https://ylx-4.com/fullpage.php?section=General&pub=234891&ga=a

KUMPULAN CONTOH PTK DAN PTS LENGKAP 2014

 INTENSITAS DAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA ALAT PERAGA
OTHELLO SEBAGAI MEDIASI PEMBELAJARAN BAGI PENGUASAAN KONSEP OPERASI HITUNG  

BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang  Penelitian Tindakan
 Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun  2003 pada penjelasan Pasal 35 tercantum bahwa : “Pelaksanaan pendidikan tidak mungkin terselenggara dengan baik bilamana para tenaga kependidikan dan para peserta didik dalam Kegiatan Belajar Mengajar tidak didukung oleh sumber belajar yang diperlukan". Salah satu sumber belajar yang sangat penting dalam hal ini adalah alat peraga yang dapat membantu guru untuk memperjelaskan dan memvisualkan konsep atau pengertian serta melatih untuk mencapai keterampilan tertentu.
Penggunaan suatu alat peraga dalam proses pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan. Alat peraga dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan mengapa alat peraga dapat mempertinggi proses belajar siswa.

Menurut Suherman, dkk (2001:203), menyatakan bahwa dengan alat peraga :
  1. Proses Belajar Mengajar termotivasi, baik murid maupun guru dan terutama murid minatnya akan timbul. Ia senang, terangsang, dan tertarik terhadap proses pengajaran.
  2. Konsep abstrak tersajikan dalam bentuk kongkret dan karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat-tingkat yang lebih rendah.
  3. Hubungan antara konsep abstrak dengan benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dipahami.
  4. Konsep-konsep abstrak tersajikan dalam bentuk kongkret yaitu dalam bentuk model.

Menyadari pentingnya alat peraga dalam meningkatkan mutu keberhasilan proses pembelajaran, guru dituntut untuk menguasai keterampilan pengembangan dan penggunaan alat peraga serta ketrampilan memilih alat peraga yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan.
Menurut Muslihin (dalam Surisman A.M, 1998 : 18) : ‘Ketrampilan menggunakan alat peraga baik dalam mcmperagakan, mcmpraktekkan dan mendemonstrasikan alat peraga, diharapkan Proses Belajar Mengajar mencapai tujuan yang diharapkan. Didalam menggunakan alat peraga sebagai sarana pendidikan untuk kegiatan proses pembelajaran kita perlu mengetahui prinsip-prinsip penggunaannya. Prinsip-prinsip itu di antaranya :
  1. Tidak ada satu sarana alat peraga dan alat praktek pun yang dapat sesuai untuk segala macam Kegiatan Belajar Mengajar. Oleh karena itu guru sebaiknya melakukan pendekatan multi media, artinya berbagai sarana atau alat dapat diupayakan untuk menanamkan konsep sesuai dengan kemampuan siswa.
  2. Sarana atau alat tertentu cenderung untuk lebih tepat menyajikan suatu pelajaran tertentu daripada sarana yang lainnya.
  3. Penggunaan sarana atau alat yang terlalu banyak secara bersamaan belum tentu akan memperjelas konsep, bahkan sebaliknya, dapat mengalihkan perhatian siswa.
  4. Sarana atau alat pelajaran yang akan digunakan harus merupakan bagian yang integral dari pelajaran yang akan disajikan.
  5. Sarana atau alat pelajaran yang canggih belum akan dapat mengaktifkan siswa. Oleh karena itu siswa diperlukan sebagai peserta yang aktif.
  6. Penggunaan sarana alat pelajaran bukan hanya sekedar selingan atau pengisi waktu melainkan untuk memperjelas konsep meningkatkan keterampilan siswa.

Untuk mata pelajaran yang tujuan instruksionalnya lebih banyak meningkatkan segi keterampilan (psikomotor) seperti mata pelajaran matematika, alat peraga sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Sctiap konsep abstrak dalam matematika yang baru dipahami anak perlu segera diberikan penguatan supaya mengendap, melekat dan tahan lama tertanam sehingga menjadi miliknya dalam pola pikir maupun pola tindaknya (Ruseffendi,  2003: 226). Untuk keperluan inilah maka diperlukan belajar melalui berbuat dan pengertian, tidak hanya sekedar hapalan atau mengingat fakta saja yang tentunya akan mudah dilupakan dan sulit uniuk dimiliki. Seperti ungkapan yang sering dilontarkan oleh para ahli, bahwa : saya mendengar maka saya lupa, saya melihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya paham.
Karena itulah maka dalam pengajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) masih diperlukan penggunaan alat peraga. Sebagai guru kita perlu mengetahui macam-macam alat peraga yang dapat dipakai dalam mengajarkan mata pelajaran matematika, khususnya dalam pengajaran matematika di SD.
Mata pelajaran matematika pada pelaksanaannya haruslah diupayakan dengan kondisi pembelajarannya yang kondusif dalam arti suatu pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif bahkan inovatif. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, maka perlu ada usaha untuk memaksimalkan dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, bahkan bila dipandang perlu seorang guru dapat membuat sendiri alat peraga yang diperlukan. Materi pelajaran matematika tidak hanya bisa disampaikan melalui informasi atau hanya mengandalkan rumus-rumus saja, melainkan harus diupayakan adanya suatu pembuktian dalam upaya untuk menghindari verbalisme.
Piaget (dalam Ruseffendi,  2003: 233) berpendapat bahwa :
Siswa yang tahap berpikirnya masih ada pada tahap operasional kongkret (sebaran umur dan sekitar 7-12 tahun atau 13 tahun), yaitu tahapan umur pada anak-anak SD tidak akan dapat memahami operasi (logis) dalam konsep matematika tanpa dibantu oleh benda-benda kongkret. Anak-anak pada tahap berpikir ini dapat dikelompokan ke dalam empat taraf berpikir, yaitu :(1) Taraf berpikir kongkret; (2) Taraf berpikir semi kongkret; (3) Taraf berpikir semi abstrak; dan (4) Taraf berpikir abstrak.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Surisman A.M menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga dapat memberikan kontribusi terhadap kreativitas siswa dengan naiknya rentetan nilai hasil belajar pada bidang studi matematika di kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____ secara bertahap di setiap putaran (siklus). Rata-rata hasil belajar SD tersebut secara keseguruhan naik sebesar 1,24. Semula rata-rata 4,3 menjadi 6,34. Hal ini menunjukan bahwa alat peraga (alat bantu) selain dapat meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa juga dapat membantu memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami materi pelajaran.
Hanya saja kenyataan yang terjadi di lapangan sebagian besar bahwa penggunaan alat peraga pada pembelajaran matematika baik yang bersifat langsung maupun yang tiruan / buatan belum cukup teroptimalisasikan di Sekolah-sekolah Dasar pada umumnya. Kenyataan ini dialami pula di kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____  tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap sekolah dijadikan tempat penelitian, ketika proses pembelajaran guru hanya menerangkan bahan pelajaran dengan rumus-­rumus tanpa bantuan alat peraga yang tepat. Akibatnya hasil belajar siswa kurang, kurang memahami konsep sedang dipelajari dan aktivitas siswa tidak terlihat, karena proses pembelajaran berpusat pada guru.
Bertitik tolak dari data tersebut, maka peneliti memandang perlu diadakannya suatu perbaikan dalam masalah pembelajaran matematika. Oleh karena itu untuk mengetahui permasalahan di atas secara tepat, maka sebagai perbaikan pembelajaran matematika pada pokok bahasan luas dilaksanakan .
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan  tema "PENGGUNAAN ALAT PERAGA OTHELLO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA ".

B.   Rumusan Masalah Tindakan
Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah :"Apakah penggunaan Alat Peraga Othello dapat meningkatkan pemahaman konsep  rancang bangun bagi siswa  kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____ ".
Dari masalah tersebut di atas, selanjutnya diuraikan lebih rinci ke dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
  1. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____ sebelum penggunaan alat peraga ?
  2. Bagaimana aktivitas siswa kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____  selama proses pembelajaran dengan penggunaan alat peraga ?
  3. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____ sesudah penggunaan alat peraga?

C.   Sasaran Penelitian Tindakan
Tujuan umum penelitian. ini adalah agar siswa memahami konsep luas pada bangun datar melalui penggunaan Alat Peraga Othello di  kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____.
Secara khusus penelitian ini bertujuan antara lain sebagai berikut :
1.    Untuk mengetahui prestasi belajar siswa kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____  sebelum menggunakan alat peraga.
2.    Untuk mengetahui keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga.
3.    Untuk mengetahui bagaimana prestasi belajar siswa setelah menggunakan alat peraga.

D.   Manfaat Penelitian
 Manfaat penelitian tindakan kelas yang peneliti laksanakan adalah dapat diperinci sebagai berikut :
  1. Untuk dapat menggunakan alat peraga dalam pengajaran matematika Secara kreatif.
  2. Dapat menimbulkan kegairahan belajar sehingga siswa menjadi kondusif dalam Proses pembelajaran.
  3. Dapat memperoleh pengalaman langsung berupa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika.

E.   Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi penafsiran yang salah terhadap istilah-istilah terdapat dalam judul penelitian ini maka didefinisikan beberapa istilah yang digunakan. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1.    Penggunaan, adalah hal (perbuatan dan sebagainya) mempergunakan sesuatu. (W.I.S. Poerwadarminta,  2000:333).
2.    Alat Peraga Papan Berpaku, yang dimaksud dalam skripsi ini adalah alat bantu pelajaran yang dibuat dari papan berpaku yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa dalam pembelajaran matematika untuk menerangkan konsep luas.
3.    Pembelajaran
Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (lbrahim dkk, 2002:94).
4.    Matematika
Menurut James dan James (dalam Suherman dkk, 2001: 18) dalam kamus matematikanya menyatakan bahwa : “Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri”..
5.    Konsep
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek (Soedjadi R., 1999:14).
6.    Luas, yang dimaksud dalam  PTK ini adalah daerah yang dimiliki oleh bangun datar.






