangkan 3, agak
membosankan 2, dan sangat membosankan skornya 1. Dari hasil angket yang telah
dikumpulakan diketahui bahwa rata-rata skor jawaban siswa adalah 2,67. Ini
menandakan bahwa sebagian besar siswa cenderung merasa agak menyenangkan
apabila pelajaran disajikan menggunakan
alat peraga cryon yang harus dikerjakan dengan cara individu.
b. Pertanyaan
nomor 2
Disini siswa
diharapkan menjawab pertanyaan tentang sulit atau mudahnya materi pelajaran
jika dipelajari menggunakan cryon yang
harus dikerjakan oleh siswa secara perseorangan. Jika siswa menjawab sangat
sulit, maka diberi skor 4, agak sulit skornya 3, agak mudah skornya 2, dan
sangat membosankan skornya 1. Berdasarkan data hasil angket telah dikumpulkan,
dapat diketahui bahwa rata-rata skornya adalah 2,57. Dari data tersebut dapat
dikemukakan bahwa sebagian besar siswa menganggap bahwa materi pelajaran
cenderung terasa agak sulit apabila dikerjakan secara individu.
c. Pertanyaan
nomor 3
Pertanyaan ini
meminta siswa untuk menjawab tentang seberapa menyenangkan atau membosankan
proses pembelajaran mewarnai yang harus
dikerjakan secara kelompok (berdiskusi). Jika menjawab sangat menyenangkan
diberi skor 4, agak menyenangkan 3, agak membosankan 2, dan sangat membosankan
1. Dari hasil angket yang telah dikumpulkan, diketahui bahwa rata-rata skor
jawaban siswa adalah 3,63. Ini menandakan bahwa sebagian besar siswa cenderung
merasa sangat menyenangkan jika proses belajar mengajarnya dilakukan secara
diskusi kelompok.
d. Pertanyaan nomor 4
Disini siswa
diharapkan menjawab pertanyaan tentang sulit atau mudahnya materi pelajaran
jika dipelajari menggunakan cryon yang
harus dikerjakan oleh siswa secara kelompok atau dengan berdiskusi. Jika siswa
menjawab sangat sulit maka diberi skor 4, agak sulit skornya 3, agak mudah
skornya 2, dan sangat membosankan skornya 1. Berdasarkan data hasil angket
telah dikumpulkan, dapat diketahui bahwa rata-rata skornya adalah 1,52. Dari
data tersebut dapat dikemukakan bahwa sebagian besar siswa menganggap materi
pelajaran cenderung terasa sangat mudah apabila dikerjakan secara berkelompok
dengan jalan berdiskusi.
C. Penyajian Temuan Hasil Tindakan
Untuk
menyajikan temuan yang diperoleh setelah implementasi tindakan, maka di bawah
ini disampaikan temuan utama dan temuan sampingan. Temuan utama merupakan
temuan yang menyangkut masalah yang telah diteliti, sedang temuan sampingan
merupakan temuan ikutan selain temuan utama namun sangat urgent untuk diungkap
dalam rangka studi tindak lanjut.
1. Temuan Utama
Sesuai dengan masalah yang diteliti, ada 2 temuan utama
dari PTK ini, yaitu sebagai berkut:
a.) Siswa menjadi lebih serius dan konsentarasi atau dengan
kata lain, minatnya menjadi meningkat terhadap jalannya proses pembelajaran
yang disajikan dengan metode penugasan khususnya pola mewarnai dengan arsiran halus.
b.) Walaupun nilainya tidak begitu besar, siswa berhasil
mengalami peningkatan prestasi belajarnya atau paling tidak telah menunjukkan
prestasi belajar yang baik setelah mengikuti proses pembelajaran yang
menerapkan metode penugasan pilih warna.
Temuan
yang pertama tersebut ditandai dengan terlihatnya hampir semua siswa lebih
perhatian terhadap rincian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa dalam
rangka menyelesaikan tugas mewarnai.