BAB II
 KAJIAN REFERENSIAL


A.   Arti Pembelajaran Dalam Dunia Pendidikan
1.    Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Didalam proses pembelajaran  baik Sekolah Dasar, Menengah dan ataupun Perguruan Tinggi, belajar merupakan kegiatan yang pokok, artinya berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan.
Syamsu Yusup (1992:4) mengartikan bahwa : “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil usaha individu yang relatif tetap berdasarkan pengalamannya”. Sedangkan pembelajaran (Suherman E., 2001:8) merupakan : “Upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang Secara optimal". Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran bersifat eksternal sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.
Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dan pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan Proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar. alat peraga dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.
Dalam konsep komunikasi, pembelajaran, adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Suherman E., 2001:9). Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai komunikator, dan materi yang dikomunikasikan berisi peran berupa ilmu pengetahuan.
Menurut Chaplin (dalam Muhibbin Syah, 2002:65) membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi :
... acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience" (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Rumusan keduanya adalah :
... process of acquiring responses as a result of special practice (Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebapai akibat adanya latihan khusus.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (1) Adanya perubahan tingkah laku (2) Perubahan terjadi melalui latihan dan pengalaman: (3) Perubahan akibat belajar bcrsifat relatif mantap.

2.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses yang sangat kompleks. Berbagai faktor turut serta dalam mempengaruhi peserta didik tatkala melakukan proses belajar, interaksi antara sejumlah individu dalam lingkungan sekolah, ditambah dengan terlibatnya lingkungan tempat sekolah berada, akan turut serta membentuk kondisi yang sangat kompleks dalam proses pembelajaran di sekolah.
Muhibbin S.yah (2002:182) mengungkapkan :
Ada dua faktor yang turut serta mempengaruhi proses pembelajaran, yakni :(l) Faktor intern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri (2) Faktor ekstern siswa, yaitu hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.

a.    Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang-mampuan psiko-fisik siswa yakni :
1.    Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual / intelegensi siswa.
2.    Bersifat efektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
3.    Bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar.
(Muhibbin Syah. 2002 :1 83).
Sedangkan Syamsu Yusup (1992:11) memgungkapkan "Ada enam faktor dari dalam (intern) siswa yang dapat mempengaruhi proses belajar yakni (1) intelegensi / kecerdasan; (2) Bakat ; kemampuan khusus: (3) Sikap: (4) Minat: (5) Motif; dan (6) Suasana emosinya.

b.    Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi  lingkungan sekitar. Faktor lingkungan ini meliputi :
(1)  Lingkungan keluarga, contohnya perhatian orang tua, status sosial ekonomi.
(2)  Lingkungan masyarakat, contohnya teman sepermainan, keadaan masyarakat.
(3)  Lingkungan sekolah, contohnya, keadaan gedung, perhatian guru, sarana dan prasarana.
(Muhibbin Syah, 2002 : 181).

Sedangkan Moh. Surya (1979:68) mengungkapkan : “Tujuh faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran, yaitu : (1) Karakteristik pelajar; (2) Karakteristik pengajar, (3) Interaksi belajar mengajar, (4) Karakteristik kelompok; (5) Fasilitas fisik; (6) Subjek matter; dan (7) Lingkungan luar". Menurut Rochman Natawijaya (1979:33) :"Yang mempengaruhi perbuatan belajar yang berada diluar diri seseorang (faktor ekstern) adalah sebagai berikut : (a) kontinyuitas, (b) latihan (exercise) dan (c) penguatan (reinforcement)".

3.    Hasil Belajar
Hasil belajar ditandai dengan perubahan seguruh aspek tingkah laku (Moh. Surya, 1995:25). Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah saja. Jadi tidak hanya satu aspek atau satu macam tingkah laku saja, melainkan seluruh aspek tingkah laku secara integral.
Hasil belajar siswa dapat diketahui dengan cara penilaian. Dalam hal ini penilaian berfungsi sebagai : (1) Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran; dan (2) Untuk mengetahui keefektivan proses belajar yang telah dilakukan guru (Nana Sujana, 1989:111). Dengan demikian fungsi penilaian dalam proses pembelajaran bermanfaat bagi siswa dan guru. Penilaian hasil belajar dapat dilaksanakan dalam dua tahap. Pertama, tahap jangka pendek, yakni penilaian yang dilaksanakan Pada pada akhir proses pembelajaran. Penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua tahap jangka panjang, yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu, misalnya penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester. Penilaian ini disebut penilaian sumatif.
Dalam Proses Belajar Mengajar, kedua penilaian tersebut yakni penilaian formatif dan penilaian sumatif penting dilaksanakan. Bahkan prestasi akhir siswa selama satu semester sering digunakan data yang diperoleh dari hasil penilaian formatif dan hasil penilaian sumatif.

B.   Media pembelajaran Berupa Alat Peraga
1.    Pengertian Alat Peraga
Alat peraga pengajaran (teaching aids / audiovisual aids ) adalah alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk memperjelas materi pelajaran dan mencegah terjadinya verbalisme pada siswa (Gunawan  U, 1996:36 ). Pengajaran yang verbal tentu akan segera membosankan sebaliknya, pengajaran akan lebih baik jika siswa belajar dengan gembira karena merasa tertarik dan memahami pelajaran yang diterimanya .
Menurut Natawidjaya R. (1979:178) mendefinisikan bahwa :”Alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa". Selanjutnya Ruseffendi (1992:229) ;mengungkapkan bahwa : "Alat peraga itu alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep”.
Dengan memperhatikan pengertian-pengertian alat peraga di atas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat bantu pelajaran yang digunakan oleh guru dalam menerangkan materi pengajaran dan berkomunikasi dengan siswa, sehingga mudah memberi pengertian kepada siswa tentang konsep materi yang diajarkan.
Alat peraga dalam mengajar mempunyai peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan Proses Belajar Mengajar yang efektif. Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain : tujuan, bahan, metode dan alat peraga serta evaluasi. Unsur metode dan alat merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dan unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai kepada tujuan yang  ingin dicapai.

2.    Fungsi dan Manfaat Alat Peraga
Alat peraga merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk mengajarkan materi pelajaran secara kongkret, sehingga peserta didik dapat menangkap dan memahaminya. Ada beberapa fungsi alat peraga dalam proses pernbelajaran, di antaranya sebagai berikut :
a.    Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan tetapi mempunyai fungsi tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif.
b.    Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseguruhan situsi mengajar, ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsur yang harus di kembangkan guru.
c.    Alat peraga dalam pengajaran penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
d.    Penggunaan alat peraga dalam pengajaran bukan semata-mata alat hiburan, dalam arti digunakan hanya sekedar melengkapi proses pembelajaran supaya menarik perhatian siswa.
e.    Penggunaan alat peraga dalam pengajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses pembelajaran dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru.
f.     Penggunaan alat peraga dalam pengajaran diutamakan untuk mempertinggi mutu pembelajaran. Dengan perkataan lain menggunakan alat peraga, hasil belajar yang dicapai akan tahan lama diingat siswa, sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi. (Nana Sudjana, 1989:99)
Sedangkan menurut Gunawan dkk (1996:37) menjelaskan bahwa : "Manfaat alat peraga, di antaranya : (a) sangat menarik minat siswa dalam belajar, (b) mendorong siswa untuk belajar bertanya dan berdiskusi, (c) menghemat waktu belajar".
Dengan demikian menggunakan alat peraga proses pembelajaran akan lebih kondusif, efektif dan etisien. Siswa akan merasa senang atau gembira, karena mereka merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya.

3.    Prinsip-Prinsip Penggunaan Alat Peraga
Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip-prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hal yang baik. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut :
a.    Menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang hendak diajarkan.
b.    Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat, artinya perlu diperhitungkan apakah penggunaan alat peraga itu sesuai dengan tingkat kematangan / kemampuan anak didik.
c.    Menyajikan alat peraga dengan tepat, artinya teknik dan metode penggunaan alat peraga dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, metode, waktu dan sarana yang ada.
d.    Menempatkan atau memperlihatkan alat peraga pada waktu, tempat dan situasi yang tepat, artinya kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar alat peraga digunakan.(Sudjana, 1989:104)
  1. Macam-Macam Alat Peraga Pembelajaran Matematika
Jenis alat peraga secara umum banyak sekali, dalam hal ini kajian secara teoritis tentang macam-macam alat peraga akan dibahas secara khusus yaitu macam-macam alat peraga dalam pembelajaran matematika.
Suherman (2001:205) menjelaskan bahwa yang termasuk alat peraga dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :
a.    Alat peraga kekekalan luas
Luas daerah bangun datar, luas permukaan bangun ruang, jumlah ukuran sudut, tangram dan kartu nilai tempat.
b.    Alat peraga kekekalan panjang
Tangga garis bilangan, pita garis bilangan; neraca bilangan, mistar hitung dan batang Cuisenaire.
c.    Alat peraga kekekalan isi
Blok Dienes, isi bangun ruang dan uraian (a+b)3.
d.    Alat peraga kekekalan banyak
Abakus biji (Romawi, Rusia dan Cina / Jepang).
e.    Alat peraga untuk percobaan dalam teori kemungkinan
Uang logam, dariu, bidang delapan, bidang empat, bola berwama dan distribusi Galton.
f.     Alat peraga untuk pengukuran dalam matematika
Meteran busur derajat, roda meteran, jangka sorong (segmat), hipsometer dan klinometer.
g.    Macam-macam geometri
Macam-macam daerah bangun datar, pengubahan daerah segikerangka benda riang dan benda-benda ruang.
h.    Alat peraga untuk permainan dalam matematika
Mesin fungsi, bujur sangkar ajaib, kartu domino, perkalian dengan jari, menyusun kartu, kartu penebak angka dan perkalian tulang Napier (bermacam-macam basis).

C.   Pembelajaran Matematika Dengan Alat Peraga Othello
1.    Hakikat Matematika
Istilah "mathematics" (Inggris), "mathematik" (Jerman) berasal dari perkataan Latin "mathematica", yang mulanya diambil dari perkataan Yunani "mathematike" yang berarti relating to learning. Perkataan itu mempunyai akar kata "mathema" yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Perkataan "mathematike" berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu "mathanein" yang mengandung arti belajar (berpikir).
Menurut John dan Rising (dalam Suherman, 2001:19) dalam bukunya mengatakan bahwa :
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Sedangkan Soedjadi (1999:11) menyajikan beberapa definisi tentang matematika, di antaranya sebagai berikut :
a.    Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.
b.    Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c.    Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.
d.    Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.
e.    Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.
f.     Matematika adalah pengetahuan tentang aturan yang ketat.
Berdasarkan pernyataan dari para ahli matematika di atas dapat dikatakan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelaahan struktur-struktur yang abstrak untuk dapat memahami struktur-struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika.
Belajar matematika pada hakikatnya merupakan penanaman penalaran dan pembinaan keterampilan dari konsep-konsep, yaitu ide-ide atau gagasan-gagasan yang terbentuk dari sifat-sifat yang sama. Konsep­-konsep matematika yang tersusun dalam GBPP SD dapat dikelompokan kedalam tiga jenis konsep (Karso,  2000:137) yaitu :
1.    Konsep dasar, dalam pembelajaran matematika merupakan materi-materi atau bahan-bahan dari sekumpulan bahasan dan umumnya merupakan materi baru bagi para siswa yang mempelajarinya.
2.    Konsep yang berkembang, merupakan sifat atau penerapan dari konsep-konsep dan dalam mempelajarinya memerlukan pengetahuan tentang konsep dasar.
3.    Konsep yang harus dibina keterampilannya, konsep yang termasuk ke dalam jenis konsep ini dapat merupakan konsep dasar atau konsep-konsep yang berkembang.
Dilihat dari fungsinya matematika sekolah adalah sebagai salah satu unsur masukan instrumental yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsistensi, dalam sistem proses mengajar belajar untuk mencapai tujuan pendidikan (Depdikbud, 1994:110).
Sejalan dengan fungsi matematika sekolah, maka tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar (Depdikbud, 1994 : 111) adalah sebagai berikut :
-       Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar-dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.
-       Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
-        
Dengan demikian, tujuan umum pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika.
Dalam Suplemen Kurikulum SD (1999:11) tujuan khusus pengajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah untuk :
-       Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari­-hari.
-       Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan, melalui kegiatan matematika.
-       Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
-       Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

2.    Alat Peraga Papan Berpaku
Alat Peraga Othello adalah suatu alat bantu pelajaran yang terbuat dari kayu yang diberi titik-titik, jarak dari titik ke titik lain sama ukurannya, kemudian di atas titik-titik itu diberi paku.
Gambar 2.1
Alat Peraga Papan Berpaku



-       Menurut teori belajar mengajar dari Piaget (dalam Russefendi, 1992:4) : “Pengajaran matematika memerlukan benda-benda sebagai alat bantu pelajaran dan sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran yang bersifat abstrak”. Sebab siswa yang tahap berfikirnya masih pada tahap operasi kongkret tidak akan memahami konsep matematika tanpa benda-benda konkret.

Alat     Peraga othello menurut Depdikbud (1996:19) berfungsi sebagai : a) Alat bantu dalam pengajaran konsep pengenalan bangur datar; b) Pengenalan keliling; c) Pengenalan konsep luas; d) Pembelajaran simetrik dan e) Pembelajaran bidang koordinat".
Sedangkan beberapa keuntungan penggunaan Alat Peraga Othello sebagai media pembelajaran dalam mata pelajaran matematika di antaranya sebagai berikut : harganya tidak mahal (murah), mudah untuk digunakan, tidak berbahaya, bahannya mudah didapat, bentuknya sederhana dan mudah untuk membuatnya.

3.    Pembelajaran Konsep Luas Dengan Alat Peraga  Othello
Untuk mengajarkan pengertian konsep luas kepada siswa SD, dapat dimulai dengan kegiatan mengukur suatu benda. Misalnya mengukur permukaan meja, lantai kelas, permukaan buku dan lain-lain. Kegiatan mengukur suatu sifat dari suatu objek (Suwito dkk, 1997:22) adalah : "Membandingkan sifat itu dengan objek yang lain". Sifat yang dibandingkan itu misalnya tentang panjangnya, luasnya, volumenya dan sebagainya. Misalnya kita akan mengukur luas permukaan meja, satuan yang dipakai misalnya, buku para siswa yang mempunyai luas permukaan sama (Buku Paket Matematika). Siswa diajak menghitung luas permukaan meja dengan Buku Paket Matematika. Kemudian disimpulkan bahwa luas permukaan meja adalah sekian "buku". Dari kegiatan itu diperkenalkan bahwa kita telah mengukur luas permukaan meja dengan satuan buku.
Kepada siswa kita harus memperkenalkan bahwa konsep luas bentuknya tidak harus persegi. Satuan luas dapat juga berupa bentuk yang lain, misalnya : lingkaran, segitiga siku-siku, segitiga sama sisi, trapesium maupun jajaran genjang. Lihat gambar di bawah ini.
Gambar 
 Rancang bangun : Lingkaran, Segitiga Siku-siku dan Trapesium
 








Disini kita perlu mengarahkan bahwa "lingkaran" bukan satuan luas yang baik, karena adanya permukaan yang tidak dapat ditutupi.
Papan berpaku bersama dengan karet gelang dapat merupakan alat (media) yang baik untuk memperkenalkan dan pemahaman konsep satuan luas. Seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.3
Satuan Dengan Persegi
 







Dengan melihat gambar-gambar di atas perlu disimpulkan bahwa diantara satu luas tadi, yang paling mudah adalah satuan dalam bentuk bujur sangkar (persegi).

D.   Hubungan Belajar Matematika Dengan Alat Peraga Othello
Muhibbin Syah (2002:63) mengatakan bahwa :”Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan". Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Belajar pada hakikatnya suatu proses perubahan pada dan seseorang disebabkan adanya suatu pengalaman (Nana Sudjana, 1989:106).
Pengalaman manusia dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Dalam pengalaman langsung anak mengalami dan berbuat sendiri secara langsung, misalnya belajar menjahit dan menari. Anak melakukan sendiri perbuatan tersebut dalam situasi yang sebenarnya. Tetapi tidak semua persoalan dapat dipelajari manusia secara langsung, bahkan pada umumnya atau sebagian besar dipelajari melalui pengalaman tidak langsung. Pengalaman tidak langsung diperoleh dengan berbagai cara, di antaranya sebagai berikut :
1.     Mengamati gejala atau situasi dengan menggunakan alat indra, misalnya menonton orang yang menari, yang sedang menjahit dan membuat kue.
2.     Melalui bentuk gambar, misalnya mempelajari lukisan dan foto.
3.      Melalui bentuk grafik, misalnya mempelajari grafik dan peta.
4.      Melalui lambang, seperti rumus dan istilah.
5.     Melalui bentuk verbal, yaitu dengan cara membaca uraian tertulis.


Pengalaman demikian erat hubungannya dengan pemakaian / penggunaan alat peraga. Ini menunjukan betapa pentingnya alat peraga dalam proses belajar.
Edgar Dale (dalam Sudjana, 1989:108) mengemukakan sepuluh jenis pengalaman manusia yang dilukiskannya dalam bentuk kerucut yang disebut kerucut pengalaman. (Lihat gambar).
Gambar 
Kerucut Pengalaman
 








Kesepuluh tingkatan di atas dibagi dalam tiga fase yaitu :
a.   Fase berbuat, yakni tingkat pertama dan kelima.
b.   Fase mengamati, dari tingkat keenam sampai tingkat kesembilan.
c.   Fase abstraksi, yaitu tingkat kesepuluh.
Dari uraian di atas menunjukan bahwa belajar itu dapat ditempuh melalui berbagai cara yaitu dengan mengalaminya secara langsung (melakukan dan berbuat), dengan mengamati orang lain, dengan membaca dan mendengar.  