Selain itu baik frekuensi maupun intensitas respon dari siswa terhadap apa yang
dirasa kesulitan tampak semakin tinggi dibanding acara tatap muka sebelumnya yang
menggunakan metode konvensional. Walaupun demikian, masih dijumpai segelintir
siswa yang kurang begitu antusias dan bergairah dalam mengikuti pelajaran yang
sedang berlangsung, tetapi setelah dicermati dengan seksama, ternyata siswa
tersebut memang sejak semula kurang memiliki motivasi yang baik terhadap mata
pelajaran apapun. Dengan demikian, temuan yang pertama cukup memiliki bukti
berdasar hasil pengamatan selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Sedangkan
penemuan yang kedua dapat dibuktikan dengan hasil tes prestasi yang telah
dilakukan siswa, terlihat seluruh siswa memperoleh skor di atas 50 untuk skala
100. Dari indikator tersebut, wajar apabila dikatakan bahwa perubahan metode
pelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa melalui media gambar untuk mewarnai dapat
menghasilkan prestasi belajar yang baik serta dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
2. Temuan Sampingan
Setelah
melakukan pengamatan dan pengukuran terhadap implementasi tindakan, ditemui
adanya beberapa hal sebagai berikut:
a.) Siswa belum bisa mengerjakan tugas mewarnai tanpa campur tangan dan bimbingan
dari guru. Hal ini dimungkinkan oleh karena terdapat kurangnya kemampuan pilihan warna.
b.) Siswa belum bisa mengambil intisari dari teks perintah guru untuk dipergunakan sebagai
bahan menjawab suatu persoalan atau untuk mengambil suatu keputusan. Temuan ini
ditengarai disebabkan oleh siswa terlalu dibiasakan oleh guru untuk menerima
apa adanya dari setiap informasi atau penjelasan guru, sehingga mereka kurang
memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan potensi kemampuan analisisnya. Oleh
sebab itu, siswa terbuai dengan hanya menerima dan merasa enggan atau canggung
untuk berusaha mencari dan menemukan sendiri apa yang diperlukan untuk menjawab
persoalan maupun mengambil suatu keputusan.
c.) Siswa cenderung lebih menyukai mengerjakan suatu tugas
pekerjaan secara berkelompok atau berdiskusi dibandingkan dengan cara
perseorangan atau individual. Temuan 1 ini dapat dipergunakan sebagai indikator
masih kurang percaya dirinya siswa dalam menyelesaikan suatu persoalan. Hal ini
mungkin dipengaruhi oleh masih rendahnya kebutuhan berprestasi (need for
achivement) dari siswa secara individu, serta masih kurangnya para guru melatih
dan memberikan motivasi berprestasi terhadap siswa.
d.) Siswa masih kurang bisa memanfaatkan waktu yang tersedia
secara efisien untuk melakukan sesuatu tugas pekerjaan. Kurangnya dalam hal
pengelolahan waktu bagi siswa ini akan mempengaruhi pembentukan karakter dan
budaya kerja siswa. Padahal karakter dan budaya kerja ini dibutuhkan oleh siswa
nanti setelah mereka dewasa. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kebiasaan dan
lingkungan dimana mereka tinggal. Termasuk motivasi guru selalu mengingatkan
betapa pentingnya mengelolah waktu secara efisien agar tidak selalu ketinggalan
momentum terhadap meraih setiap peluang yang ada.
D. Pembahasan Akhir Atas Hasil Tindakan
Untuk
melakukan pembahasan terhadap hasil tindakan yang telah dilaksanakan, maka
berikut akan dikupas dan dibahas khususnya yang berkaitan dengan temuan utama
sesuai dengan permasalahan penelitian yang sedang diteliti.
1. Pembahasan Temuan I
Temuan
yang diperoleh yaitu penerapan strategi pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa dapat meningkatkan minat siswa kelas II SDN
__________ Kecamatan ________
Kabupaten _________ Tahun Pelajaran ____/____mengikuti pelajaran
di kelas. Temuan ini memberikan jawaban terhadap hipotesis tindakan yang telah
dikemukakan pada bab I, sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi tindakan
perubahan strategi pembelajaran yang menekankan pada aktivitas dapat berhasil
mengatasi masalah rendahnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran,
khususnya .
Sebagaimana
telah kita ketahui bahwa minat seseorang terhadap sesuatu mata pelajaran akan
menyebabkan mereka dapat belajar dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Gie
( 2003), bahwa suatu mata pelajaran dapat dipelajari dengan baik apabila si
pelajar dapat memusatkan perhatiannya terhadap pelajaran itu. Sedangkan
perhatian seseorang terhadap sesuatu merupakan salah satu unsur dari minat.
Dengan kata lain di dalam minat itu sendiri mengandung perhatian sebagai salah
satu indikatornya. Hal ini sesuai dengan pendapat Walgito (1981) mengemukakan
tentang pengertian minat sebagai berikut: “minat adalah suatu keadaan dimana
seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk
mengetahui dan mempelajari lebih lanjut”.