BAB III
METODOLOGI  PENELITIAN TINDAKAN


A.    Model Penelitian Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan, yang difokuskan pada situasi pembelajaran pendidikan matematika di  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____. Penelitian tindakan atau kaji tindak dalam teknologi Bahasa Inggris lazim disebut "Action Research", yaitu suatu bentuk kajian melalui self reflective yang bercirikan pada kegiatan partisipatif dan kolaboratif yang dilaksanakan oleh para peserta pada situasi sosial dalam rangka meningkatkan rasionalitas dan penilaian mereka terhadap praktek / pelaksanaan suatu kegiatan yang dilakukan (Ibrahim dkk, 2002:94). Penelitian tindakan dalam pembelajaran menurut Mc. Niff (dalam Dinn Wahyudin, 2000:1) sebagai :
“Suatu pendekatan (approach) untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui perubahan, dengan cara memotivasi guru untuk lebih peduli (concerns) terhadap proses pembelajaran”.
Penelitian tindakan dapat dilihat sebagai suatu pendekatan, baik bagi praktisi pendidikan, orang tua siswa atau masyarakat lainnya yang menerima kompleksitas dan dinamika pengalaman nyata. Kegiatan penelitian tindakan ini bisa dikatakan sebagai penelitian partisipatif dan kolaboratif yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan yang tepat. Tujuan yang diutamakan dalam penelitian ini adalah perubahan, perbaikan dan peningkatan pada proses pembelajaran di kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Kemmis & Carrr dan Ebbut (dalam Kasbolah, 1998:13-14) yang mengatakan bahwa :
Kemmis dan Carr (1986) mengemukakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku dalam masyarakat sosial (termasuk bidang pendidikan) dan bertujuan untuk memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaan ini serta situasi dimana pekerjaan ini dilakukan.
Ebbut (1985) berpendapat bahwa penelitian tindakan studi yang sistematis yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik   dalam            pendidikan dengan melakukan    tindakan praktis serta        refleksi           dari tindakan tersebut.
Penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt Lewin (1946), namun kemudian dilupakan orang karena dianggap "tidak ilmiah". Beberapa dasawarsa kemudian, penelitian tindakan kembali diungkap dan digunakan untuk meneliti kasus sosial termasuk masalah pendidikan dan ternyata menunjukkan hasil yang memuaskan. Penelitian tindakan bercirikan : (1) Menitik-beratkan pada problem yang spesifik; (2) Tidak menuntut persyaratan metodologis yang ketat; (3) Cakupan permasalahan sempit, namun mendalam; (4) Bersifat fleksibel; (5) Tidak menekankan pada generalisasi hasil penelitian (Dinn Wahyudin, 2000:2). Penelitian tindakan yang berkaitan dengan bidang pendidikan dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas, maka penelitian tindakan ini dinamakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) (Kasbolah, 1998-12). Penelitian tindakan kelas (classroom action research) adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. (Me. Niff, 1992 dalam Nur Wahyu R., 1997:31). Penelitian tindakan kelas dalam pelaksanaannya berkembang melalui spiral refleksi partisipan sendiri (self reflective spiral), yaitu suatu daur ulang, dengan urutan sebagai berikut : (1) Perencanaan (planning); (2) Pclaksanaan tindakan (actuating); (3) Pengamatan yang sistentatis (observing) dan (4) Refleksi ke arah penyempurnaan (Dann Wahyudan, 2000:3 ).
Tujuan dilakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk : (1) Peningkatan dan perbaikan atau pengembangan praktek pembelajaran yang dilakukan guru di kelas; (2) Perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru; (3) Terwujudnya proses latihan dalam jabutan selama berlangsung kegiatan penelitian tindakan (Nur Wahyu R., l997:31). Alasan menggunakan penelitian tindakan kelas karena tidak membuat guru meninggalkan tugasnya. Artinya guru tetap melakukan kegiatan mengajar seperti biasa. Namun pada saat bersamaan dan secara terintegrasi guru melaksanakan penelitian. Keuntungan yang dapat kita ambil dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas terutama bila dilaksanakan di tempat tugasnya sendiri adalah :(1 ) Tidak mengangu tugas sehari-hari (2) memudahkan dalam birokrasi terutama dalam hal perijinan dan (3) Mengetahui hal yang perlu mendapat tindakan.

B.   Aturan Penelitian Tindakan
Proses penelitian tindakan tidak dapat dipisahkan dengan rancangan penelitian tindakan, karena proses penelitian tindakan adalah realisasi dari rancangan penelitian itu sendiri. Secara umum prosedur penelitian tindakan kelas bercirikan siklus (cycle) dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan sistematis dan refleksi / pemikiran untuk penyempurnaan. Dinn Wahyudin (2000:4) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khusus yaitu bercirikan :
  1. An inquiry on practice from within, artinya kegiatan yang bercirikan penelitian praktis yang berupaya memperbaiki kegiatan pembelajaran.
  2. Collaborative efforts between teachers and other. artinya kegiatan yang berkolaborasi antara guru dengan pihak lain terutama kepala sekolah dan pengawas.
  3. Reflective practice artinya proses refleksi atau perenungan ke arah perbaikan dan penyempurnaan proses daur yang terus menerus (cyclus) sehingga diperolehnya hasil yang optimal.
Secara umum tahapan dalam penelitian dibagi dua, yaitu (1) Tahap perencanaan tindakan; dan (2) Tahap pelaksanaan tindakan. Pada dua tahap tersebut ada sejumah kegiatan yang dilakukan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan revisi untuk menuju ke arah penyempurnaan.
Prosedur penelitian yang dipergunakan berbentuk siklus, penelitian tindakan ini direncanakan terdiri dari tiga siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran. Sebelum tahap-tahap dalam suatu siklus dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan studi kelayakan sebagai penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan ide yang tepat dalam pengembangan proses pembelajaran di kelas.
Model siklus yang digunakan berbentuk spiral sebagaimana dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (Kasbolah, 1998:14) yaitu merupakan :”Momen-momen dalam bentuk spiral yang meliputi perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) dan refleksi (reflect)”. Kemudian pada siklus kedua dan seterusnya jenis kegiatan yang dilakukan peneliti pada dasarnya sama, tetapi ada modifikasi pada tahap perencanaan.
Secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut :



1.    Perencanaan
Kegiatan perencanaan berdasarkan temuan awal melalui orientasi. Kemudian dilakukan penyusunan rencana tindakan yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran pendidikan matematika dalam pokok bahasan luas, dengan penggunaan Alat Peraga Othellosebagai pemahaman konsep luas. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah : (1) Membuat skenario rencana pembelajaran matematika; (2) Membuat lembar observasi, untuk melihat bagaimana kondisi pembelajaran di kelas ketika menggunakan Alat Peraga  Othello ; (3) Menyiapkan alat peraga untuk memberikan pemahaman konsep luas kepada siswa, (4) mendesain alat evaluasi belajar. untuk melihat kemampuan siswa dalam pemahaman  konsep rancang bangun.

2.    Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Jenis tindakan yang dilaksanakan guru merupakan hasil kesepakatan yang dilakukan  bersama antara guru dan peneliti secara kolaboratif: Pelaksanaan tindakan dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran dengan tujuan untuk peningkatan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan guru dan peningkatan hasil belajar siswa.

3.    Observasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Kegiatan observasi dilakukan dengan langkah-langkah yang telah disepakati, peneliti mulai mendokumentasikan proses. Keadaan dan kejadian-kejadian lain yang timbul dan berkembang dari tindakan yang dilaksanakan. Hasil dari observasi ini dijadikan sebagai dasar untuk melakukan refleksi dan revisi, dalam merancang dan merumuskan rencana tindakan selanjutnya.

4.    Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisa dalam tahap ini. Temuan pada waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran (tindakan) ditindak-lanjuti dengan kegiatan refleksi dalam bentuk diskusi bersama antara guru dan peneliti.
Dilihat dari proses dan waktu pelaksanaannya, refleksi dalam penelitian dilakukan pada orientasi, proses dan akhir program tindakan, yaitu : (1) Refleksi awal yang dilakukan pada saat orientasi terhadap masalah-masalah dan faktor-faktor pendukung dan penghambat rencana pembelajaran matematika dengan penggunaan Alat Peraga  Othello ; (2) Refleksi proses yang dilakukan pada saat pelaksanaan program tindakan pembelajaran, dimaksudkan untuk mengkaji proses dan hasil atau dampak yang berkembang dalam pelaksanaan tindakan, selanjutnya merevisi rencana program yang telah disusun sebagai dasar dalam merancang rencana tindakan selanjutnya: (3) Refleksi hasil yang dilakukan pada akhir pelaksanaan tindakan sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah dirumuskan bersama.
Kegiatan refleksi dalam bentuk diskusi antara peneliti dan guru yang pelaksanaannya didasarkan kepada hasil pengamatan yang direfleksi, dianalisis serta diinterpretasikan yang kemudian disimpulkan pemaknaannya. Kesimpulan hasil diskusi dijadikan dasar bagi penyusunan rencana tindakan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.

C.   Setting Penelitian        
Penelitian tindakan ini dilakukan di  SDN  _____  Kecamatan ____  Kabupaten ____ . Objek penelitian tindakan adalah  sebagian saja siswa kelas V  pada tahun ajaran ___/___  hanya 10 orang siswa. Dasar pertimbangan dijadikannya SDN tersebut sebagai lokasi dan objek penelitian adalah sebagai berikut :
  1. Letak geografis SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____    terletak di daerah yang strategis di salah satu jalan utama kota  Kecamatan _______.
  2. Kondisi sosial ekonomi siswa, rata-rata siswa yang masuk ke sekolah ini berlatar belakang sosial ekonomi kelas menengah, sehingga akan mudah menerima pembaharuan.
  3. Kualifikasi pendidikan guru, guru-guru yang bertugas di sekolah ini semuanya sudah berkualifikasi pendidikan D II PGSD.
  4. Prestasi belajar siswa, perolehan rata-rata NEM sebelum sistem UAS selalu baik. Hal itu memungkinkan lulusan dari SDN tersebut diterima di SLTP-SLTP yang dipilih lulusan.

D.   Instrumen Penelitian
Untuk mempermudah dalam mengukur perkembangan kemampuan para siswa dalam pembelajaran matematika, maka perlu dirancang dan dirumuskan suatu instrumen yang dapat mengumpulkan data secara tepat dan akurat. Dalam hal ini peneliti menggunakan instrumen berupa tes hasil belajar dan non tes yang berbentuk lembar observasi, wawancara dan dokumentasi.
1.    Instrumen tes hasil belajar, digunakan untuk menjaring data mengenai peningkatan hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi atau pokok bahasan yang dipelajari siswa dengan menggunakan alat peraga pada pembelajaran matematika. Tes hasil belajar direfleksi secara bersama-sama (didiskusikan) dengan guru mitra, guru teman sejawat juga kepala sekolah.

2.    Lembar observasi
Instrumen ini dibuat dan disusun oleh peneliti dengan meminta peran kepada pembimbing lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai unjuk kerja guru dan mengamati proses pembelajaran siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan Alat Peraga  Othello . Data yang ingin dijaring melalui lembar observasi adalah data yang berupa perkataan dan aktivitas, yaitu komunikasi interaktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan guru kegiatan yang menyangkut proses pembelajaran matematika.

3.    Wawancara
Instrumen ini dirancang sebagai pedoman yang digunakan untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana persepsi siswa tentang proses pembelajaran yang  dilaksanakan guru. Serta wawancara terhadap guru terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan alat peraga, pandangan guru teman sejawat, faktor-faktor pendukung yang tersedia, kendala-kendala yang dihadapi baik tentang pelaksanaan.

4.    Dokumentasi
Merupakan sumber informasi pendukung yang dapat dianalisis ulang tanpa terjadi perubahan di dalamnya dan akan memberikan gambaran pernyataan formal (Lincoln dan Guba, dalam Mujono, 2003:64).


Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dijadikan sumber informasi adalah suplemen Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Mata Pelajaran Matematika dan kurikulum Tahun 1994, Persiapan Mengajar Harian (PMH), daftar nilai, lembar jawaban evaluasi dan lembar tugas dan buku pekerjaan rumah setiap siswa.

E.   Metode Analisa Data
Dalam analisis data, teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas bisa secara kualitatif maupun kuantitatif. Data yang diperoleh dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kemudian ditafsirkan dan disajikan dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.
Selanjutnya untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan peneliti bersama guru disajikan secara bertahap sesuai dengan siklus yang telah dilakukan serta jenis dan bentuk tindakan / action yang telah dilakukan serta efek yang ditimbulkannya.
Prosedur pengolahan dan analisis data dilaksanakan mengacu pada pola pengolahan data dari Hopkins (dalam Nur Wahyu R., 1997.34-35) yang dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
  1. Pengumpulan Data
Berbagai data mentah yang dikumpulkan melalui kegiatan observasi dan wawancara dirangkum, kemudian data-data tersebut diberi identitas tertentu berdasarkan jenis dan sumbernya, meliputi : analisis terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung, aktivitas (keterlibatan) siswa dalam pembelajaran dan keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran.
  1. Validasi Data
Data yang diperoleh dan telah dikategorisasikan sesuai dengan karakteristik, selanjutnya dimodifikasikan sesuai dengan model yang dikembangkan, kemudian divalidasi melalui tri-angulasi, member-check audit trail dan expert opinion (Hopkins, dalam Nur Wahyu R., 1997:35) kegiatan validasi data yang dilakukan sebagai berikut :
(a)   Tri-angulasi, dilakukan untuk memeriksa kebenaran data dengan menggunakan sumber lain, misalnya membandingkan kebenaran data dengan data yang diperoleh dari sumber lain (guru teman sejawat, siswa). Kegiatan tri-angulasi dalam penelitian ini dilakukan melalui kegiatan reflektif-kolaboratif antara guru, peneliti dan mitra peneliti. Selain itu, juga dilakukan dengan melakukan wawancara dengan siswa dan dari ahli dilakukan pada saat bimbingan mengenai temuan­-temuan penelitian dan penyusunan laporan.
(b)   Audit trail, yaitu pengecekan keabsahan temuan penelitian yang telah diperiksa dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data pertama yakni guru dan siswa. Kegiatan ini dilakukan guna memperoleh kritik, tanggapan dan masukan, sehingga bisa mempertajam analisis dan memperoleh validitas yang tinggi.
(c)   Member check, dilakukan untuk meninjau kembali kebenaran dan kesahihan data penelitian dengan mengkonfirmasikan pada sumber data (Miler & Suherman, dalam Nur Wahyu R., 1997:35). Dalam kegiatan member check, peneliti mengkonfirmasikan data temuan yang diperoleh kepada guru melalui kegiatan reflektif-kolaboratif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada kesempatan ini peneliti mengemukakan hasil temuan sanggahan atau informasi tambahan dari guru, sehingga terjaring data yang benar.
(d)   Expert opinion, dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada para ahli (Nasution dalam Nur Wahyu R., 1997:75 ). Dalam kegiatan ini, peneliti mengkonsultasikan hasil temuan penelitian kepada pembimbing untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga validasi temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

  1. Interpretasi Data
Temuan-temuan data penelitian diinterpretasikan dengan merujuk kepada acuan teoritik mengenai situasi proses pembelajaran yang baik dalam penggunaan Alat Peraga Othello pengajaran matematika dalam pemahaman  rancang bangun, sehingga dari interpretasi diharapkan diperoleh makna yang berarti sebagai bahan untuk kegiatan tindakan-tindakan, atau untuk kepentingan peningkatan kinerja guru dalam proses pembelajaran selanjutnya.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL  TINDAKAN


Pada bab ini akan dibahas tiga permasalahan pokok yakni bagian A membahas deskripsi data studi pendahuluan yang meliputi : Kondisi SD sasaran ; (2) Karakteristik siswa kelas V, (3) Karakteristik guru; (4) Sumber belajar dan (5) Fasilitas sekolah. Bagian B membahas pelaksanaan tindakan penelitian berupa penggunaan alat peraga pada mata pelajaran matematika dari tindakan pertama sampai tindakan ketiga. Sedangkan bagian C pembahasan penelitian meliputi : (1) Model pembelajaran dengan alat peraga; dan (2) Hasil belajar siswa dengan alat peraga.

A.   Deskripsi Data Studi Pendahuluan
1.     Kondisi awal
Sekolah tempat penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri   _______ , sekolah tersebut didirikan pada tahun  1978. Pada waktu itu tempat belajarnya (bangunannya) masih bersatu dengan SDN   ________ . Pada tahun  1980 atas inisiatif kepala sekolah dan BP3 pada waktu itu merencanakan untuk membangun gedung sekolah tersendiri.
Dengan swadaya masyarakat dan dana Pemerintah gedung sekolah tersebut selesai dibangun. Pembangunan pertama hanya satu lokal yang terdiri dari tiga kelas, sehingga kegiatan belajar dilaksanakan secara paralel, ada yang masuk pagi dan siang.
Pada tahun 1990 kepala sekolah mengajukan tambahan lokal kepada Pemerintah. Pada tahun tersebut dibangun dua lokal yang terdiri dari satu lokal uniuk perumahan guru dan satu lokal untuk ruang belajar. Pada tahun 1992 dibangun lagi satu lokal (satu ruang) untuk tempat belajar. Sehingga sampai sekarang bangunan sekolah SDN   _______  terdiri dari empat lokal yaitu tiga lokal bangunan untuk ruang belajar dan kantor dan satu lokal untuk perumahan guru dan kepala sekolah.
Status kepemilikan tanah SDN   _________  merupakan milik BP3 (masyarakat) dan ini merupakan satu-satunya sekolah di Kecamatan  ________  yang status tanahnya bukan milik Pemerintah.
SDN   _________ . Jumlah tenaga pengajarnya yang ada berjumlah tujuh orang guru umum, satu orang guru Pendidikan Agama Islam (PAI), satu orang kepala sekolah dan satu orang  penjaga sekolah. 

2.    Karakteristik Siswa
Siswa-siswa yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas V SDN   ________   berdasarkan catatan,dokumen semuanya 10 siswa  



Tabel 
Peringkat Siswa di Kelas V Semester I
No.
Kelompok
Jumlah
1
Pandai
4
2
Sedang
3
3
Kurang
3
Jumlah
10

 
3.    Karakteristik Guru
Dalam proses pembelajaran guru merupakan salah faktor pendukung dalam keberhasilan pengelolaan kelas. Dalam pengelolaan kelas, guru memiliki peran yang paling utama dibandingkan dengan faktor-faktor pendukung yang lainnya. Hal ini berkenaan dengan kedudukan guru sebagai pengendali dan pelaksana berlangsungnya pengelolaan kelas. Dalam hubungannya dengan kedudukan guru, peranan guru adalah sebagai : (1) Pengajar (instruksional); (2) Pendidik (educational); dan (3) Sebagai pemimpin (managerial) di dalam kelas yang tak dapat dipisahkan lagi (Gunawan dkk, 1996:52).
Guru yang mengajar di SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____ yaitu  merupakan guru kelas. Gambaran umum mengenai karakteristik guru SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____  yang akan digali adalah hal-hal yang berkaitan langsung dengan faktor yang mempengaruhi terhadap kualitas seorang guru, antara lain latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan keikut-sertaan dalam penataran dan pelatihan. 
 Seorang guru  biasanya setiap mengajar matematika selalu menjelaskan materi dengan langsung menggunakan rumus­-rumus, tanpa dibantu dengan alat bantu pelajaran (alat peraga). Pada waktu proses pembelajaran berlangsung siswa biasanya bisa atau dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Hal ini dapat diketahui ketika diadakan tanya jawab maupun contoh-contoh yang dikerjakan di papan tulis. Namun ketika menghadapi materi yang sama dalam tahap berikutnya, siswa selalu rnengalami kesulitan, dengan alasan rumus-rumusnya sudah lupa.
Guru pada umumnya dalam mengajar matematika jarang sekali, rnerencanakan pembelajaran secara tertulis dengan lengkap serta tidak mempersiapkan alat bantu pelajarannya, hal ini karena banyaknya beban mengajar sebagai guru kelas yang banyak. Sebenarnya beliau memandang bahwa perencanaan tertulis yang lengkap dan menyediakan alat bantu pelajaran (alat peraga) sangat bermantaat dalam rangka menyampaikan pengajaran yang materinya dianggap masih baru dan diperlukan pengembangan terhadap langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang mungkin belum pernah dilakukan oleh beliau sendiri. Perencanaan pembelajaran secara tertulis dan lengkap baru dibuat apabila ada tim supervisi atau dalam pengajuan kenaikan tingkat.