Sedangkan
kaitan antara minat dengan penerapan strategi pembelajaran dapat dijelaskan
bahwa penerapan metode penugasan khususnya menulis paragraf terstruktur baik
secara individual maupun kelompok dapat memungkinkan siswa perhatiannya terpusat
pada rincian kegiatan atau tugas dan selalu berinteraksi secara aktif atau
dengan pedoman kerja atau langkah-langkah aktifitas. Dengan kualitas dan
intensitas interaksi tersebut, maka minat siswa dalam mengikuti pelajaran
menjadi meningkat pula. Minat terhadap suatu mata pelajaran sangat dipengaruhi
oleh seberapa besar siswa dilibatkan dalam proses belajar mengajarnya sebab
jika siswa kurang dilibatkan maka siswa akan cenderung pasif, tidak bergairah
dan kurang perhatian.
2. Pembahasan Temuan 2
Temuan
berikutnya adalah penerapan strategi pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan menerapkan
metode penugasan mewarnai, maka siswa
dapat mempelajari materi pelajaran bukan melalui penjelasan guru, melainkan
dari hasil membaca, menyimak, menganalisis, dan mengambil kesimpulan sendiri
setelah melakukan kegiatan seperti yang tercantum dalam rincian kegiatan.
Pengalaman yang demikian akan dapat menyenangkan siswa karena mereka merasa
berhasil menemukan sendiri pengetahuannya yang dipelajari.
Oleh
karena melalui metode penugasan siswa diminta untuk menyelesaikan tugas mewarnai berarti intensitas dan keterlibatan
siswa menjadi tinggi maka siswa akan menyebabkan siswa lebih perhatian,
bergairah, dan lebih antusias dalam mengikuti pelajaran. Kondisi yang demikian
itu mendorong siswa belajar lebih baik lagi sehingga hasil belajarnyapun akan
lebih baik pula, hal ini didukung oleh pendapat Koetoer ( 2001) bahwa kurangnya
intensitas kegiatan belajar yang kurang pula.
Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode penugasan mewarnai sebagai wujud strategi pembelajaran
yang menekankan pada aktivitas siswa dapat menyebabkan prestasi belajar lebih
baik dan meningkat.
BAB V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa tersedianya fasilitas belajar siswa berkorelasi positif
dengan prestasi belajar siswa kelas II SDN __________
Kecamatan ________ Kabupaten
_________ Tahun Pelajaran
____/____. Makin lengkap fasilitas
belajarnya berupa cryon dan perlengkapan melukis lainnya, akan makin tinggi
prestasinya, begitu sebaliknya makin tidak lengkap fasilitas belajarnya, akan
makin rendah prestasinya.
B. Saran
Berdasrkan simpulan
di atas, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Agar siswa memeproleh prestasi yang baik maka hendaknya
para orang tua dan guru menyediakan alat-alat belajar yang dibutuhkan anak.
2. Bila fasilitas belajar yang dimiliki siswa cukup memadai,
maka seorang harus belajar dan dapat memperguanakan alat-alat belajar itu
dengan sebaiknya, agar prestasi belajarnya lebih baik.
3. Seyogyanya sekolah berserta orang tua siswa mengetahui,
memahami dan mengerti kekurangan siswa mengenai fasilitas belajarnya :perabot
belajar, buku-buku pelajaran, alat-alat tulis, serta alat penunjang belajar
yang baik.
4. Prestasi belajar siswa akan lebih baik bila dalam
belajarnya tersedia alat-alat belajar misalnya perabot belajar dan alat-alat
tulis yang lengkap atau cukup memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan,
Jakiarta : Bumi Aksara
Best, John W. 2003.
Metodologi Penelitian Pendidikan, Penerjemahan Sanapiah F dan Mulyadi Guntur W,
Surabaya : Usaha Nasional
Gie, The Liang.
2001. Cara Belajar yang Efisien
Hadi Sutrisno,
2003. Statistik Jilid III, Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
UGM
____________, 2000.
Metodologi belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung : Tarsito
_____________,
2004, Prepustakaan Sebagai Media dan
Fasilitas Belajar, Jakarta, CV. Rajawali.
hamalik, Oemar.
1979. Metodologi Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung : Tarsito
_____________,
1989. Media Pendidikan, Bandung : Alumni
Hudoyo, Herman.
1990. Strategi Belajar Mengajar , Malang : IKIP Malang
Mazuki, 1977.
Metodologi Research, Jakarta : Fakultas Ekonomi UI.
Nana Kurnia, 2006,
Apresiasi Media Gambar Dalam Pembelajaran Mewarnai, CV. Intansari, Kalimantan
Barat.
Setyorini,
2006, Tip dan Trik Seni Menggambar Bagi
Pemula, PT. Pembangunan Widya Media,
Surakarta.
loading...
0 Response to "KUMPULAN CONTOH PTK SBK LENGKAP DAN LAMPIRAN "
Post a Comment