4.    Sumber Belajar
Selain guru, faktor yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran adalah sumber belajar. Sumber belajar yang paling dominan dipakai di Sekolah Dasar sasaran adalah buku cetak. Pada tahun pelajaran  ____/____, untuk mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar sasaran menggunakan Buku Paket Matematika Jilid  Lima Mari Berhitung yang dikarang oleh Djoko Moeseno dan Sujono, yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1997 dan dicetak oleh PT. Dipratama Selaras. Selain buku paket siswa juga menggunakan sumber belajar yang lain yaitu buku matematika dari penerbit PT. Erlangga, yaitu Terampil Berhitung kelas  lima yang disusun oleh Tim Bina Karya Guru. buku ini dibeli oleh siswa sebagai buku pelengkap.
Buku paket matematika dibagikan kepada para peserta didik dan semua peserta didik wajib menggunakannya. Buku pegangan peserta didik ini sudah disusun, berdasarkan Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1994, sehingga susunan tujuan pelajaran sudah tertata secara hierarkis serta sudah dirumuskan berdasarkan susunan yang terdapat dalam tujuan             umum            pembelajaran           dan GBPP.

Sumber belajar matematika yang berkenaan dengan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari peserta didik selama ini belum dapat dimanfaatkan dengan baik. Karena untuk dapat menggunakan sumber belajar tersebut faktor kondisi dan lingkungan belum memungkinkan dan sarananya belum tersedia di sekolah. Padahal ada beberapa bagian dari materi matematika dapat diaplikasikan atau dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari para peserta didik. Dengan adanya struktur sumber belajar yang diperlukan untuk mata pelajaran matematika bukan hanya buku cetak / buku paket saja.
 Proses kegiatan pembelajaran di SD sasaran dilaksanakan dari mulai jam 7.00 sampai dengan jam 13.00 WIB. Untuk ruangan perpustakaan di SD sasaran belum ada, masih bersatu dengan ruangan guru dan kepala sekolah yang ukuran luasnya tidak  memadai. Sedangkan jumlah dan jenis buku yang tersedia masih terbatas serta dalam penggunaannya belum maksimal dipergunakan oleh siswa. Apalagi penggunaannya yang berkaitan dengan proses pembelajaran peserta didik belum optimal. Umumnya siswa hanya menggunakan dan mempelajari materi pelajaran dan buku paket yang diwajibkan di sekolah.

5.    Kondisi Awal Proses Pembelajaran Matematika 
Pada tanggal __________, hari ______ peneliti melaksanakan observasi yang pertama pada pukul 7.00-8.30 WIB yang membahas pokok bahasan luas pada bidang datar persegi. Hal yang dilakukan guru ketika memasuki kelas adalah menjawab salam yang diucapkan secara serempak oleh para siswa yang dipimpin oleh KM (Ketua  Kelas). 
Kegiatan membuka pelajaran guru memulainya dengan mengabsen para siswa terlebih dahulu, yang dilanjutkan dengan apersepsi. Selanjutnya guru menyuruh para siswa membuka Buku Paket Matematika Empat Mari Berhitung pada halaman 198, yang dilanjutkan dengan menuliskan pokok bahasan di papan tulis dan menggambarkan bangun persegi (bujur sangkar).
Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan yakni : "Anak-anak, bangun apakah ini ?". Dijawab oleh para siswa secara serentak. Bangun bujur sangkar, Bu !". Atas jawaban tersebut guru pun langsung menanggapinya dengan memberikan penguatan secara verbal dengan mengatakan, "Betul, anak-anak". Pertanyaan yang kedua adalah ".Mengapa bangun ini dinamakan bujur sangkar ?". Dijawab oleh beberapa siswa, `'Karena ukuran sisinya sama panjang". Atas jawaban tersebut untuk kedua kalinya, guru pun langsung memberikan penguatan secara verbal dengan mengucapkan, "Bagus, anak-anak".
Kegiatan inti pelajaran, guru menjelaskan materi yang akan diajarkan yaitu tentang luas. Guru menjelaskan cara menyelesaikan soal­soal yang berhubungan dengan materi pokok bahasan  rancang bangun persegi dengan langkah penyelesaiannya. Setelah pembahasan berakhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan dijawab oleh siswa dengan, "Sudah paham, Bu!".
Atas dasar itulah guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Soal yang telah disiapkan guru berupa LKS yang dibagikan kepada siswa secara perorangan. Hasil dari evaluasi dikumpulkan dan langsung diperiksa.
Adapun hasil belajar siswa SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____ adalah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 
Daftar Nilai Kondisi Awal
No. Absen
Nilai
No. Absen
Nilai
Keterangan
1
4
21
5
0 = 0%
1 = 0%
2 = 0%
3 = 0%
4 = 20,51%
5 = 33,33%
6 = 15,39%
7 = 12,82%
8 = 17,95%
9 = 0%
10 = 0%
2
4
22
4
3
8
23
6
4
5
24
5
5
5
25
8
6
6
26
5
7
4
27
6
8
7
28
8
9
5
29
5
10
8
30
7
RATA-RATA                      = 5,74


Kegiatan akhir dan proses pembelajaran, guru menegaskan pada siswa untuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang telah dipersiapkan guru. Kemudian guru menyuruh siswa untuk menyiapkan buku pelajaran  Matematika

6.    Analisis, Refleksi dan Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakanakan pada kondisi awal diperoleh hasil belajar siswa SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____  yang ditunjukan dengan perolehan nilai, hasil rata-rata kurang;  nilai rata-rata hanya mencapai 5,74%. Persentase nilai terbanyak lima yaitu 33,33% dari jumlah murid.
Sedangkan hasil observasi mengenai pelaksanaan pembelajaran matematika di  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____, bila dilihat dari perincian waktunya dapat diklasifikasikan pada tabel berikut.



Tabel : 

Rincian Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Matematika

di  kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____

No.
Jenis Kegiatan
Waktu
Persentase
1
Kegiatan awal
4 menit
5
2
Kegiatan inti
a.   Menjelaskan
b.   Pembahasan cara penyelesaian soal
c.   Tanya jawab
d.   Evaluasi

10 menit

20 menit
10 menit
32 menit

12,5

25
12,5
40
3
Kegiatan akhir
4 menit
5


80 menit
100%

Data pada tabel di atas, menunjukan bahwa dalam kegiatan inti selain pelaksanaan evaluasi (40%) yang merupakan kegiatan siswa          sepenuhnya, lebih dari setengahnya            (47,5%) proses pembelajaran berpusat kepada aktivitas guru. Sedangkan sisanya yakni kurang dari setengahnya (12.5%) berupa gabungan antara kegiatan guru dan siswa.
Berdasarkan gambaran tersebut di atas, menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran matematika di SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____ tidak sesuai dengan peranan penting pembelajaran matematika di SD karena proses pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru sebagai penyampai informasi dan siswa adalah sebagai pendengar setia yang harus menerima apa-apa yang disampaikan guru. Jadi jelas komunikasi hanya berjalan satu arah, tanpa memberikan kesempatan pada anak untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Atas dasar itulah perlu dilakukan perbaikan-perbaikan.
Tindakan awal yang dilakukan peneliti untuk memperbaiki kualitas pembelajaran matematika di SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____  adalah dengan cara mengadakan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan guru sasaran. Adapun tujuannya adalah selain mengadakan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan guru tersebut, juga untuk menentukan suatu pendekatan dan alat bantu pelajaran yang tepat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dari hasil tindakan awal tersebut dapat disimpulkan bahwa ketidakberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal, selain disebabkan oleh kurangnya kemampuan pemahaman siswa dalam memahami materi pelajaran, juga disebabkan oleh karena didalam menyampaikan materi pelajaran, guru tidak menggunakan alat bantu pelajaran (alat peraga), tetapi dalam proses pembelajaran langsung menggunakan rumus-rumus, sehingga siswa kurang memahami betul materi pelajaran yang disampaikan guru. Atas dasar itulah peneliti merencanakan melaksanakan penggunaan alat peraga sebagai solusi permasalahan tersebut di atas.

B.   Pelaksanaan Penelitian
Tindakan pertama :
1.    Perencanaan tindakan
Pada tahap ini peneliti merumuskan Persiapan Mengajar Harian (PMH) untuk bidang studi matematika untuk ditindak­lanjuti dengan pembelajaran yang menerapkan pada penggunaan alat peraga. Pada siklus kesatu pokok-pokok bahasan yang  diambil adalah mengenai luas  bangun datar persegi panjang. 
2.    Pelaksanaan dan observasi
Pada pembelajaranperrtama, materi yang diajarkan mengenai pokok bahasan luas pada bangun persegi panjang dengan waktu dua jam. Pada awal pembelajaran siswa diberikan dahulu pre test untuk melihat kemampuan awal. selanjutnya guru mengadakan apersepsi tentang bangun-bangun datar.
Memasuki kegiatan inti guru menjelaskan materi tentang pokok .bahasan luas pada bangun persegi panjang dengan bantuan Alat Peraga Papan Berpaku. Guru menyuruh siswa untuk membuat beberapa bangun persegi panjang pada papan berpaku. Selanjutnya guru bertanya pada siswa, "Berapa luasnya bangun persegi panjang ini ?"Guru menunjuk  gambar pada papan berpaku. Karena siswa diam tidak ada yang menjawab, maka guru menjelaskan cara mencari luas bangun persegi panjang dengan bantuan Alat Peraga Papan Berpaku, yaitu caranya dengan menghitung banyaknya kotak-kotak persegi yang ada dalam persegi panjang. Selanjutnya memberikan contoh-contoh soal yang harus dikerjakan siswa.
Setelah dianggap paham dan mengerti guru memberikan evaluasi berupa soal-soal untuk mengukur keberhasilan mengajar. Dari tindakan pertama didapat hasil pre test dan post test serta hasil observasi tentang kinerja guru. Adapun hasil pre test dan post test dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 
Nilai Pre Test dan Pos Test Tindakan Pertama
No. Siswa
Nilai
No. Siswa
Nilai
Ket.
Pre Test
Post Test
Pre Test
Post Test
1
4
6
21
6
6

2
4
6
22
8
6

3
8
10
23
4
8

4
8
10
24
2
8

5
4
6
25
4
8

6
8
8
26
6
6

7
6
8
27
8
6

8
6
6
28
4
6

9
8
8
29
4
8

10
8
8
30
2
8

RATA-RATA
5,03
6,92

                                                                                                                     
Dari hasil observasi tentang kemampuan kinerja guru dalam tindakan pembelajaran pertama mendapat rata-rata skor 3,3 dengan skor maksimal lima. Dengan skor observasi mi menunjukan kinerja guru yang cukup baik. Untuk lebih jelasnya hasil observasi tindakan pertama lihat



Tabel 
Format Observasi Kinerja Guru Dalam
Pembelajaran Tindakan Pertama
No.
Aspek Yang Diamati
Skor
1
2
3
4
5
1
Membuka pelajaran


3


2
Menyajikan materi



4

3
Menyiapkan alat peraga



4

4
Menggunakan alat peraga



4

5
Melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran


3


6
Melakukan tanya jawab


3


7
Memberikan penguatan


3


8
Membuat kesimpulan



4

9
Memberikan evaluasi



4

10
Memeriksa hasil kerja siswa


3


11
Membimbing siswa yang kurang

2




JUMLAH = 37

RATA-RATA = 3,36

3.    Refleksi tampilan pertarna
Pembelajaran matematika dengan menggunakan Media alat peraga dapat memberikan masukan pengalaman kepada para siswa mengenai apa yang dipelajari. Dari analisis data didapat rata-rata nilai dan hasil observasi yang dapat ditafsirkan sebagai berikut : hasil nilai rata-rata pre test 5,03 dan nilai rata-rata post test adalah 6,92. Hasil rata-rata ini belum mencapai 7,5 sesuai dengan belajar tuntas.
Pada tampilan pertama, materi yang disajikan sudah sesuai dengan yang direncanakan dan tidak terlalu sulit bagi siswa. Hanya pemberian latihan secara individual dibawah bimbingan guru, tanpa menugaskan siswa untuk menyelesaikan soal di papan tulis menjadi kendala bagi guru. Dengan cara tersebut, banyak waktu yang tersita, karena guru cenderung menunggu semua siswa selesai mengerjakan soal baru membahas latihan. Padahal tidak semua siswa dapat menyelesaikan soal tepat waktu secara bersama-sama, sementara suasana kelas pun sudah agak ribut sehingga hal ini mempengaruhi suasana belajar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kinerja guru berdasarkan hasil observasi yaitu dalam kegiatan membuka pelajaran, melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran, menggunakan alat peraga, melakukan tanya jawab, memeriksa hasil kerja dan yang paling utama adalah dalam membimbing siswa yang kurang dan penguasaan kelas yang kurang sehingga pada proses pembelajaran siswa kelihatan ribut dan gaduh.



4.    Saran tampilan berikutnya
Penyediaan Alat Peraga Othellomemegang peranan
penting dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan materi pokok bahasan luas. Oleh karena itu alat peraga pada tampilan selanjutnya harus lebih banyak Sehingga siswa pada Proses Belajar Mengajar akan lebih banyak melibatkan diri dan aktif dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran sebaiknya interaksi yang terjalin tidak kaku, sehingga tidak timbul suasana kelas yang gaduh. Guru harus dapat lebih banyak memberikan umpan pertanyaan-pertanyaan, agar peserta didik (siswa) dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang belum dimengerti.

Tindakan kedua :
1.    Perencanaan tindakan
Pada tindakan kedua perencanaan dibuat dan dirumuskan dalam bentuk Persiapan Mengajar Harian, dengan sub pokok bahasan mengenal rumus luas baku persegi dan persegi panjang. Rumusan persiapan mengajar harian terlampir.

2.    Pelaksanaan dan observasi
Proses pelaksanaan tindakan kedua adalah mengaktualisasikan skenario pembelajaran yang berupa Persiapan Mengajar Harian (PMH) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Kegiatan yang dilakukan guru setelah membalas salam dari siswa adalah memberikan pre test sebagai awal mengenai materi pembelajaran yang akan dipelajari seperti pada tampilan pertama, dalam tampilan kedua diperlukan waktu delapan menit untuk mengulang materi yang telah dipelajari dan selanjutnya mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.     
Memasuki kegiatan inti, guru membagikan Alat Peraga Papan
Berpaku pada tiap kelompok yang telah dibentuk sebelumnya. Kemudian
.guru menyuruh siswa untuk membuat / menggambar sebuah persegi
panjang pada papan berpaku, setelah semuanya menggambar, guru menjelasan bahwa mencari luas daerah persegi panjang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara (1) Dengan membilang banyaknya petak persegi satuan yang menutupi daerah itu; dan cara (2) Dengan membilang banyak petak persegi satuan pada salah satu baris dan mengalikannya dengan banyak baris.
 Contoh :



















Selanjutnya guru bertanya kepada siswa, "Berapa luas daerah persegi panjang ini ?", sambil menunjuk gambar persegi panjang pada papan berpaku. Siswa diam dan memperhatikan gambar. Dan tidak berapa lama beberapa siswa menjawab, "18 buah kotak persegi". Atas jawaban itu guru langsung memberikan tanggapan dengan memberikan penguatan secara verbal dengan mengatakan, "Betul, anak-anak". Selanjutnya guru bertanya lagi, "Bagaimana kalian cara mencarinya ?". Siswa menjawab lagi, "Dengan cara menghitung banyak kotak yang ada dalam bangun tersebut". Dan langsung guru memberikan penguatan, "Betul, anak-anak. Selanjutnya guru menjelaskan cara mencari luas bangun persegi panjang dan persegi dengan cara menggunakan rumus dengan bantuan alat peraga.
Contoh : bangun persegi panjang

1
2
3
4
5
6
2





3






Guru menyuruh siswa membilang banyak petak persegi satuan pada salah satu baris (ada enam petak persegi) dan membilang banyak baris (ada tiga baris). Luas daerah di atas adalah 6 x 3= 18 petak satuan. Maka dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
panjang, lebar dan luas daerah persegi panjang adalah L = p x  dan juga disimpulkan hubungan antara sisi dan luas daerah persegi (bujur sangkar) adalah L= p x p atau L= p2.
Kegiatan selanjutnya mengadakan tanya jawab dan setelah dianggap paham siswa mengerjakan soal latihan dibawah bimbingan guru terutama membimbing latihan dibawah bimbingan guru terutama membimbing siswa yang lemah.
Setelah 30 menit waktu yang diberikan guru habis, guru bersama siswa membahas hasil latihan dan untuk murid yang belum selesai diminta untuk ikut memperhatikan pembahasan dan penjelasan guru. Selama kegiatan pembahasan latihan ini, keadaan kelas ribut karena hampir semua siswa ingin ikut berpartisipasi dengan berteriak keras menjawab setiap pertanyaan guru dan menyatakan hasil pekerjaannya benar.
Kegiatan akhir guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui  keberhasilan proses pembelajaran dari hasil tindakan kedua didapat hasil pre test dan post test serta hasil observasi kemampuan kinerja guru untuk Hasil pre test dan post test dapat dilihat tabel sebagai berikut.



Tabel 4.8
Nilai Pre Test dan Post Test Tindakan Kedua
No. Siswa
Nilai
No. Siswa
Nilai
Ket.
Pre Test
Post Test
Pre Test
Post Test
1
4
8
21
2
6

2
2
10
22
4
6

3
4
8
23
4
6

4
6
7
24
2
8

5
5
6
25
2
8

6
6
6
26
4
6

7
8
6
27
8
8

8
6
8
28
3
7

9
10
10
29
6
8

10
6
7
30
7
6

RATA-RATA
5,39
7,19


Sedangkan untuk hasil observasi kinerja guru dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.



Tabel 4.9
Format Observasi Kinerja Guru Dalam
Pembelajaran Tindakan Kedua
No.
Aspek Yang Diamati
Skor
1
2
3
4
5
1
Membuka pelajaran



4

2
Menyajikan materi



4

3
Menyiapkan alat peraga



4

4
Menggunakan alat peraga



4

5
Melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran



4

6
Melakukan tanya jawab



4

7
Memberikan penguatan



4

8
Membuat kesimpulan


3


9
Memberikan evaluasi




4
10
Memeriksa hasil kerja siswa


3


11
Membimbing siswa yang kurang


3



JUMLAH = 41

RATA-RATA = 3,7

  1. Refleksi tampilan kedua
Pada tampilan kedua pada umumnya proses pembelajaran, hasil belajar dan kinerja guru mengalami kemajuan dari tampilan pertama. Proses pembelajaran lebih lancar dan siswa lebih banyak memperhatikan pada saat guru memberikan penjelasan dan penyelesaian contoh soal. Kemajuan ini juga dapat dilihat dari nilai rata-rata kinerja guru. Dalam pembelajaran tindakan pertama mendapat rata-rata 3,3 dengan skor maksimal lima. Pada tindakan kedua rata-rata skor naik menjadi 3,7. Ini ada kenaikan 0,4.
Dari data rata-rata nilai dapat ditafsirkan sebagai berikut; terjadi kenaikan hasil dari nilai rata-rata hasil pre test dan rata-rata nilai post test dengan rata-rata baru menunjukan 7,4. Taraf penguasaan ini belum mencapai 7,5 sesuai dengan prinsip belajar tuntas tapi sudah menunjukkan keberhasilan dengan adanya peningkatan hasil rata-rata dari tindakan pertama 6,92 dan tindakan kedua 7,19. lni ada peningkatan sebesar 0,27.
Hal-hal yang menjadi kekurangan pada tindakan pertama, pada tindakan kedua sudah cukup baik. Dalam kinerja guru hal-hal yang perlu diperhatikan adalah membuat kesimpulan dan membimbing siswa yang kurang harus lebih diperhatikan. Kendala-kendala yang masih ada pada tampilan kedua adalah strategi yang digunakan selama pembelajaran berlangsung kurang, fleksibel, penguasaan kelas yang belum merata sehingga situasi gaduh kerap kali timbul. Dalam penguasaan materi sudah cukup baik memahami, namun faktor yang menghambat dalam penyelesaian soal-soal adalah peserta didik ada sebagian kecil masih ada yang belum hafal secara cepat dan tepat dalam perkalian 1-9.

  1. Saran tampilan berikutnya
Kemampuan menghapal perkalian dari 1-9 merupakan hal yang sangat penting untuk menyelesaikan soal-soal latihan tentang materi sub pokok bahasan mengenal rumus luas baku persegi dan persegi panjang. Oleh karena itu guru harus dapat membimbing peserta didik untuk dapat menguasai secara hapal perkalian dari 1-9.
Selanjutnya guru agar mampu mengembangkan teknik bertanya  sehingga tidak terkesan monoton dan dipaksakan serta dapat mengembangkan metode tanya jawab diubah menjadi teknik diskusi kelompok (kelas) karena masalah yang ditemukan peserta didik tidak harus selalu dijawab guru, tetapi dapat dilemparkan kepada peserta didik. Guru harus dapat mengembangkan bentuk-bentuk pertanyaan yang mampu merangsang keterampilan berpikir peserta didik, sampai peserta didik dapat menyelesaikan dan menentukan jawabannya. Disini terlihat peranan guru tidak terlalu dominan, tetapi hanya sebagai pembimbing dan pengelola yang menciptakan kondisi belajar yang baik untuk memudahkan peserta didik belajar.

C.   Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan terhadap hasil penelitian dengan cara menyajikan beberapa temuan yang penting dan berkaitan dengan fokus penelitian.
Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai : (1) Model pembelajaran dengan alat peraga; dan (2) Hasil belajar siswa dengan alat peraga.
  1. Model Pembelajaran Dengan Alat Peraga
Model pembelajaran dengan pokok bahasan luas yang menggunakan Alat Peraga Othello bisa menjadi solusi permasalahan yang dialami sekolah dan guru. Guru tidak akan mengalami kesulitan dalam mencari alat peraga untuk mengajarkan pokok bahasan luas. Selain itu Alat Peraga Othellomudah dimanipulasikan oleh guru maupun siswa.
Melalui Alat Peraga Othelloakan beralih keaktifan dalam pembelajaran yang dulunya guru selalu mendominasi pembelajaran dengan ceramah, tapi dengan alat peraga siswa akan lebih aktif dan kreatif dibandingkan dengan guru.
Disadari oleh para ahli pendidikan bahwa siswalah sebagai subjek pembelajaran, maka siswa harus aktif dan kreatif mencari sebanyak­banyaknya pengetahuan dan keterampilan.
Pengunaan Alat Peraga Othello tidak selamanya digunakan secara terus menerus oleh guru maupun siswa. Alat Peraga Othelloseperti alat peraga yang lainnya hanya sebatas pengkongkretan konsep matematika supaya lebih mudah dipahami oleh siswa. Dan apabila konsepnya sudah dipahami alat peraga bisa saja ditinggalkan penggunaannya.

  1. Hasil Belajar Siswa Dengan Alat Peraga
Dengan menggunakan Alat Peraga Othello di kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____  , terbukti bisa menjadi media yang efektif dan efisien dalam Proses Belajar Mengajar. Ini terbukti dengan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa mulai dari tampilan pertama sampai dengan tampilan ketiga, dan dilihat dari nilai harganya relatif murah serta mudah didapat atau dibuat oleh siapa saja. Dengan alat peraga yang mudah didapat ini diharapkan guru bisa mengkongkretkan materi pelajaran matematika pada
            pokok bahasan luas.
Selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga peserta didik lebih aktif belajar dibawah bimbingan guru. Peserta didik nampak aktif membuat gambar bermacam-macam bangun datar, mencari luas dan menemukan rumus luas dalam bangun persegi dan persegi panjang. Pembelajaran dengan Alat Peraga Othello yang telah dilaksanakan, menunjukan bahwa siswa tidak hanya diam saja memperhatikan guru menyajikan materi, tapi siswa sendiri bisa mencari dengan aktif dan kreatif suatu konsep matematika. Komunikasi yang terjadi pada kelas penelitian ini tidak hanya satu arah antara guru dan siswa, tapi terjadi komunikasi multi arah. Selain komunikasi guru pada siswa, terjadi juga komunikasi sebaliknya, yaitu antara peserta didik dengan guru dan antara peserta didik dengan peserta didik.
Hasil pembelajaran yang dicapai dari tindakan pembelajaran pertama sampai ketiga menunjukan kenaikan nilai rata-rata, ini menunjukan keberhasilan pembelajaran matematika dengan alat peraga. Pada post test akhir nilai rata-rata peserta didik dalam pokok bahasan luas mencapai 7,79. Ini menunjukan taraf penguasaan yang tinggi dan mencapai taraf penguasaan belajar tuntas (master learning).
Kinerja guru  kelas  V  SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____ melalui format observasi menunjukan peningkatan pada setiap tahap tindakan. Peningkatan kinerja guru berakibat baik pada hasil befajar peserta didik Kesimpulan dari hasil observasi menunjukan semakin baik kinerja guru maka berakibat semakin baik hasil belajar yang dicapai peserta didik


BAB V
KESIMPULAN DAN  SARAN


A.   Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang penggunaan Alat Peraga Othello dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan di SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____ dapat disimpulkan sebagai berikut :
  1. Pada umumnya prestasi belajar siswa di SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____  sebelum tindakan beluni mencapai tingkat yang optimal dalam menyelesaikan soal­soal matematika dalam pokok bahasan luas.
  2. Dengan alat peraga merangsang keaktifan dan kreativitas peserta didik, hal ini terbukti peserta didik SDN  ______  Kecamatan ______  Kabupaten _____  Tahun Pelajaran ___/____ selama dalam pembelajaran tidak hanya diam saja, tapi siswa aktif dan kreatif mencari dan menemukan suatu permasalahan yang disajikan guru.
  3. Penggunaan Alat Peraga Othello dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kemampuan siswa / peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing peserta didik. Hal itu tampak pada perubahan hasil evaluasi yang meningkat dari masing-masing peserta didik dari tindakan pertama sampai tindakan ketiga.

B.    Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dalam rangka perbaikan tindakan Proses Belajar Mengajar serta peningkatan prestasi belajar matematika, khususnya pokok bahasan  rancang bangun dapat disampaikan antara lain :
1.    Bagi Guru Sekolah Dasar
Guru hendaknya terus mengembangkan kemampuan dan serta menyerap informasi berbagai model pembelajaran yang dewasa ini sedang dikembangkan. Selain itu bagi guru Sekolah Dasar dalam mengajarkan matematika harus menyadari taraf berpikir peserta didik yang masih kongkret, sehingga kalau guru menyadari akan hal itu, maka akan berusaha mengkongkretkan materi matematika melalui alat peraga.
Penggunaan alat peraga sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika terutama dalam penanaman konsep matematika, karena hal itu akan membantu peserta didik dalam memahami materi yang diajarkan, jangan sampai terjadi verbalisme pada peserta didik. Konsep luas merupakan salah satu pokok bahasan yang memerlukan alat peraga, oleh karena itu  Othello diharapkan bisa digunakan oleh guru sebagai alat peraga dalam proses pembelajaran di kelas.

2.    Bagi Kepala Sekolah
Dukungan dan perhatian kepala sekolah terhadap tugas mengajar guru di kelas sangat dibutuhkan. Memberrikan motivasi dan saran-saran pada guru untuk membuat dan menggunakan alat peraga agar hasil pembelajaran yang dicapai lebih baik.

3.    Bagi Pengelola Pendidikan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang kurikulum yang berlaku di Indonesia. Pemerintah sebagai pengelola dan  penyelenggara Pendidikan Nasional, diharapkan untuk memperbesar anggaran pendidikan, guna melengkapi sarana pendidikan khususnya alat peraga.











DAFTAR PUSTAKA


Depdiknas ( 2001). Pedoman Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga Sederhana Mata Pelajaran Matematika Untuk SD. Jakarta : Direktorat Sarana Pendidikan.
Ibrahim, dkk. ( 2001). Kurikulum Pembelajaran. Bandung : UPI Bandung.
Karso, dkk. (1998). Pendidikan Matematika I Modul 1-4. Jakarta : Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Setara D.II.
Kasbolah K(1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Pelatih Proyek PGSD.
Mujono. (2003). Peningkatan Proses dan Hasil Belajar Bidang Studi Matematika Melalui Model Pencapaian Konsep di Sekolah Dasar. Tesis Magister Pendidikan Program Studi Matematika SD UPI Bandung, tidak diterbitkan.      
Moesono, D. dan Sujono. (1993). Matematika 5a Mari Berhitung, Petunjuk Guru SD Kelas V. Jakarta : Depdikbud.
Natawidjaya, R(1979). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.

---------------- (1979 ). Psikologi Pendidikan Inti SPG. Jakarta : Depdikbud.

Poerwadarminta, W.J.S. (1984). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN. Balai Pustaka.
loading...

0 Response to "KUMPULAN CONTOH PTK DAN PTS LENGKAP 2014 "

Post a Comment